Chapter 15

96.5K 5.2K 1K
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"Um. Dan yang bersamaku saat ini adalah Ruth dewasa, cerdas dan anggun memesona."

Hunter mengaktifkan lampu sein kemudian ia berhenti tepat di depan rumah perempuan itu.

"Dari mana kau tahu rumah kami?" tanya Ruth. Mengalihkan pembicaraan mereka sebab terakhir Hunter memujinya dalam keadaan sadar.

"Kompleks ini adalah aku yang membangunnya. Dulu lokasi ini hanyalah lahan kosong berpasir. Aku membelinya lalu kubangun perumahan di sini untuk kujual kepada yang berminat menghuninya," jelas Hunter santai sambil melihat pada arlojinya.

Terkejut sudah Ruth. Ini tidak bisa dibiarkan. Kenapa hidupnya selalu bersangkut pautan dengan pria tersebut?

Kenapa? Kenapa bisa? Kenapa selalu seperti itu? Apakah ini takdir? Takdir atau kutukan? Ruth kehilangan kata-katanya.

"Baiklah. Terima kasih." Cepat-cepat Ruth memakai tasnya. Memeluk beberapa buku cetak tebal di dada kemudian turun begitu saja padahal di luar hujan turun dengan deras.

"Hey, ponselmu." Dari dalam mobil Hunter berteriak. Turunlah pria itu lalu mengejar Ruth. Membawakan ponsel Ruth yang tertinggal.

"Ms. Elodie, ponsel—."

Kontan Hunter membeku di tempat. Segera ia menunduk dan melihat ke ujung sepatunya sendiri. Kemeja putih Ruth yang basah menjadi tembus pandang dan menempel pada kulit.

Terlihat jelas bra hitam tak bertali yang Ruth kenakan untuk menopang kedua payudara bulatnya. Perempuan itu pendek dan payudaranya menjadi padat montok serta berisi.

Bukan hanya itu. Seluruh tubuh Ruth menjadi tampak jelas, bahkan lekukan pinggangnya pun dapat terlihat dengan jelas.

Tiba-tiba Hunter melepas jasnya lalu dia lempar ke dada Ruth. "Tutupi dadamu."

Ruth melotot. Sungguh ia tidak sadar bila pakaiannya menjadi tembus pandang. "Te-tembus pandang? Kau melihatnya?"

Hunter tidak menjawab. Kini ia sodorkan ponsel Ruth dan menatap fokus hanya ke wajah panik perempuan itu saja. Wajah Ruth pun ikut menjadi basah begitu juga dengan surai merahnya.

"Tidak!" Hunter menjawab, berbohong.

Tiba-tiba Hunter melihat ke aspal. Pada genangan air kecil yang dijatuhi oleh rintik-rintik hujan. Matanya agak melebar, memandang lurus ke genangan air itu bersama jakunnya yang tampak bergerak-gerak kecil.

Ruth pun tidak yakin sebab mimik juga ekspresi wajah Hunter tiba-tiba saja berubah. Meski Hunter ikut serta dalam melihat pertumbuhannya, tidak pernah sekalipun pria itu dapat melihat tubuh Ruth.

RAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang