Tiga Puluh Enam. Saling Memaafkan

35 7 1
                                    

Orang bilang, kehilangan itu bukan berarti sesuatu yang buruk untuk hidup kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Orang bilang, kehilangan itu bukan berarti sesuatu yang buruk untuk hidup kita. Kadang kehilangan bisa berarti kembali mendapatkan hal baru dan melepaskan apa yang harus dilepas. Meskipun kenyataannya kehilangan itu jelas menyakitkan. Tetapi yang menyakitkan itu justru dapat menguatkan diri kita. Menjadikan hidup seperti sebuah mesin motor yang kalau sudah waktunya diganti, maka kita harus merelakan mesin motor itu dibuang dan digantikan dengan mesin yang baru.

Namun untuk lelaki Senjagatra itu, kehilangan jelas merupakan hal paling menyakitkan untuk hidupnya. Kehidupannya terlalu sering diisi oleh kepergian orang-orang yang dia sayangi sampai akhirnya perasaan Atra mati. Mungkin itu juga yang membuat cowok ini bahkan tidak peduli meskipun sang Ibu tidak mengingatnya.

Karena sejak awal, hati Senjagatra sudah ambruk dan tidak tersisa.

Remaja laki-laki itu duduk di salah satu kursi yang dulu menjadi saksi Dana melompat keluar dan menyisakan bekas luka di tangannya. Saat itu Atra tahu bahwa tangan Dana bukan hanya bengkak, tapi juga terluka akibat sisa darah yang terlihat sama dari perban yang cowok itu pakai.

Semua orang percaya kalau tangan Dana bengkak. Apalagi Jane dan Pita yang jelas lebih dulu melihat Dana bersama tangannya yang diperban alih-alih Atra yang baru tahu saat masuk ke dalam kalas.

Cowok itu terkekeh. Merasa lucu bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan lelaki itu bahagia.

Di lain sisi, Jane yang mengetahui kabar bahwa Dana dikeluarkan dari sekolah lantas segera berlari keluar kelas. Meninggalkan Pita yang hanya bilang bahwa Atra mungkin lebih sedih darinya. Meskipun gadis Januarni itu tahu bagaimana perasaan Pita terhadap Dana.

Namun tetap saja, hatinya juga berkata bahwa Atra harus dia temani. Dia harus menemukan Senjagatra segera untuk mengetahui bahwa cowok itu baik-baik saja. Sudah lama ingatannya mengenai Sunshine—yang ternyata Atra kecil—yang dulu dia pikir tangisan bocah kecil yang sedang murung di depan ruang VIP ialah karena dia sakit parah.

Padahal kenyataannya, bahwa Senjagatra yang murung sampai dua sahabatnya datang menemani adalah karena tubuh Sky terbaring lemah di ranjang akibat kerusakan otaknya. Serta kenyataan bahwa lelaki itu koma akibat percobaan bunuh dirinya dari gedung fakultas MIPA di salah satu kampus Jakarta.

Matanya menangkap sosok cowok yang persis seperti bocah laki-laki yang murung di depan ruang VIP saat itu. Lantas langkah kakinya yang cepat berubah sedikit lambat sampai akhirnya dia berhenti di depan Senjagatra yang mendongak.

Raut wajah yang biasanya kaku itu berubah sendu, bola matanya merah tapi tidak ada air mata yang menggenang. Seakan-akan ini memperlihatkan sosok manusia yang sedang berusaha mematikan perasaannya.

Belum sempat Jane bicara, Atra lebih dulu berdiri dan memeluk cewek itu. Bersembunyi di antara lekuk lehernya sambil menghirup aroma manis dari permen karet yang merupakan parfum favorit gadis itu.

Cowok itu akhirnya bersuara dengan nada serak. "Kenapa gue selalu suka meluk lo?"

Jane tersenyum, mencoba merengkuh balik cowok itu sambil membalas. "Pelukan gue mirip pelukan ibu peri, maybe."

Lempar Umpan, Sembunyi TanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang