****
"Kita selesai. Silakan istirahat."
Celetukan Ruth membuat seluruh mahasiswa dan mahasiswi melotot panik. Bagaimana bisa Dosen mereka itu bilang selesai di saat mereka semua bahkan belum sempat mencatat lengkap semua inti-inti teori penjelasannya.
"Ma'am, tapi kami belum selesai mencatat—,"
"Kalian telah menunduk. Dan itu kuanggap kalian semua telah selesai juga memahaminya," sela Ruth cepat juga tegas. Melihat semua wajah mahasiswa-mahasiswi di hadapannya.
"Semasa aku berkuliah dulu, Dosen kami selalu menyudahi penjelasannya ketika kami telah menunduk. Selesai atau belum, paham atau tidak, dia akan menyudahinya jika kami telah menundukkan kepala. Itu risiko, sebab bagi siapa yang masih ingin terus tahu dan haus akan materi serta penjelasan, mereka akan terus mengangkat kepala lalu fokus memperhatikan Dosen yang berbicara di depan," tutur Ruth, berwibawa.
"Di sini kalian yang sangat membutuhkan ilmu untuk menjadi manusia-manusia cerdas terdidik berwawasan luas. Jika kalian tak dapat menghargai aku yang terus berbicara di depan sini sampai harus membesarkan suaraku, maka aku akan menyudahinya dan kuanggap kalian semua telah paham pada materi yang kuberikan." Ruth menambahkan.
Semuanya terdiam. Merasa bersalah sebab sedari tadi mereka memang tidak fokus kepada Ruth, dan justru saling melihat ke kiri juga kanan. Menunduk, bermain ponsel juga bahkan ada yang memakan camilan.
"Sorry, Ma'am," lontar semuanya dengan kompak.
Ruth bergeming seraya membereskan buku-buku cetak juga menutup macbooknya. Lantas wanita itu memakai tas, memeluk macbook di dada kemudian meninggalkan ruangan dengan tatapan lurus ke depan.
"Terkadang pintar pun percuma jika kalian tak memiliki nilai etika," timpal Ruth. Benar-benar meninggalkan ruangan itu dan membuat semuanya menghela napas, menyesal.
Baru saja Ruth melewati ambang pintu, perempuan itu dibuat terkejut namun mimiknya tetap datar. Ada Hunter di sana, berdiri tampan gagah dengan dua tangan terselip ke dalam saku celana.
Dia memperhatikan Ruth, sedari tadi. Melihat lalu menilai cara Ruth mengajar. Tidak Ruth sedari karena ia memang sangat fokus dan tidak bermain-main dalam proses mengajar.
"Mereka membuatmu kesal?" tanya Hunter. Mengikuti Ruth dari belakang yang berada beberapa langkah di depannya.
"Aku juga pernah berada di posisi mereka. Tapi aku tak pernah menyia-nyiakan semenit pun waktu ketika Dosen sedang berbicara di depan," balas Ruth.
"Tapi mereka, mereka justru bermain ponsel, memakan camilan, saling melirik serta menggoda satu sama lain, bercanda di saat aku sedang berbicara, menjelaskan juga menerangkan," sambung Ruth lagi. "Mereka bukan anak kecil yang harus dimarahi. Harusnya mereka dapat menghargai waktu belajar. Banyak di luar sana yang tidak bisa berada di posisi mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPE
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! 21+ || DARK LUST ROMANCE S C O T T S E R I E S #4 CERITA INI PENUH DENGAN UNSUR DEWASA; AKTIFITAS SEX EROTIS, BAHASA VULGAR & KEKERASAN FISIK; PEMBUNUHAN ILEGAL DAN LAIN-LAIN. PLEASE BE WISE! ❝...