Chapter 27

88K 4.1K 586
                                    

Pagi-pagi sekali Caleb dibuat kalang kabut saat Hunter meneleponnya. Menghubungi Caleb tepat pada pukul lima, meminta sekretarisnya itu untuk datang ke kantor.

"Drama apa lagi ini." Caleb bergumam. Melangkah cepat sudah melihat pintu ruangan Hunter di depan.

"Morning— Sir?" Caleb mengernyit.

"Siapkan aku three piece suit juga sepatu." Hunter memerintah. Masih fokus membaca pada layar macbook dengan bola mata memerah. Satu malam penuh ia tidak tidur.

"Hey, kau tidak tidur? Kenapa berada di sini?" Caleb menyelidiki.

"Semalam terjadi sedikit adu mulut antara aku dan Ruth. Aku kesal lalu akhirnya ke mari," jawab Hunter. Berkedip merasakan matanya yang pedas sepat.

Caleb memutar bola matanya singkat. "Suami istri macam apalah kalian ini. Baru saja menikah sudah begini. Tidak baik sekali jika ini diketahui oleh orang-orang."

"Jangan bahas ini lagi, aku pusing. Siapkan pakaianku dan kita ke kampus. Aku ingin bertemu dengan para Professor."

"Tidak ingin bertemu dengan istrimu?"

"Mau atau tidak, tetap saja kita akan bertemu di sana. Ruth tetap mengajar meski dia bisa saja mengambil cuti."

Caleb menggeleng-geleng kecil. "Sepertinya kau sangat marah."

"Hanya sedikit. Dia membuat jantungku seperti ingin terlepas dari peradaban dengan perkataannya. Itu yang membuatku sedikit marah." Hunter menjelaskan.

"Tak apa, teruslah bertengkar. Karena setelah ini, malam panjang panas dan mendebarkan di antara kalian akan semakin menggebu-gebu." Caleb menyengir.

"Lupakan. Ruth tidak ingin kusentuh. Aku pun tidak akan memaksanya. Cukup tahu bahwa dia seperti tidak tulus atas pernikahan kami. Mungkin saja dia hanya merasa kasihan padaku," kata Hunter.

Sendu kini sorot matanya. Semalaman tidak tidur dan berteman baik dengan sunyi, membuat pria itu berpikir berlebihan atas pernikahan mereka.

Isi kepalanya dipenuhi oleh banyak kemungkinan-kemungkinan buruk tentang istrinya sendiri.

Kemungkinan Ruth tidak tulus atas pernikahan mereka.

Kemungkinan Ruth tidak benar-benar mencintainya.

Kemungkinan Ruth hanya kasihan padanya.

Kemungkinan Ruth akan segera meninggalkannya.

Hunter menutup macbook lantas menyandarkan kepala. "Yah. Sepertinya dia memang hanya merasa kasihan padaku, karena aku selalu mencoba dan dia selalu menolak. Mungkin memang dia tidak benar-benar mencintaiku dan perasaannya dulu telah hilang bersama Ruth si gadis kecil."

Hunter kembali duduk dengan tegak. Kini menatap redup pada cincin pernikahan mereka.

"Mungkin memang dia tidak menginginkan pernikahan ini."

****

"Selamat pagi, Ma'am."

"Pagi. Sekarang kumpulkan tugas kalian di meja."

Ruth duduk pada kursi. Matanya juga memerah, semalam pula ia tidak tidur. Duduk membuat materi, tugas juga bermain teka-teki silang sampai pukul lima subuh.

Hunter benar-benar tidak pulang membuat wanita itu merasa sangat berasalah. Niat hati hanya ingin mengalihkan topik dan membuat Hunter melupakan malam pertama mereka, kini justru berakhir dengan mereka yang sungguhan bertengkar.

RAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang