Chapter 29

105K 4.7K 668
                                    

2400 kata = dua jam setengah!

Selamat meramaikan!

****

Samar-samar sinar matahari menelusuk masuk ke kamar new pasutri itu, Ruth dan Hunter.

Menembusi gorden putih di jendela lalu memapar wajah tampan Hunter yang masih terpejam. Napasnya teratur. Tidur dengan posisi telungkup, pun selimut yang menutupi setengah tubuh pria sampai pada pinggang.

Saat mendengar semua mesin-mesin mobilnya yang tengah dipanaskan oleh para bodyguard dan menggelegar garang, langsung saja pria itu terbelalak kecil.

Perlahan membuka mata dan yang pertama ia cari adalah istrinya Ruth.

Senyum manis terukir pada bibir Hunter. Ia menyunggingkan senyum tampannya dan kembali memejamkan mata.

Mengingat lagi bagaimana semalam ia telah mengobrak-abrik habis perempuan itu dengan sentuhannya yang penuh syarat akan cinta.

Membalikkn tubuh, lantas Hunter ulurkan tangan kekarnya ke atas nakas. Meraih ponselnya di sana lalu membuka lock.

Sayu redup pria itu memandangi foto pernikahannya bersama Ruth yang ia jadikan homescreen. Di foto itu Ruth tampak kaku dengan menggandeng lengan Hunter.

Menuju aplikasi WhatsApp, langsung saja Hunter membuka room chatnya bersama Ruth yang ia pin di paling atas.

Dengan mata terpejam pria itu mengirimkan satu pesan suara kepada istrinya.

"Morning, Mrs. Scott. I love you." Serak basah, berat suara Hunter terdengar. Ciri khas para pria bangun tidur.

Hunter tersenyum lagi dengan tipis namun manis. Melihat pesan suaranya telah Ruth baca dan wanita itu tengah mengetik.

"Morning, Mr. Scott. I love you."

Kemudian di rumah ibunya, Ruth tampak pucat dengan bibir membengkak juga mata menyembap. Duduk pada kursi di meja makan dengan menahan senyum membalas pesan suara darinsuaminya.

Pagi-pagi sekali perempuan itu telah terbangun. Berdebar hebat saat mendapati lengan Hunter melingkar di perutnya, pun ia yang memeluk kepala Hunter di dada dengan mesra.

Tidak sanggup untuk berinteraksi bersama Hunter setelah malam panas mereka, Ruth lantas memilih untuk mengunjungi rumah ibunya dan akan libur mengajar selama beberapa hari.

Ia seperti akan jatuh sakit. Badannya terasa remuk hancur, persendiannya seakan terlepas juga kewanitaannya yang membengkak panas. Bukan hanya bengkak biasa, tetapi sungguh bengkak luar biasa.

Bengkak, memerah dan panas terasa. Sampai-sampai Ruth telah meminum dua butir sekaligus obat pereda nyeri juga bengkak atas perbuatan gila Hunter.

"Sa-sarapanmu. Makanlah lalu mandi dengan air hangat. A-akan Ibu siapkan." Rumi datang. Mengantarkan sarapan pagi Ruth dengan ucapan terbata-bata.

Rumi malu sendiri melihat keadaan Ruth. Sangat jelas bila putrinya usai dibantai dan telah resmi menjadi seorang istri, wanita dewasa yang tidak lagi murni.

Bagaimana tidak?

Ruth berusaha menutupi lehernya yang terdapat banyak tanda merah hasil perbuatan Hunter, tapi tetap saja dapat Rumi lihat dengan jelas.

Leher merahnya, bibir bengkaknya, muka pucatnya, mata sembapnya, semua terlalu mencolok gamblang dan membuat Rumi merasa ngilu. Sehebat apa Hunter sampai ia buat putrinya sekacau itu.

RAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang