Chapter 28

121K 6.3K 1.7K
                                    

3111 kata = 3 jam setengah!
Mulai nulis dari jam 11 malam selesai jam setengah 3 subuh. Aku tahu bakal banyak yg nggak komen. It's okay. But I hope kalian mau ngevote. Hargai waktu istirahatku yg aku pakai nulis sampai begadang.

****

Dari pantulan cermin, Hunter dapat melihat istrinya yang masuk ke kamar mereka dengan kepala tertunduk.

Ruth menutup pintu. Dia kunci lalu kuncinya dilempar ke bawah ranjang.

Pergerakan tangan Hunter yang sedang menyisir rambut lantas terhenti. Saling menatap kini suami istri itu melalui pantulan cermin.

Ruth seketika memucat dan ia keringat dingin. Kebingungan, salah tingkah lalu menelan salivanya susah.

"Hu-Hunter," panggil Ruth gugup. Bersandar pada daun pintu.

"Kupakai pakaian dulu lalu kuantar kau pulang," timpal Hunter. Di sana ia hanya memakai handuk. Melingkari pinggangnya yang ramping seksi. Baru saja usai mandi juga berkeramas.

"Ti-tidak. Aku tidak mau kembali ke rumah Ibu," lontar Ruth. Menggigit bibir bawahnya, meremasi kedua tangannya sendiri.

Hunter diam saja. Masih mencari-cari pakaiannya.

"Hey!" timpal Ruth tegas. Sontak saja Hunter berbalik badan.

"What?" Pria itu menatapi istrinya datar. Pun dingin. Menutupi kesedihannya.

Ruth melangkah, bergerak maju sampai kini benar-benar dekat dengan Hunter. Berdiri tepat di hadapan pria itu yang merunduk agar dapat melihat wajahnya.

Ruth berani bersumpah jika ia sungguh ingin pingsan. Kedua lututnya sontak melemas, tidak tahu mengapa tapi perutnya juga terasa ngilu seketika.

Perempuan itu mendongak melihat Hunter, lantas ia pegang satu lengan kekar suaminya dengan dua tangan. Sedikit diremasnya sampai Hunter melihat pada lengannya sendiri yang sudah Ruth remas kuat.

"A-akuh..." Tenggorokan Ruth mengering. Lehernya seperti tercekik dengan seutas tali.

"Hunter, a-aku ingin... aku... astaga!" Ruth gemetar. Ia pening dan sangat-sangat malu. Haruskah dia mengatakannya?

"Aku tahu. Biarkan aku pakai baju dan kuantar kau pulang," kata Hunter. Ingin melepaskan tangannya tapi Ruth sudah menahan lebih kuat lagi.

"Tidak, bukan itu." Ruth mengumpulkan keberaniannya.

"Lihat aku!" Ruth meminta. Langsung saja Hunter menatapnya, dalam-dalam namun tanpa ekspresi.

"Aku ingin menyerahkan diri. Tidak, maksudku memberikan hakmu. Um... bercinta? Yah, kurasa itu yang tepat. Bercinta."

Cicak-cicak di dinding dan hantu-hantu di ruangan itu mungkin saja sudah tergelak kacau melihat Ruth. Perempuan itu gemetar, menggaruki pipinya dan melihat lurus ke dada Hunter. Seluruh wajah dan telinga Ruth sampai memerah panas kini.

"Kau tunggu saja di luar. Aku—."

Entah kekuatan dari mana. Ruth menarik tangan Hunter yang sudah kembali menghadap lemari sampai berbalik padanya.

Lantas perempuan itu melompat, mengalungi lengannya pada leher kokoh Hunter juga melingkari pinggang suaminya erat. Ia satukan bibir mereka dan melumat bibir Hunter penuh-penuh.

Hunter terkejut kacau. Ia sampai melangkah mundur lalu menekan lemari kuat. Seketika blank sementara bibirnya telah Ruth isap dalam, bahkan memasukan lidah ke dalam mulut Hunter dan langsung saja Hunter isap dengan mata mengerjap. Masih blank kacau.

RAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang