Chapter 7

104K 5.4K 1.6K
                                    

Mendayung pedal sepedanya laju, siang itu Ruth buru-buru untuk segera pulang dikarenakan masih ada Hunter di mansion.

Teringat. Senyum gadis itu merekah ketika ia mengingat kembali percakapannya bersama Hunter kemarin siang di bawah pohon.

Hunter mengiyakan. Menyanggupi ajakan Ruth yang meminta mereka berpacaran. Tidak berkata lebih, kemarin Hunter hanya tertawa kecil kemudian ia mengangguk.

Ruth bahagia. Dia bahagia sebab kini Hunter telah menjadi pacaranya. Yeah, begitulah pemikiran Ruth. Hunter telah menjadi pacarnya dan dia adalah pacar Hunter.

Sampailah Ruth di halaman mansion. Bertepatan pula dengan Hunter yang muncul dari arah dalam mansion, bersama dengan Caleb juga seorang bodyguard yang membawakan dua koper pria tersebut.

Mematung sudah Ruth. Gadis itu tak dapat berkedip dan menahan napasnya lama. Matanya hanya tertuju kepada Hunter, kepada pria itu yang siang ini mengenakan setelan licin serba hitam.

Kemeja hitam ketat yang satu kancingnya terbuka dan lengannya dilinting hingga pada siku. Hunter tambah pula dengan meyelipkannya ke dalam lalu memakai ikat pinggang.

Tak lupa kacamatanya dan rambut lurus pria itu yang disisir naik namun jatuh terbelah dengan sendirinya.

Hunter melangkah gontai sembari menggantung jas licinnya di pundak dan tetap ia pegang pada ujung. Menyelipkan pula satu tangannya ke dalam saku celana dan melangkah bersama Caled juga bodyguardnya.

Dari posisisnya, Hunter melempar senyum kepada Ruth yang lantas tersipu malu kemudian tertunduk. Tidak langsung masuk ke dalam mobil, Hunter lebih dulu menghampiri Ruth yang juga mengharapkannya mendekat.

Wangi maskulin dan aroma parfum mahal menusuk penciuman Ruth. Ia melihat dari mulai ujung sepatu Hunter kemudian naik perlahan, pelan-pelan membawa bola matanya hingga kini berhenti tepat pada wajah tampan pria itu.

"Aku pergi," celetuk Hunter seketika.

Ruth menyenggut. "Kapan Tuan akan kembali?" Ia membalas tatapan Hunter.

"Kapan pun aku merindukanmu, saat itu juga aku akan kembali agar dapat menemui dirimu," jawab Hunter diakhir sunggingan manis.

"Kuharap tidak terlalu lama. Aku ingin Tuan ada di hari kelulusanku nanti," kata Ruth. Ia mendongak tinggi, menilik bergantian kedua manik mata Hunter yang menghanyutkan.

"Benar. Aku lupa jika kau sudah mau lulus." Hunter tidak percaya jika gadis itu sudah akan menyelesaikan sekolahnya.

"Apakah kita bisa lebih serius setelah aku lulus nanti?"

"Kita bahas itu nanti." Hunter tersenyum saja. Ia usap singkat pucuk kepala Ruth kemudian pamit untuk segera berangkat.

Pergilah Hunter bersama Caleb dari halaman mansion dengan mobil yang dikemudikan oleh bodyguard. Duduk di sebelah Hunter, Caleb lantas memperhatikan pria itu yang sudah fokus membaca dokumen-dokumen di iPadnya dengan satu kaki dipangku seksi.

"Benar kau akan menikahi Ruth?" Tiba-tiba saja Caleb bertanya.

Hunter diam. Tidak berminat untuk membalas pertanyaan Caleb. Lanjut membaca sembari menyelipkan pulpen di sela jari.

"Sungguh kau mencintai gadis mungil itu?" Caleb kembali bertanya sebab tadi ia sempat mendengar percakapan diantara Ruth dan Hunter.

"Come on, Sir. Kau seperti seorang pedofil yang—,"

"Aku tidak mencintai gadis kecil itu dan aku tak memiliki minat lagi untuk menikah. Sekalipun aku gatal dan ingin bercinta, ada banyak wanita di luar sana yang dapat memuaskanku," sela Hunter cepat. Tanpa jeda sekaligus tanpa melihat Caleb dan tetap fokus ke layar iPad.

RAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang