Sebelas. Persaingan Tak Kasat Mata

45 9 2
                                    

Tidak ada hal yang paling seru bagi siswa IPA 1 selain pertikaian tak kasat mata antar Jane dengan Atra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada hal yang paling seru bagi siswa IPA 1 selain pertikaian tak kasat mata antar Jane dengan Atra. Dua orang itu awalnya dikenal sebagai sahabat karib yang sempat berpisah karena kelihatan akrab. Apalagi gimana Jane tidak segan menyapa Atra setiap bertemu di gerbang sekolah tapi kini mengabaikan cowok itu saat melewati area pemeriksaan OSIS Divisi DK. Pagi itu, Atra berjaga dengan Mila dan Ciko. Dua orang itu yang menyadari perang dingin ketuanya dengan seorang gadis yang pernah mereka tangani hari Jum'at lalu jelas merasa tidak enak.

Apalagi mereka sangat tahu bagaimana Atra yang jarang tersenyum itu, akan mengulas senyum tipis dengan wajah kakunya sewaktu Jane menyapa ringan. Ciko mendekati Atra yang tengah menggeledah tas seorang siswa yang terlihat mencurigakan sewaktu datang dengan menatap Atra takut-takut. Cowok satu ini salah satu siswa yang terkenal suka merokok di lingkungan sekolah. Mungkin dia merasa salah waktu datang, lantas lupa untuk bersikap normal sehingga Atra dengan mudah menilai cowok ini.

"Rokok ini gue sita," Atra mengambil plastik seperapat yang diikat, berisi tiga buah rokok beserta pemantik api. Ia memasukkannya ke dalam kotak berisi barang sitaan lain yang membuat lelaki di depannya mendengkus.

"Bang, elah. Itu baru beli."

"Emang ada yang nyuruh lo beli?"

Lelaki itu, yang tak lain ialah Riki. Adik dari Rio si ketua OSIS akhirnya mendengkus jengkel. Ia berjalan meninggalkan Atra yang geleng-geleng kepala, sembari kembali memerhatikan proses penyitaan barang pagi itu.

"Tra, tadi Jane lewat."

Atra santai saja, menerima satu tas lain dari Mila yang nampaknya menemukan sebuah barang aneh dari tas seorang perempuan berkerudung yang kini tampak ketakutan. Cowok itu santai membuka tas berwarna biru laut tersebut, menggeledahnya lantas mengeluarkan sebuah komik dengan cover yang membuatnya terkesiap sesaat, sedangkan Ciko lebay sekali menutup matanya.

"Lo gak tobat, tobat, Ca!"

Gadis bernama Ica itu nyengir. "Hehe, gue lupa soal razia hari Selasa," ia melirik si ketua Divisi yang tampak geleng-geleng kepala. "Tra, jangan disita, ya. Gue baru baca setengah!" ia menatap komik dengan cover dua orang cowok yang saling menatap, dimana Mila mendekati Kakak kelasnya itu lantas berbisik.

"Kak, kalo udah selesai. Gue boleh baca?"

Atra mengela napas, jengkel. "Ambil besok sore."

"Atraaa!" rengek Ica, meskipun tahu rengekannya tidak pernah berhasil. Ia mengenal Senjagatra sejak Sekolah Dasar yang membuatnya sadar bahwa Atra dan sikap kerasnya tak dapat diganggu gugat. Maka gadis itu cemberut, meninggalkan seri komik BL terbarunya sedangkan Atra memasukkan komik itu dengan jengkel ke dalam kotak. Sudah tahu dilarang membawa komik dengan genre dewasa, masih ada saja yang bandel. Gerutunya dalam hati.

Lempar Umpan, Sembunyi TanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang