Chapter 1

277K 8.1K 598
                                    

Amsterdam - BELANDA
———

Musim semi datang, angin berembus menerjang negeri kincir angin tersebut yang selalu diterpa kedamaian pun pekatnya orang-orang beragama di sana.

Menyapu dedaunan gugur di halaman samping mansion, gadis muda berkulit putih dengan mata indahnya itu berhenti bergerak.

Tertuju, tatapannya terpaku ketika melihat mobil berplat hitam dengan kaca tertutup rapat memasuki halaman mansion.

"So gorgeous..." Bergumam layaknya berbisik sensual, gadis muda itu memuji tuannya yang kini telah keluar dari mobilnya yang sudah terparkir sejajar bersama dengan kendaraan-kendaraannya yang lain.

Hunter Gideon Scott

Melangkah gagah dengan kaca mata bening yang ia kenakan. Tersangga sempurna di pangkal hidung pria dewasa itu yang mancung tinggi. Tubuh ramping nan seksinya dibalut oleh kemeja putih dengan dua kancing atas terbuka, mengenakan celana jas hitam licin pun sepatu kulit hitam legam.

Arloji bertengger pada lengan kirinya dan menenteng koper berwarna cokelat mengilap. Rambut hitamnya jatuh terbelah dan nampak berkilau saat terpapar oleh sinar matahari.

Gadis tadi melangkah maju, hendak melihat tuannya lebih dekat lagi namun hati-hati.

Langkah lebar Hunter Gideon Scott terjeda, menengok ke samping kemudian menemukan gadis muda tersebut yang otomatis menundukkan kepala. Membungkuk sembilan puluh derajat dengan penuh hormat.

"Ruth, kemari." Besar tegas suara Hunter terdengar. Memanggil gadis itu yang langsung saja berlari cepat, menghampiri Hunter kemudian berdiri dengan tetap menjaga jarak.

Cassia Ruth Elodie

Perempuan muda itu mendongak tinggi agar dapat melihat wajah Hunter yang bak raksasa di depannya.

"Apa Nyonya telah kembali?" Hunter bertanya. Melihat rendah ke bawah karena perempuan muda itu nampak sangat kecil pun pendek, dan memang usianya barulah tujuh belas tahun tepat pada bulan kemarin.

Ruth menggelengkan kepalanya pelan. "Belum, Tuan. Nyonya Scott belum kembali. Tapi Nyonya sudah menyiapkan pakaian kerja Tuan di kamar."

Hunter mengangguk samar-samar. Membenarkan kaca mata beningnya dengan jari telunjuk. "Baiklah, terima kasih. Lanjutkan pekerjaanmu dan jangan lupa untuk tetap belajar," kata Hunter. Hangat nada bicaranya, tenang kini tatapannya terlihat.

Ketika Hunter akan memasuki pintu utama mansion-nya yang telah dibukakan oleh dua orang pelayan, kembali lagi pria dewasa itu berbalik badan. Melihat Ruth yang masih setia berdiri di sana dengan dress putihnya.

"Ah, ya. Beritahu ibumu untuk menyetrika semua kemeja-kemejaku dan rapikan ke dalam koper," pinta Hunter dan Ruth mengangguk kecil. Memandang punggung lebar Hunter yang telah jauh melangkah ke dalam mansion.

Ruth berdecak kecil kemudian menggeleng-geleng pelan. "Apa kurangnya Tuan sampai Nyonya berselingkuh darinya? Kurasa mata Nyonya sudah buta karena lebih mencintai selingkuhan jeleknya itu," gumam Ruth.

"Padahal Tuan sudah sangat sempurna untuk kategori manusia. Sudahlah baik hati, tinggi dan tampan, kaya raya, pebisnis, apa lagi yang kurang?" Kembali lagi Ruth bermonolog. Tidak habis pikir saat mengetahui istri Hunter Gideon Scott berselingkuh di belakang suaminya.

"Semua akan terlihat biasa saja ketika sudah dimiliki. Janganlah heran jika Nyonya berselingkuh, padahal di mata kita Tuan sudah sangat sempurna."

Ruth mengangguk setuju pada wanita paruh baya yang berucap di sebelahnya. Menenteng banyak kantung belanjaan untuk menu masak di dapur.

RAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang