Chapter 18

81.8K 5K 1.3K
                                    

Ini HIDDEN PART Ruth Hunter yg nggak bakal ada di Wattpad. Meskipun isinya cuma adegan bercinta panas, tapi aku HARAP kalian bisa usahain buat beli HIDDEN PART ini. Soalnya di sini ada ALASAN dan kejutan kecil KENAPA genre cerita ini Dark 'Lust' Romance.

Only 5k

Only 5k

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Beberapa hari berlalu setelah malam di mana Hunter mencoba untuk melamar Ruth, mulai hari itu Ruth kian menjauhi Hunter.

Wanita tersebut merasa bahwa, tidak berada di dekat Hunter adalah hal yang tepat. Jauh dari Hunter adalah satu cara yang dapat menenangkan hidupnya.

Mengingat dulu bagaimana ia jauh dari Hunter selama enam tahun, rasanya sangat nyaman meski memang begitu kosong.

Lalu sore tadi, Hunter meneleponnya untuk mengajak wanita itu makan malam bersama. Ruth menyetujui, menyuruh Hunter memesanlah saja makanan untuk mereka.

Namun apa yang terjadi?

Ruth tidak datang. Hunter terus menunggu hingga pukul delapan malam, mencoba menelepon Ruth tetapi perempuan selalu menolak panggilannya.

"Cassia, ponselmu terus berdering," kata Rumi.

"Biarkan saja. Itu Hunter." Dari kamar Ruth membalas.

"Apa yang terjadi?" tanya Rumi.

"Dia mengajakku makan malam tapi aku tidak ingin bertemu dengannya," jawab Ruth.

Rumi diam. Kasihan juga pada Hunter tapi ia tidak bisa memaksa kehendak hati Ruth yang seakan telah membatu. Keras pada kenyataan bahwa ia memang belum dapat sepenuhnya melupakan Hunter.

"Haruskah Ibu mengangkatnya dan menjelaskan?"

"Silakan Ibu angkat dan aku akan marah." Tegas Ruth membalas lagi. Seketika muncul dari kamar lalu spontan menonaktifkan ponselnya.

Rumi menghela napas. "Tidakkah kau terlalu jahat padanya, Sayang?"

"Tidakkah Ibu sakit hati dengan semua penghinaannya padaku dulu?"

Bergeming sudah Rumi. Tidak tahu lagi harus membalas apa.

"Ibu ke dapur. Jangan lupa habiskan makan malammu."

"Aku tidak lapar." Dengan perasaan kesal Ruth kembali masuk ke kamarnya. Melanjutkan membaca buku dan mempersiapkan materi juga tugas untuk besok.

Sementara di restaurant yang Hunter tetapkan untuk menjadi tempat dinnernya bersama Ruth malam ini, pria itu masih duduk menunggu dengan terus mencoba menghubungi Ruth.

Hunter memainkan ponselnya. Duduk bersandar, mendongak lalu mengembuskan napasnya panjang.

"Baiklah. Sepertinya aku pulang saja," monolog pria itu.

RAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang