Chapter 36

57.1K 3K 533
                                    

2700 kata!
Hope you enjoyed this chapter!

****

Hunter menjemput istrinya di kampus. Tidak langsung mengantar Ruth pulang, mereka pun memilih untuk pergi makan siang sebentar di luar.

Hari ini Ruth terlihat begitu segar juga bersemangat. Ia baru saja menerima gajinya. Terlihat lucu di mata Hunter yang memberi istrinya sendiri gaji. Bahkan ia beri lebih hingga Ruth semakin girang.

"Beginikah reaksimu tiap kali selesai kuberi gaji?" Hunter bertanya sembari mengemudi.

Ruth mengangguk antusias. "Um. Kau tidak tahu, kan, bagaimana rasanya mendapat upah setelah lelah bekerja?"

Perempuan itu mengisi semua upahnya ke dalam tas setelah dia hitung lalu dibagi dua untuk setengahnya ia berikan kepada Rumi.

Hunter tersenyum manis. Kebahagiaan Ruth membuat hatinya ikut menghangat. "Aku belum pernah merasakannya."

"Tentu saja. Kau selalu menjadi atasan, menjadi boss di setiap usaha yang kau geluti. Kau mana tahu rasanya gajian setelah satu bulan berjuang melawan rasa malas, bosan dan juga lelah," kata Ruth. Ia menyengir menunjukkan deret rapi giginya kepada Hunter.

Sembari mengemudi Hunter meraih kepala Ruth. Ia bawa mendekat lantas dikecupnya. Syarat akan kasih sayang juga cinta.

"Jadi, bisakah aku mendapat traktiran makan malam?" Hunter menggoda.

"Um... maafkan aku. Tapi, bolehkah malam ini aku menginap di rumah Ibu? Aku merindukannya. Sudah dua minggu ini aku tidak mengunjungi Ibu," kata Ruth. Terlihat bibirnya agak mengerucut.

"Astaga, Ibu. Baiklah, kuantar kau pulang saja ke rumah Ibu, setuju? Kebetulan malam ini aku pun ingin berjumpa dengan beberapa orang client dari luar," kata Hunter.

"Benarkah client?" Ruth menyipit. Menatap suaminya sedikit cuirga.

Hunter tertawa pelan. Ia acak-acak singkat pucuk kepala istrinya. "Berhenti mencurigaiku. Janji setiaku tidak semurah itu hingga dapat dibeli oleh wanita lain."

"Ouch... my sweet husband..." Ruth memeluk lengan suaminya mesra. Bersandar di bahu Hunter dan langsung Hunter cium pucuk kepalanya beberapa saat.

"Besok pagi kujemput kau ke kampus. Berhenti tidur larut malam. Jadilah penurut kepada suami," kata Hunter lalu Ruth menyenggut beberapa kali.

Tak lama kemudian, tibalah mereka di depan rumah Rumi. Pintu utama terbuka dan terlihat Rumi tengah mengepel di ruang tamu.

Hunter dan Ruth turun bersama menghampiri Rumi.

"Ah... menantuku..." Bukan Ruth, melainkan Hunter yang langsung Rumi peluk dan ia usap-usapi punggungnya. Pun Hunter balas dengan memeluk Rumi penuh sayang. Ia kecup juga kening Rumi dengan singkat.

Ruth tertawa di sana. Dua tangannya bahkan masih mengambang karena tadi ia ingin memeluk Rumi, tetapi ibunya justru berbelok dan memeluk Hunter.

"Jadi anak Ibu aku atau dia, uh?" Ruth berkacak pinggang.

"Ck. Kau memang anak Ibu, tapi dia menantu Ibu satu-satunya. Menantu kesayangan Ibu," balas Rumi. Hunter terkekeh lalu ia rangkul pundak ibu mertua juga istrinya.

Serentak mereka melangkah menuju dapur. Duduk pada kursi di meja makan lantas Rumi keluarkan semua kue bolu yang baru saja dibuatnya beberapa jam lalu.

"Makanlah. Ini bolu dengan rasa jugq aroma cappuccino seperti yang kau sukai." Penuh semangat Rumi berucap. Ia dorongkan sepiring bolu kesukaan Hunter ke depan pria itu.

RAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang