Chapter 24

82.8K 5.2K 1.9K
                                    

"Lagi? Dia menawarkan pernikahan lagi padamu?"

"Iya, Ibu. Dan kali ini di hadapan semua penghuni kampus. Ibu tahu? Mendadak aku seperti ingin melenyapkan diriku ke dalam rawa-rawa."

Semangat, antusias juga menggebu-gebu Ruth bercerita. Mengatakan semua yang hari ini terjadi di kampus. Di mana Hunter mengajaknya menikah di depan semua orang hingga seluruhnya menyoraki mereka saat Ruth dan Hunter sedang duduk bersama.

Rumi mengulum senyum melihat putrinya yang bersemangat. Tidak pernah lagi Ruth seperti ini, terakhir saat dulu ia masih menjadi seorang gadis kecil.

"Dan kau menolaknya lagi?" tanya Rumi. Di dapur mereka memasak bersama.

Ruth melirik lebih dulu ibunya. "Kali ini aku menjawab; iya, tapi suatu hari nanti. Begitu kataku," jelas Ruth.

"Sungguh kau ingin menikah dengan Tuan Hunter suatu hari nanti?" Rumi memastikan. Ini jawaban yang sangat ia nanti-nantikan sedari awal.

Ruth bergeming sesaat. Memotongi satu buah bawamg bombai dengan perlahan. "Masih kupelajari keseriusannya."

"Hati-hati. Trah Scott terkenal dengan mereka yang sangat setia pun membenci sebuah pengkhianatan cinta. Jangan sampai kau membuat kesalahan seperti Audrey dulu dan berakhir mh di tangan Tuan Hunter." Rumi mengingatkan.

"Berakhir mh apa?"

"Mh enak."

"Ibu...." Ruth berteriak lalu Rumi tertawa. Asyik juga menggodai putrinya yang diam-diam mulai nakal bersama Hunter.

"Apa Tuan Hunter pernah menciummu?" Ini dia yang sangat Ruth takutkan. Kenapa bisa ibunya bertanya tentang hal itu.

Ruth berpura-pura santai. "Tidak pernah."

"Sungguh?"

"Um." Ruth mengangguk. Saat ia hendak meliriki ibunya di samping, sontak saja kedua wanita itu tergelak. Ruth terkejut melihat Rumi yang sudah memasang mimik menjengkelkan tidak percaya.

"Kau yakin tidak pernah? Kemarin saat Hunter mengantarmu pulang, Ibu melihat lipgloss milikmu menghilang dan bibirmu membengkak. Kenapa bisa?"

Jadilah Ruth tertawa. Ternyata mereka sudah ketahuan. "Okay. Kemarin dia menciumku di mobilnya. Hanya berciuman, sungguh."

"Kau membalas ciumannya?"

"Ibu...."

"Kau pasti membalasnya, kan? Kan, kan, kan... kan?"

"YES. I REPLIED!"

****

Ada apa dengan hari-hari ini. Hanya perasaan Ruth saja atau bagaimana. Pasalnya, perempuan itu merasakan bila hari-harinya mulai kembali hidup.

Cerah berwarna seperti saat dulu ia masih menjadi seorang Cassia Ruth Elodie remaja berusia enam belas tahun. Cerah penuh warna juga penuh semangat. Dan itu baru saja terjadi beberapa hari belakangan ini.

Tepatnya setelah Hunter membuntikan secara gamblang jika ia belum menikah, pun Rita yang berbohong bila Hunter telah menidurinya.

Ditambah lagi dengan mereka yang sudah menjadi kian dekat. Bahkan mulai aktif saling berkomunikasi melalui ponsel.

Rasanya sungguh seperti sedang menjalani suatu pendekatan diri juga hubungan. Entah benar begitu atau mungkin hanya perasaannya.

"Cukup? Sudahkah kalian memahaminya?"

"Yes, Ma'am."

"Baiklah. Kerjakan tugas kalian dan kumpulkan padaku di jam pertemuan kita dalam dua hari mendatang," pinta Ruth. Merapikan beberapa buku-buku cetak tebal mata pelajarannya.

RAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang