🌹 ROSE | Scott Series #6 💋

55.5K 781 50
                                    

Saya kasih kalian baca Chapter 1 dulu, ya. Happy reading 💘🌹

****

CHAPTER 1 : Authoritarian Man

"Please..."

Jari-jemari besar itu tidak melemah. Cengkeramannya pada batang leher kecil dan mulus lebih erat kini. Mencekik, memepetkan tubuh kecil wanita yang dicekiknya ke dinding kaca apartment.

Lingkar mata si wanita memerah pun tatapannya memburam. Digenggamnya lengan kekar pria yang tengah mencekiknya dengan degup jantung melemah, lantas bulir bening mulai luruh dari pada pelupuk mata si wanita.

"Berhenti mengikuticampuri semua urusanku. Sekalipun aku ingin menusuk banyak lubang wanita di depan matamu, cukup kau lihat dan kau amati. Kau mengerti, mh?"

Berbisik, berucap pria berpostur ramping kekar ini kepada wanita yang tengah dicekiknya. Aroma kayu manis menyeruak kuat dari tubuhnya, sorot matanya setenang genangan air tak berpenghuni dan sayu-sayu seadanya.

Garis wajahnya menunjukkan ketampanan murni, tertanam kekejaman di sana. Suaranya berat dalam, berpangkal tinggi hidungnya yang mancung. Bibirnya berisi padat nan seksi, kemerahan dan kini terdapat satu luka kecil di bagian sudut bibir si pria.

Jemari-jemari besar pria ini melemah, perlahan-lahan ia melepas cengkeramannya dari batang leher si wanita, kekasihnya.

Wanita malang itu menahan air matanya yang hendak kembali luruh. Didorong ia dengan kasar hingga jatuh terkapar ke lantai, mencari sebanyak mungkin pasokan oksigen guna menenangkan diri.

"Aku, a-aku ingin kita putus." Tergagap wanita itu berucap, menelan semua rasa sakit yang seolah menggumpal besar dì tenggorokannya.

"Kau tidak sanggup denganku, mh?" Pria itu mengambil sekali langkah maju. Jantan gagah ia berpijak, berdiri ia di hadapan sang kekasih.

"Apa artinya hubungan ini? Kau tidak mencintaiku," kata wanita itu. Hampir-hampir air matanya luruh kembali.

Setegar apa pun wanita, tetaplah ia lemah ketika diperhadapkan oleh perasaan cinta. Terlebih cinta yang menyakitkan dan bukan memberi kemabukkan asmara.

"Dengarkan aku baik-baik." Pria tadi sekali lagi ia melangkah maju. Kemudian ia angkat kaki kanannya, meletakkan telapak kakinya kepada pipi si wanita dan dia tekan kuat mendadak, menginjak, menempelkan kepala kekasihnya ke lantai.

Pria ini merunduk rendah. Mengamati wajah kekasihnya yang terpejam memendam rasa sakit serta merta ketakutan mendalam. Sudah bergetar kedua tangannya, berkeringat dingin telapak tangan si wanita.

"Kau hanya perlu menjadi kekasihku dan jangan banyak memprotes. Sampai mirip anjing rabies pun kau meminta putus dariku, tak akan pernah aku melepasmu agar kau dapat hidup bebas," tekan si pria. Injakannya semakin kuat.

"Kau milikku tetapi aku bukan milikmu. Aku berkuasa penuh atasmu dan kau tak memiliki hak apa pun atasku. Pahami itu."

"Bunuh saja aku, Alessio. Bunuh aku sekarang." Memburam lagi kedua mata wanita itu, dia melirik tinggi pada wajah kekasihnya, Alessio Robyn Scott.

"Akan kulakukan jika aku mau. Kau tahu aku tidak mencintaimu dan kau tidaklah berharga bagiku." Alessio Robyn Scott, otoriter adalah sifatnya. Apalah arti kelembutan, ia tidak tahu.

"I hate you, Al. I hate you too much," lirih wanita itu. Serak parau kemudian air matanya jatuh tanpa segan. Masih menempel pipinya di lantai, terinjak kuat oleh Alessio Robyn Scott.

"Itu bagus. Semakin kau membenciku, semakin kau menderita ketika terus bersamaku," kekeh Alessio. Satu seringaian keji tercipta pada air muka tampannya.

RAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang