Chapter 14

92.6K 5.1K 819
                                    

Accessible via the web

Www.KaryaKarsa.com

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"Sungguh dia belum menikah?"

"Iya, Bu. Hunter belum menikah. Tapi aku tidak percaya. Bisa saja dia bohong."

Rumi menyenggut setuju. Kurang meyakinkan bila Hunter belum menikah lagi sampai kini. "Kalau begitu, anak siapa yang dulu Ibu lihat dia gendong?"

"Sudah pasti anaknya bersama Vera. Kuyakini mereka sudah menikah, tidak mungkin pernikahan mereka dibatalkan," balas Ruth.

"Kau benar. Tuan Hunter tidak mungkin terima dirinya dipermalukan. Siapa yang tidak tahu tentang trah mereka yang sangat terhormat itu," timpal Rumi.

"Um. Trah Scott dan kehormatan mereka yang melambung tinggi. Tidak akan pernah menerima diri mereka dipermalukan dan dikhianati." Ruth membalas lagi.

Sejenak hening. Ruth dan Rumi menikmati makan malam mereka dengan tenang. Sibuk pada pikiran mereka masing-masing.

"Ngomong-ngomong ... Tuan Hunter semakin panas saja, ya. Beberapa hari lalu, tidak sengaja Ibu melihatnya. Dia semakin panas dan seksi. Berapa usianya sekarang?" Rumi hendak menebak-nebak.

"Tiga puluh empat. Dia sudah tua," celetuk Ruth cepat.

"Kau mengingat usianya?" Rumi terkejut.

"Um. Jarak usia kami sebelas tahun. Jika sekarang aku sudah dua puluh tiga tahun, makan dirinya tiga puluh empat tahun," jelas Ruth.

"Pantas saja dirinya semakin seksi. Pria-pria seusianya memang sedang panas-panasnya dalam segala hal." Rumi agak menyengir. Membayangkan Hunter saja sudah membuat perutnya terasa geli.

Ruth terkekeh ringan lalu ia menggeleng kecil. "Apakah ini yang sedang Ibu bayangkan?"

"Tidak ada. Ibu hanya membayangkan pundaknya yang lebar. Sepertinya sangat nyaman jika bersandar di sana." Tertawalah Rumi karena Ruth menatapnya dengan satu alis terangkat.

"Fisiknya memang nyaman di mata dan nyaman untuk disentuh, Bu. Tapi, Ibu belum tahu saja bagaimana lidahnya bekerja," kata Ruth.

Sontak bola mata Rumi membulat. "Lincahkah?"

"What?" Ruth mengernyit dan tubuhnya agak mencondong ke depan saat bertanya barusan:

"Lidah Tuan Hunter. Lincahkah?" ulang Rumi.

Sesaat Ruth bergeming. Menyipit dan bola matanya bergerak ke kiri dan kanan. Mengingat kembali apa sebenarnya topik awal obrolan mereka. Kenapa bisa lari sampai ke lincah-lincah?

"Lincah bagaimana maksud Ibu? Tajamkah?" Terlalu mencintai dunia pendidikan dan menolak keras dunia percintaan, sampailah Ruth tumbuh menjadi wanita dewasa yang tidak memahami apa pun seputar dunia pasangan.

RAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang