BAB 52

192 6 0
                                    

Ma Fi Qalbi Ghairullah
Ketika dunia mempercundangi, dan satu per satu harapan mulai pergi. Maka sajadah lah tempatmu merebah hati.


Suara derungan motor terdengar di area parkiran pemakaman, seseorang terlihat baru saja turun dari motor itu dengan membawa satu bungkus plastik yang berisi berbagai bunga. Lalu ia pun berjalan menuju ke salah satu makan yang tak jauh dari pintu masuk.

Sesampainya di dekat makam itu, seorang itu lalu berlutut sembari memegang batu nisan. Dengan tatapan matanya yang berubah sendu saat menatap makam itu, dengan perlahan orang itu pun mulai menaburkan bunga yang dibawanya.

"Hey, aku dateng lagi kesini" ucap orang itu dengan tangan yang masih menaburkan bunga tepat dia atas makam itu.

Dia, Aditya Bagaskara. Yang selalu menyempatkan untuk ke makam sebelum ia sendiri berangkat bekerja yang memang satu arah.

"Makasih buat semuanya, kamu kuat banget sampai-sampai Tuhan ngasih ujian yang sangat berat ini buat kamu. " ujar Adit dengan mata yang menatap nama yang terukir di batu nisan itu.

"Kamu pasti udah gak ngerasain sakit lagi kan? Maaf aku gagal buat ngejagain kamu, dan kamu berhasil buat aku gak berpaling ke yang lain selain kamu. " lirih Adit dengan diiringi tetesan air mata yang mulai membasahi pipinya.

Alya Aqila Humaira, orang yang bertemu Adit saat dirinya sedang berteduh di depan toko yang sudah tutup dengan kondisi hujan yang deras, sejak perkenalan itu lah Adit sangat ingin menjaganya setelah tau kisah perempuan itu. Alya, mempunyai penyakit jantung koroner dan juga ia sering mendapatkan kekerasan fisik dari kedua orang tuanya. Itu lah yang membuat Adit sangat ingin menjaga Alya.

"Kak aku udah gak kuat"

"Alya pamit dulu ya Kak"

"Kak sakit"

Rintihan-rintihan itu lah yang terus berputar di pikiran Adit saat ia sedang mengunjungi makam Alya membuat Adit terus meneteskan air matanya terus menerus.

Hatinya kembali sakit saat mengingat keluh kesah Alya saat bersama dirinya. Ia merasa sangat gagal menjaga orang yang sangat ia sayangi.

"Alya sampai ketemu di duniamu ya, aku harap setelah itu kita akan bersama terus. " gumam Adit.

"Sampai jumpa lagi, aku pamit kerja dulu ya nanti aku janji kesini lagi, see you wanita kuat ku. " lirih Adit lalu sejenak ia mencium batu nisan itu dengan pelan.

Setelah itu pun ia mulai beranjak menjauhi area pemakaman lalu melajukan motornya menuju ke tempat kerjanya.

°°°

Barra baru saja menyelesaikan meeting nya, dikagetkan oleh Pamungkas yang sudah duduk di kursi kerjanya sembari membuka lembar demi lembar buku data itu.
Pamungkas yang baru pulang dari luar kota memutuskan untuk mampir sejenak ke kantor milik Barra.

"Ehh Pah, ngagetin aja huh" celetuk Barra seraya meletakkan beberapa berkas di meja kerja.

"Minggu depan liburan mau gak? " tanya Pamungkas.

"Beneran Pah? " tanya balik Barra dengan antusias.

"Iya, sekalian refreshing buat kalian sama Bryan juga nanti kamu kabarin ya, oh ya kalo bisa Vira juga diajak. " ujar Pamungkas.

"Kalo Vira gak tau juga Pah, lagi pula dia juga kan baru pulang ke Semarang itu 5 hari yang lalu. " terang Barra.

"Ya bisa atau enggak terserah kalian aja gimana, yang penting Papah udah ngajak" ucap Pamungkas sembari beranjak dari kursi.

Di Balik Senyum Barra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang