Chapter 8

97.2K 5.4K 2.3K
                                    

Tidur telungkup dan membuat baju tidurnya naik hingga pada bokong dan memperlihatkan bokongnya yang mulus, wanita itu tersenyum ketika mendengar pintu kamarnya telah dibuka.

Membalikan tubuhnya lantas duduk bersandar pada kepala ranjang, wanita dewasa nan cantik itu kian merekahkan senyumnya kala melihat Hunter sudah berdiri gagah di ambang pintu.

Tanpa kacamata dan dua kancing atas kemejanya terbuka, Hunter menekan kusen pintu di atas dan ia remas kuat. Menyorot begitu seksi wanita cantik di atas ranjang bersama tatapan panasnya.

Hunter tersenyum. Rambutnya yang hitam tebal itu jatuh terbelah dan agak berantakan. Ia mulai mengambil langkah maju, merangkak naik ke atas ranjang kemudian mengecupi betis si wanita tadi dengan sensual.

"Berapa lama aku terlambat?" Hunter bertanya. Menekuk kedua lututnya guna menopang tubuh, lantas melepas tautan kemejanya secara perlahan.

Wanita itu terpaku pada tubuh kekar Hunter. Tangannya terulur, menyentuh perut keras Hunter dan ia kecup sekali dada lebar laki-laki tersebut.

Hunter terkekeh rendah. Melempar kemejanya kemudian ia belai pipi si wanita dengan amat lembutnya. Seketika ia jambak, mencengkeram rambut wanita di depannya lalu ia bawa wanita itu mendongak.

Menjilat bibir si wanita kemudian menjatuhkan salivanya ke dalam mulut perempuan itu yang sedari tadi menganga kecil.

Perempuan itu mendesah di saat Hunter bahkan belum menyodoknya. Dia seakan mabuk hancur ketika merabai lengan kekar Hunter yang keras berurat pun pria itu yang tengah menatapnya penuh gairah cinta.

"Baby..." Perempuan itu berlirih sesak kala satu tangan Hunter yang tersisa merambat naik ke batang lehernya dan memberi cekikan cinta di sana. Meremas batang lehernya dan masuk penuh ke dalam telapak tangan Hunter yang besar pun lebar.

Sungguhlah Hunter amat berkuasa. Ia sang pemegang penuh kendali di saat bercinta.

"Wanna fuck?" tanya Hunter. Berbisik tepat di depan wajah kekasihnya dengan ujung hidung mereka yang bersentuhan, pun terus menjambak serta mencekik batang leher kecil perempuan tersebut.

"Hahmmphh— God..." Perempuan itu mendadak gemetar. Ia kalang kabut dan bola matanya naik dengan tinggi. Hunter seketika menarik kedua kakinya, menarik pula dalaman seksinya dan Hunter bawa ke samping. Lantas Hunter sambar vagina perempuan itu dengan sekali lumatan penuh. Masuk utuh vagina kekasihnya ke dalam mulut Hunter.

Hunter isap kuat dan ia tarik kemudian dilepasnya perlahan sampai bibir vagina kekasihnya ikut tertarik.

Menindih, Hunter merayap naik ke atas tubuh kecil wanitanya lalu ia remas kedua payudara perempuan itu erat-erat. Telapak tangannya bahkan lebih besar dari kedua gunung sintal tersebut.

Perempuan itu seperti ingin menjerit, ia sayu kacau dan nafsunya meledak-ledak ketika Hunter bertopang tubuh tepat di atas wajahnya. Lantas hunter tarik turun resleting celananya perlahan, membuka pula kancingnya dan ia bebaskan kejantanannya dari dalam sana.

Dengan dagu agak terangkat pun melirik sipit sayu ke bawah, Hunter menepuk-nepuki ujung batangnya ke bibir wanitanya. Menggantung panjang ke bawah dan menegang kokoh, tampak besar pun amat keras.

"Oughh!" Perempuan itu melotot. Hunter menyodok masuk batangnya ke dalam mulut si wanita secara tiba-tiba. Ia jambak kuat rambut kekasihnya dan membawa kepala perempuan itu naik turun untuk melumat batang panjangnya yang sekeras kayu itu.

Semua pun berakhir kacau. Dua minggu tak berjumpa, Hunter begitu merindukan kekasihnya yang berposisi di Romania itu. Melarikan diri dari banyaknya pekerjaan, Hunter pun melakukan penerbangan privatenya menuju Romania.

RAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang