Tiga Puluh Empat. Ibu, Wanita Paling Hebat

27 7 0
                                    

Setelah kabar Dana pingsan di ruang sidang akibat berteriak histeris entah karena apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kabar Dana pingsan di ruang sidang akibat berteriak histeris entah karena apa. Sekolah langsung dibubarkan habis remaja laki-laki itu dibawa ke rumah sakit bersama ambulans yang datang dan kedua orangtua yang ikut bersamanya. Lantas sekarang di sinilah Jane, duduk di hadapan Pita yang perlu dihibur sambil mengemil kentang goreng mcd dan segelas mc coffee float.

Jane hanya memesan chicken nugget dengan tetap menunggu dua sahabat Pita datang. Mereka pernah bertemu sekali waktu Pita drop habis dituduh maling oleh satu kelas—kejadian waktu rencana Atra yang secara tidak langsung melibatkan Pita.

"Kok bisa Dana pingsan?"

Denies langsung duduk di samping Jane setelah bertanya. Lalu Lala menyusul membawa makanannya bersama pesanan Deniese lima menit kemudian.

Jane menggeleng. "Gue juga kurang tau. Tapi kata Karen, Dana sempet teriak kenceng banget. Sampai Pak Todi sama Pak Satpam masuk dan cowok itu udah pingsan," ucapnya.


"Stress kali," Lala santai sekali menyahut, sebelum bahunya kena pukul Pita yang protes. "Ta! Tiap orang, kan, pasti pernah stress. Kalo dia udah gak kuat sama stressnya, ya pingsan."

"Tapi jangan ngomong gitu, ih! Gue ..., gue takut... huhu.." cewek itu kembali nangis tersedu-sedu. "Gimana kalau Dana hilang ingatan? Atau dia pergi buat pengobatan ke luar negeri kayak di film-film? Kalau di drama, kan—"

"Gue saranin lo berhenti nge drakor!"

"Deniese!"

"Apa?"

Jane menepuk jidatnya, sedangkan Lala tergelak. "Cewek bulol, bulol. Dana gak bakal kenapa, kenapa. Dia cuma butuh istirahat, Ta. Geregetan gue," gerutunya.

"Sekarang berdoa buat Dana Rafathar yang ternyata anak ketua Yayasan. Bismillah semoga Pita berjodoh dengan si anak tunggal kaya raya ini, amin!"

"Ihhh, Deniesee. Lagi sedih juga, huhu..." cewek itu masih menangis, tapi terlihat sedikit senyum dari wajahnya yang murung. Dia tahu Denies hanya sedang bercanda dan cewek itu cukup terhibur oleh ketidakjelasan sahabatnya itu.

"Senyum juga lo," ejek Jane membuat Pita melotot, jarinya bergerak mengusap air matanya yang kembali menetes. Lalu dia meminum kopinya kuat-kuat. Tenaganya terkuras sehabis menangis selama hampir setengah jam.

Lala kali ini melirik Jane, bertanya. "Jadi pelakunya beneran Dana? Bukan si Reksa?"

"Huum, Dana pelakunya. Pita saksi paling kuat, karena kebucinannya hampir memperburuk satu sekolah," sindirnya pada Pita yang kini menciut dengan wajah merah padam.

"Gue kan, udah minta maaf.."

"Iya, iya. Bercanda, Ta."

"Bercanda mulu, ih. PBL, tauk. Panik Banget Loh."

Lempar Umpan, Sembunyi TanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang