2200 kata = dua jam setengah 🥂
****
"Hunter!?"
Ketika namanya dipanggil, sang pemilik nama lantas menoleh meninggalkan lamunannya.
Hunter lantas berdiri. Tersenyum kepada Ical yang juga memberinya senyum hangat.
"Sudah siap?" tanya Ical. Memperhatikan penampilan adiknya dari atas hingga bawah.
"Sempurna." Ical memuji apa adanya. Hanya satu kata itu yang muncul di kepalanya ketika melihat Hunter lengkap dengan setelan licin jas pengantin.
Hunter melihat ke lantai lantas ia menatap kakaknya. "Aku ... gugup. Ini bukan pernikahan pertamaku, tapi rasanya sangat mendebarkan." Hunter berkata. Memegang dadanya dan di sana telah berdebar kencang.
"Ini benar-benar berbeda seperti dulu aku akan menikahi Audrey," lanjut Hunter. Ia sampai menarik napasnya dengan dalam.
Ical menyenggut kecil. Ia rangkul pundak adiknya kini. "Itu karena kau akan menikahi wanita yang benar-benar kau idamkan, impikan dan kau inginkan. Benar-benar pilihan hatimu dan kau sudah lama mencintainya."
"Kuharap ini yang terakhir. Tidak ingin lagi kuucapkan janji suciku kepada wanita lain," kata Hunter. Mengembuskan napanya perlahan.
Dengan merangkul pundak Hunter, Ical mengajak adiknya keluar dari dalam kamar. Melangkah seiring dengan sama-sama gagahnya.
"Tanamkan itu dalam hatimu. Jadikan Ruth yang terakhir dan untuk selamanya. Seperti ayah dan ibu, Naomi dan Logan, lalu aku dan Nora." Ical terus merangkul bahu adiknya.
Gagah gontai kedua pria itu menuruni anak tangga dan menuju pada mobil pengantin pria yang telah menanti di halaman mansion Hunter.
Setelah dua minggu persiapan, tepat pada hari ini Ruth dan Hunter akan segera melangsungkan pemberkatan pernikahan mereka di Gereja terdekat.
Bukanlah pesta besar, mewah megah dan mengundang banyak awak media seperti pernikahan Hunter bersama Audrey dulu.
Ini pernikahan yang sederhana. Biasa saja. Bahkan hanya seluruh anggota keluarga dan rekan-rekan kerja kedua orang itu saja yang menjadi tamu undangan.
Juga yang terpenting, pernikahan sederhana ini Ruth yang menginginkan. Hunter sangat-sangat lebih dari sanggup untuk membuat pesta pernikahan mereka dengan amat mewahnya.
Namun, itulah kelebihan Ruth. Dia sederhana. Bahkan, pernikahannya pun tak ingin dia megah-megahkan sampai tercium awak media.
Alasan lain mengapa Hunter dapat mencintainya. Mencintai setelah menilai dan menjamin bila perempuan itu akan tumbuh menjadi wanita sederhana namun tetap berkelas dan elegant.
Kemudian di waktu yang bersamaan namun di rumah sederhana mereka, hangat Rumi memandangi putrinya. Melihat Ruth berdiri di depan cermin sudah memakai gaun pengantin putih sederhana.
Ruth tersenyum seraya memasang anting-anting pada telinganya secara bergantian.
"Apa Ibu sedang berminpi?" Rumi bergerak mendekati Ruth.
"Apa Ibu sedang bermimpi melihat putri Ibu memakai gaun pengantin seperti ini?" Rumi tersenyum menahan rasa harunya.
Lantas Ruth menoleh dengan perasaan yang dibuat tegar. "Sudah relakah Ibu melihatku menjadi istri orang?"
Ruth memegang kedua tangan ibunya. "Sudah relakah Ibu melepasku, melepas satu-satunya putri Ibu—,"
"Jangan berkata seperti itu. Ibu bahagia untuk hari ini. Hari yang tidak Ibu sangka masih dapat Ibu lihat. Menyaksikan putri semata wayang Ibu menikah bersama satu-satunya pria yang dicintainya sedari dulu." Rumi berkata pelan setelah tadi menyela. Bergetar kecil suaranya terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPE
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! 21+ || DARK LUST ROMANCE S C O T T S E R I E S #4 CERITA INI PENUH DENGAN UNSUR DEWASA; AKTIFITAS SEX EROTIS, BAHASA VULGAR & KEKERASAN FISIK; PEMBUNUHAN ILEGAL DAN LAIN-LAIN. PLEASE BE WISE! ❝...