Lama-kelamaan orang yang baik akan terlihat cantik, bukan karena wajahnya berubah, tetapi kebaikannya yang telah mengubah hati orang yang memandangnya.
•
•
•"Mulai sekarang pola makan kamu juga harus kamu jaga, jangan sampai penyakit ini semakin ganas di dalam tubuh kamu karena kamu nggak atur pola makan kamu. " ujar dokter yang baru saja mengecek keadaan Barra saat ini.
Barra baru saja menyelesaikan pengecekan lebih dalam lagi perihal semua penyakitnya, karena memang akhir-akhir ini dia merasa lemas sekaligus pusing dalam waktu yang bersamaan di waktu yang cukup terbilang sering di kesehariannya.
"Baik dok, kalau begitu saya permisi. " pamit Barra dan ia pun berlalu meninggalkan gedung rumah sakit seorang diri. Memang Bryan sudah kembali ke luar kota lantaran kerjaan yang sudah menantinya.
Barra mengendarai motornya menuju ke apartemen nya, untuk saat ini ia akan tinggal di sana untuk sementara waktu karena ada hal yang akan ia kerjakan di sana, ia pun sudah meminta izin ke Tiwi perihal tersebut dan Tiwi pun memperbolehkan Barra untuk tinggal di sana.
Sesampainya di apartemen nya, Barra pun berjalan menuju kamarnya dengan satu tangan yang berada di saku celananya. Jangan lupakan body nya yang tegap membuat dada bidangnya menambah Barra semakin ber damage.
"Haduhhh cape banget ya" ucapnya seraya membaringkan tubuhnya di kasur dengan sepatu yang masih terpakai.
Barra menatap hiruk pikuk kota siang ini melalui jendela kamarnya yang menunjukkan ke sisi luar apartemen. Sebagaimana sibuknya orang-orang yang beraktivitas hari ini membuat ia teringat kembali ke orang-orang yang sangat berarti dalam hidupnya.
"Sembilan belas sudah gw berjuang, nggak nyangka ya perjuangan yang hampir buat gw mati ternyata bisa gw lalui. " Barra bermonolog sendiri dengan sedikit menerawang masa lalunya.
"BARRA, BUKA WOY PINTUNYA! " ucap seseorang yang berada di luar kamar.
Barra menghembuskan nafasnya, sabar. Baru saja ia menikmati kedamaian hari ini, namun kerusuhan yang berada di luar membuatnya kembali harus melihat anak-anak manusia yang need otak plus akhlak itu.
"Lama banget si Bar" kesal Indra setelah membukakan pintu.
Barra hanya berdehem singkat seraya kembali merebahkan tubuhnya dengan tangan yang menutup matanya dari sinar lampu.
"Bar" panggil Nevan.
Lagi lagi Barra hanya berdehem singkat untuk menjawab dari teman-temannya.
"Bagus ngundang kita buat ke ulang taun Aodra" terang Nevan.
"Dimana? " tanya Barra seraya bangkit dari rebahan nya seraya menatap Nevan serius.
"Tetep di markas, besok jam tujuh malam start acaranya" jelas Nevan.
"Oke, gw dateng" ucap Barra.
Besok adalah hari jadi Aodra yang ke-25 tahun, 25 tahun Aodra telah berdiri dengan visi misi yang tidak berubah dari angkatan pertama hingga sekarang, masih mengedepankan etika dan juga jiwa solidaritas yang mereka tanam pada diri mereka masing-masing.
"Anjir ni punya gw bangke" celetuk Nevan saat snacknya tiba-tiba diambil oleh Indra, ya begitulah jika Indra gabut ygy.
"Berbagi itu... " ucap Indra dengan menggantung lanjutan kalimatnya.
"Indah, ya iya si indah tapi jangan yang ini juga kali" sewot Nevan.
Indra pun mengambil snack lain yang berada di meja apartemen Barra, sedangkan yang punya hanya melihat tingkah Indra yang sudah tuman bagi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Senyum Barra [END]
Teen Fiction'Kamu hanya tau namanya tapi bukan dengan ceritanya' Dia, Barra Damian Zayan. Pemuda yang sangat dibenci oleh Ayahnya sendiri karena sebuah masalah yang telah menjadi masa lalu. Bagaimana kisah masa lalunya? Bagaimana perjuangan dari sang ketua Ao...