Chapter 2

161K 7.3K 1.3K
                                    

Setengah enam pagi. Seluruh para pekerja mansion telah bangun sedari tadi dan mulai melaksanakan tugas mereka masing-masing. Begitu pula dengn Rumi—ibunya Ruth.

Fokus mencuci barang-barang dapur yang baru dipakai membuat sarapan, kening Rumi dibuat berkerut tatkala telinganya menangkap suara-suara muntahan dari arah toilet di dapur.

"Cassia?" panggil Rumi. Meninggalkan pekerjaannya lalu menghampiri Ruth.

"Bu..." Ruth lemas. Terus muntah dan hanya mengeluarkan air. Akhirnya jatuh merosot ke lantai kemudian menekuk kedua lututnya.

"Ada apa? Kenap kau muntah-muntah?" Rumi merabai kening Ruth yang tidak terasa panas. Biasa saja.

"Kenapa wajahmu pucat begini?" tanya Rumi. Mulai panik dan seketika Ruth kembali muntah.

Ruth keringat dingin. Dengan bibir pucat gemetar, perempuan itu memandang ibunya bersama sorot sendu.

"Aku hamil, Bu." Lirih Ruth berucap. Takut.

Rumi melotot. Menutup mulutnya tak percaya dan diterjang pening seketika. "Hamil? Kau bilang hamil?" sergah Rumi berucap kecil. Memegang kedua bagu Ruth dan ia remas kuat.

Ruth mengangguk sambil menahan bulir bening di pelupuk matanya. Ia semakin gemetar. Segera Rumi menutup pintu toilet itu rapat-rapat.

"Siapa yang telah menghamilimu? Cepat katakan pada Ibu!" Rumi ingin membentak namun berusaha ia tahan.

Menangislah Ruth dengan kepala tertunduk. "A-aku diperkosa, Bu," jawab gadis itu. Serak lemah.

"Demi Tuhan, Cassia. Siapa? Siapa yang memperkosamu?" Rasanya Rumi ingin menjerit. Sekujur tubuhnya telah gemetar hebat. Mata melotot nyalang dan terlihat menakutkan.

"Tuan Hunter Gideon Scott."

"Cassia? Hey, bangun. Cassia!"

"Hah! Ya Tuhan! Astaga!" Gelagapan Ruth terbangun. Bernapas cepat hingga dadanya naik turun. Dibangunkan oleh Rumi yang otomatis mengernyit kecil.

"Mimpi buruk?" tanya Rumi.

Ruth menggeleng cepat. Melotot sampai tidak berkedip. "Ti-tidak. Aku hanya kaget dibangunkan Ibu," jawab Ruth.

"Ya sudah, ayo bangun. Hari ini Tuan akan pulang. Mumpung kau libur sekolah, ayo bantu Ibu bersihkan kamar baru Tuan," kata Rumi. Memegang tangan Ruth dan ia bawa bangkit dari ranjang.

Sial. Ruth sampai sesak napas karena mimpi anehnya tadi. Bagaimana bisa ia bermimpi segila itu.

"Tuan jadi pulang? Setelah enam bulan akhirnya Tuan pulang?" Ruth tampak antusias. Diam-diam menyimpan rindu terhadap Hunter yang enam bulan ini tidak pernah pulang ke Belanda dan muncul di mansion mewahnya.

Setelah bercerai dengan Audrey, Hunter sangat kecewa dan memutuskan untuk pergi entah ke mana. Tapi yang pasti, ia tetap bertanggungjawab kepada seluruh pekerjanya yang selalu menjaga, menghuni dan merawat mansion-nya.

"Iya. Ayo selesaikan semua pekerjaan lalu mandi. Kita sambut Tuan Hunter pulang," ajak Rumi yang juga merasa senang. Mansion itu terasa dingin tanpa kehadiran pemiliknya.

RAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang