BAB 51

208 6 0
                                    

Bagaimana pun nanti, seperti apapun nanti, dan dengan siapapun nanti. Aku selalu yakin Allah mengatur hidupku dengan amat baik.


"Cantik" gumam Barra dengan matanya berbinar saat melihat Vira dengan balutan gaun yang akan digunakan untuk hari bahagianya nanti.

Barra dan juga Vira kini sedang fitting baju dan juga menyiapkan keperluannya untuk nanti, masih ada waktu 2 bulan untuk hari bahagia itu. Namun, Barra tetap kekeuh untuk menyiapkan segalanya dari sekarang.

"Gimana bagus gak? " tanya Vira.

"Bagus ehh gak tapi bagus banget" ucap Barra.

"Syukur lah kalo bagus, ya udah ya aku mau ganti dulu ya" sahut Vira lalu masuk kembali ke ruang ganti.

"Untuk gaun sama setelan jas nya yang tadi aja Mba" terang Barra ke salah satu pekerja yang tadi melayani mereka berdua.

Setelah selesai melakukan fitting baju dan lain-lain, Barra dan Vira pun memutuskan untuk makan siang sejenak di salah satu warteg langganan Barra dulu bersama teman-teman nya.

Cukup lama mereka menunggu pesanannya, akhirnya pesanan mereka pun jadi.

"Gak papa kan aku ajak ke warteg lagi?, sekalian flashback pas dulu masih sekolah " ucap Barra.

"Gak papa kali, selagi makanannya enak mah gak masalah" balas Vira.

"Berkat kamu juga yang tadinya aku gak suka petai jadinya sekarang malah suka banget" sambungnya lalu terkekeh.

Setelah mereka membayar pun, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Namun di pertengahan jalan mereka berdua dihadang oleh 4 orang yang berbadan kekar dilengkapi tato di hampir sekujur tubuhnya.

Mengerti kondisi, Barra pun dengan siap siaga melindungi Vira. Melihat 4 orang itu turun dari motornya laku berjalan ke arahnya, Barra segera menyuruh Vira untuk berlindung di belakang badannya.

"Bawa kunci dan juga HP aku, kamu cepat berlindung di warung itu aku bakal lawan mereka, cepat. " bisik Barra sembari menyerahkan kunci motor dan juga ponsel miliknya.

"Tapi mereka berempat Bar sedangkan kamu cuman sendiri" jawab Vira.

"Kamu tenang aja, aku bisa kok ngalahin mereka, cepat ke warung itu" ujar Barra seraya menunjuk sebuah warung yang tak jauh dari posisi mereka.

Akhirnya dengan berat hari, Vira pun buru-buru berlari ke arah warung tersebut. Namun ia segera menghubungi sebuah nomor yang ia kenal di ponsel Barra.

"Mau apa kalian? " ucap Barra dengan santainya.

"Lu gak tau siapa kita disini?! " jawab salah satu dari mereka yang badannya paling kekar diantara tiga lainnya.

"Gak" balas Barra cuek dengan memasukan kedua tangannya ke saku celananya.

"Ini area kita, wajib bayar kalo mau lewat. " ujar yang berambut gondrong, berdiri tepat di samping orang pertama.

Barra hanya ber-oh-ria, ia masih santai menghadapi 4 preman itu, sampai salah satu maju yang diyakini dialah ketuanya.

Saat akan melayangkan pukulan ke arah wajah Barra, dengan sigap Barra menangkis tangan itu. Gerak-gerik preman itu sangat mudah dibaca oleh Barra. Tak membuang waktu, Barra pun dengan sekuat tenaga menghajar balik preman itu. Belum sampai disitu, tau ketua mereka dihajar oleh Barra lantas ketiga teman preman itu pun ikut menghajar Barra.

Agak kewalahan menghadapi segala serangan dari 4 preman itu, membuat dirinya hampir fokus untuk menghajar preman itu.

Pukulan demi pukulan ia layangkan ke 4 preman itu, namun dirinya juga ikut terkena beberapa kali pukulan membuat hampir seluruh wajahnya lebam oleh mereka preman-preman itu.

Di Balik Senyum Barra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang