Chapter 4

131K 7.1K 1K
                                    

Apa sih yg buat kalian paksa-paksa aku biar cepat update cerita ini? Padahal kalian tau sendiri aku masih fokus ke RAPED (Logan Naomi).

Ayolah, satu-satu. Aku manusia cuy, bukan robot pemikir ide atau robot pengetik. 😖

Nggak marah sih, tapi lebih ke risih karena dipaksa-paksa buat update RAPE secepatnya. 😞 Kalian nunggu apa sih emangnya? Adegan ngewenya Ruth Hunter apa gimana? Ntar juga kalau udah ada adegan itu paling yang vote cuma 100 orang. Udah hafal aku mah 😔

Jangan ditunggu. Soalnya masih lama.

****

"Selamat pagi, Tuan."

Tidak langsung menjawab, Hunter kini menghentikan kunyahannya kala Ruth datang dari arah depan. Membawa segelas kopi yang masih mengeluarkan uap panas, serta dirinya yang tampak cantik, anggun dan polos.

"Pagi." Barulah Hunter membalas.

Ketika Ruth menghidangkan kopi itu di sebelah Hunter, ekor mata Hunter kini melirik Ruth dengan sorot sayu seksi.

Ruth berkedip, ia mencuri satu pandangan dan tepat sudah kontak mata mereka bertemu. Gadis muda itu lantas tertunduk, teringat kembali akan percakapan intim antara dirinya dan Hunter semalam.

Mereka hampir berpagutan, pun bahkan hanpir berakhir di ranjang. Akan tetapi, Ruth yang semalam telah gemetar, ia merasa takut pada Hunter kemudian memilih untuk melarikan diri.

Membayangkannya saja ia sudah tahu bila vaginanya pasti akan robek. Robek juga berdarah seperti di dalam mimpi mereka.

"Mau kuantar ke sekolah?" Hunter bertanya. Menyeruput kopi buatan Ruth yang ia gemari.

"Tidak usah, Tuan. Tak apa, Ruth sudah terbiasa naik taksi." Rumi datang. Menolak tawaran Hunter sebab ia merasa tak enak hati juga tidak sopan.

Hunter melonggarkan dasinya yang terlalu kencang. Melinting lengan kemejanya hingga pada siku kemudian menyugar rambutnya yang kembali jatuh lalu terbelah.

Ruth, Rumi dan semua pelayan wanita yang menemani pria itu makan, mereka berkedip lalu secepatnya tertunduk. Berusaha menjaga mata mereka agar tidak lancang.

Sekali lagi. Hunter Gideon Scott adalah pria baik hati dan dermawan, hingga tanpa diminta pun, ia akan menerima banyak penghormatan dari semua manusia yang berada di dekatnya.

Di dalam buku catatan hidupnya, Hunter hanya menerima banyak pernghormatan dan penghargaan. Tak ada satu pun jejak aib keburukan pria tersebut. Berbanding terbalik dengan ayah juga kedua kakaknya yang kontroversi.

"Baiklah." Hunter berdiri. Memakai kacamata bening miliknya yang tidak akan pernah ia lupakan. Matanya terlalu bahaya untuk semua kaum hawa yang kegatalan.

"Aku akan berangkat ke California untuk kepentingan bisnis. Maka selama beberapa hari ke depan, kalian jagalah mansion kita dengan baik. Hubungi saja aku bila ada sesuatu," sambung Hunter.

"Tuan akan pergi?" lontar Ruth tanpa sadar. Lantas ia tutup mulutnya karena semua orang kini melihatnya.

Tampan Hunter menarik sudut bibirnya. Pria itu menyenggut. "Um. Kau mau ikut?"

RAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang