Chapter 20

93.2K 4.7K 841
                                    

Satu lagi HIDDEN PART yg jangan kalian lewatkan. Ini sangat ... dahlah! Aku angkat tangan.

 dahlah! Aku angkat tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Janji nggak juling?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Janji nggak juling?

****

"Lalu apa balasanmu? Kau mengatakan iya atau menolaknya kembali?"

"Yang kedua."

Rumi berhenti mencuci piring dan berbalik badan melihat putrinya. "Menolak Tuan Hunter kembali?"

Di meja makan, Ruth menyenggut sembari mengunyah pelan. "Jujur kukatakan, aku tidak bisa menerimanya. Entah bagaimana caraku menjelaskan bahwa, aku tidak ingin menikah dengan laki-laki itu."

"Tidak ingin karena apa?" Rumi mendesak. Penasaran betul dengan alasan kuat Ruth yang tidak ingin menerima Hunter.

"Aku tidak tertarik dengan dunia pernikahan, Bu."

"Apa yang membuatmu tidak tertarik? Karena contoh buruk rumah tangga Ibu bersama Ayahmu yang gagalkah?" Berubah serius kini percakapan mereka.

Rumi tak ingin putrinya hidup sebatang kara sampai tua nanti. Sendiri itu memang bebas dan menyenangkan, tetapi berdua akan lebih indah dan bahagia.

"Menjadi seorang istri itu berat, Bu. Terlebih jika kita menikah dengan pria yang salah, kurasa itu akan sangat menyiksa." Ruth mulai menjelaskan.

"Dan, ya, benar. Seperti Ibu yang salah menikah dengan Ayah, dengan laki-laki keparat itu. Lihatlah, dari usia sepuluh tahun Ibu mengurusku seorang diri. Bekerja sebagai pembantu dan hidup bergantung kepada orang lain. Bukankah diam-diam Ibu sangat lelah fisik, hati juga pikiran, um?"

RAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang