Allah kalau kangen sama kita tuh suka ngasih kita ujian. Soalnya kalau nggak dikasih ujian, nggak dikasih masalah, kita suka jauh dari Allah ;(.
•
•
•Hari demi hari telah dilewati oleh Barra dkk di kota istimewa Yogyakarta, dan hari ini adalah hari terakhir mereka disini. Tak sedikit yang mereka rencanakan untuk menghabiskan satu hari di Jogja.
"Situs Ratu Boko, Situs Ratu Boko itu terletak sekitar 3 km ke arah selatan dari Candi Prambanan atau sekitar 19 km ke arah selatan dari kota Yogyakarta. Wisata budaya dan juga sejarah ini terletak di atas sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 195,97 m di atas permukaan laut dan kita akan kesana" ajak Alvin.
"Banyak turis lagi nggak? " tanya Bryan yang mendengar kata 'wisata'
"Matamu turis turis ae" ucap Barra yang mendapati sang Abangnya mata keranjang.
"Ehh nggak papa ya, mumpung masih disini mah puasin puasin dulu" ujar Bryan tak mau kalah.
Adit dan juga Arzan hanya menjadi pendengar setia, saat semua teman-teman nya membicarakan tentang apapun selama di perjalanan.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh untuk ke Situs Ratu Boko dan juga sekaligus ke Puncak Suroloyo, kini mereka pun sampai di depan Situs Ratu Boko.
"Dari keterangan dalam situs PT Taman Wisata Candi Borobudur, Ratu Boko bukan Candi, melainkan peninggalan keraton. Kalian dapet liat beberapa Candi antara lain di sisi Timur terdapat Candi Dawangsari, Candi Barong, dan Candi Ijo, di sisi Selatan terdapat Candi Banyunibo, dan di sisi Barat terdapat Situs Watugudig. Tak heran kalo disini juga banyak wisatawan yang mampir kesini karna kan memang dikelilingi lima Candi sekaligus seperti yang kalian liat" ucap Alvin menjelaskan.
Mata Barra dkk pun mengelilingi tempat saat ini, indah dan asri sekaligus bersih tanpa adanya sampan di sembarang tempat. Hingga mata Barra berpas-pasan dengan mata seseorang saat itu juga tak sadar Barra menaikan kedua sudut bibirnya melengkung ke atas.
"Ehem samperin lah jangan diliatin doang" bisik Bryan yang tau jika Barra diam diam memperhatikan seseorang itu.
Tanpa lama lagi setelah berpamitan dengan teman yang lain beralasan ke wc, Barra pun bertemu seseorang itu tengah bersama kedua orang tuanya.
"Ehh Bar, kamu juga kesini? " tanya seseorang itu, saat mendapati Barra menghampiri dirinya.
"Iya, kamu juga lagi liburan? " tanya nya balik.
"Iya, sekalian Papah ngecek kerjaan yang ada disini" jawab seseorang itu
"Mah, Pah kenalin ini salah satu temen aku di sekolah" ucap seseorang itu untuk memperkenalkan ke kedua orang yang berada di sampingnya.
"Halo Om, Tante saya temen nya Vira" ucap Barra memperkenalkan diri nya.
Iya Vira, crush Barra di sekolah.
"Oh ya kenalin kami orang tuanya Vira" ucap orang yang dipanggil 'Pah' oleh Vira, sedangkan Ibunya Vira tersenyum mendapati sosok Barra yang menurutnya anak baik-baik.
"Ijinnya ke wc kok malah ke cewe, hahah" tiba-tiba dari arah belakang Barra sudah ada Indra dan juga yang lain.
Setelah berbincang cukup lama dengan kedua orang tua Vira dan juga Vira, mereka pun pamit.
"Kalo gitu kami pamit dulu Om, Tante" pamit Barra, sebelum benar-benar membalikkan badan, Barra ternyata diam diam tersenyum ke arah Vira. Dan dibalas senyuman manis dari Vira juga.
°°°
Sore pun menjelang, kini Barra dkk sedang menikmati sunset di Pantai Parangtritis. Tak lengkap rasanya jika liburan tidak mendatangi hamparan pasir putih sekaligus air pantai yang menyegarkan siapapun yang berenang bahkan hanya bermain air.
Dalam diam Barra kembali merasakan sakit yang berada di tubuhnya tanpa sepengetahuan teman-teman nya yang sedang asik memandangi langit senja, memang Barra lupa untuk meminum obatnya saat tadi siang, karena terlalu sibuk dengan jalan-jalan mereka.
Pucat pasi, namun masih bisa tersenyum memandangi langit jingga yang tampak indah bagi siapa saja yang melihatnya.
"Kuat yang kuat bentar lagi pasti pulang" ucapnya dalam hati, untuk menyemangati dirinya sendiri.
"Minum" ujar Adit sembari menyodorkan air mineral ke Barra. Ia sudah menduganya jika Barra pucat dan benar saja ia liat lebih lekat.
"Thanks" Balasnya singkat.
"Pulang" ajak Adit dengan mata yang masih menikmati senja sore ini.
"Nunggu yang lain" ucap Barra yang menolak untuk pulang, walaupun badan butuh pulang dan beristirahat, namun mulut enggan untuk mengatakan itu.
Sedikit demi sedikit Adit mulai mengerti dan paham apa yang dirahasiakan sahabatnya itu, namun ia enggan untuk mengungkapkan apa yang sedang Barra rahasiakan.
Sudah tiba saatnya mereka pulang karena hari sudah beranjak malam, dengan perasaan yang sedikit lega Barra akhirnya langsung menuju tempat tidur dan memejamkan matanya untuk memendam rasa sakit yang bertambah menjalar di tubuhnya.
"Nih makan abis itu minum obat" ucap Adit menyodorkan nampan berisi makanan dan juga terdapat obat yang baru saja ia ambil dari Bryan. Setelah Barra menerimanya pun, lantas Adit keluar kamar dan kembali bergabung dengan yang lain.
Rencananya besok pagi mereka akan pulang dan otomatis berkemas malam ini, namun saat ini Barra sudah tertidur pulas setelah ia pamit untuk pergi tidur lebih awal beralasan capek.
"Cepet sembuh Bar, gw yakin lu pasti kuat" bisik Bryan tepat di telinga Barra yang sudah tertidur.
Sementara itu, Indra dan yang lain tengah berkumpul di ruang TV yang tengah menampilkan animasi Haikyuu dengan diselingi canda tawa dari Indra dan Nevan.
"Van, catat buat keperluan besok yang ke Panti asuhan dan totalin semua" perintah Adit ke Nevan yang sedang adu panco bersama Alvin.
"Yah kalah" ucapnya lesu saat ia harus kalah adu panco dengan Alvin.
"Oghey" lanjutnya dan mencatat beberapa keperluan untuk besok.
"Ya cape, ya laper, ya men-"
"Ndra katering ke tempat biasa buat besok dibagi-bagiin ke anak jalanan sama yang lain juga" ucapan Indra terpotong oleh Arzan yang baru saja dari dapur sembari membawa jus anggur yang ia buat.
"Wahhh jus anggur gw mau dongs" ucap Nevan dengan tangan yang akan mengambil jus itu ditangan Arzan namun segera ia tepis.
"Tuman" kata Arzan yang duduk bersila di karpet bersama teman-teman yang lain juga.
"Sedikit doang ya ya ya, pliss" mohon Nevan, namun malah mendapat tatapan tajam dari Arzan.
Dikamar yang ditempati Barra dan juga Bryan, kini Barra baru saja membuka matanya dan mendapati Bryan yang berada di sampingnya.
"Bang" panggil Barra.
"Apa? Lu minta apa? " ucap Bryan
"Minta menua bersamamu" ledek Barra sembari mengedipkan sebelah matanya.
"Bucin najis" Bryan bergidik ngeri melihat kedipan mata Barra.
"Emang lu nggak pernah bucin? " tanya Barra
"Ehh pacaran aja kaga pernah gimana mau bucin, hahaha" lanjutnya terus mengolok-olok sang Abang tercintah.
"Coba aja kalo lu lagi sehat, gw bejek-bejek lu ampe jadi serbuk" ujar Bryan yang gemas ke Barra seakan ingin memakannya hidup-hidup, sumanto kali yang kanibal.
"Nggak papa jadi serbuk, asal serbuk berlian" balas Barra tak mau kalah.
"Ah udah lah males gw lama-lama ngomong sama lu, buat emosi gw doang" ucap Bryan sembari berjalan keluar kamar.
1090 Word
Jangan lupa votment ☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Senyum Barra [END]
Novela Juvenil'Kamu hanya tau namanya tapi bukan dengan ceritanya' Dia, Barra Damian Zayan. Pemuda yang sangat dibenci oleh Ayahnya sendiri karena sebuah masalah yang telah menjadi masa lalu. Bagaimana kisah masa lalunya? Bagaimana perjuangan dari sang ketua Ao...