Tiga Puluh Dua. Pencurian SMP Nusantara

33 9 0
                                    

Gedung SMP Nusantara di deretan kelas 9 terlihat ramai dan penuh sesak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gedung SMP Nusantara di deretan kelas 9 terlihat ramai dan penuh sesak. Semua siswa siswi berbondong mengintip kericuhan yang terjadi di kelas 9 C yang diawali dengan teriakan seluruh anggota kelas pada satu orang cowok yang tidak pernah mereka sangka merupakan pencuri ulung. Sudah ketahuan memiliki Bokap yang korupsi, anaknya pun sama saja. Begitu ucap salah seorang siswa selagi beberapa yang lain mendengarkan ocehan tidak asal-asalan itu.

Sosok yang menyebabkan kegaduhan itu adalah Reksa, dan sosok yang kehilangan uang adalah sahabatnya sendiri, Dana. Sedangkan satu orang lagi yang menjadi penengah merupakan Senjagatra, atau kerap dipanggil Atra.

"Lo beneran suka dicap sebagai pencuri?" kali ini adalah suara Dana yang parau, penuh kekecewaan pada sosok laki-laki selama hampir 9 tahun menjadi sahabatnya. "Sa, gue nggak bakal marah kalo pun lo ngaku kalo lo cuma marah sama Bokap lo. It's okay, kita kan—"

Reksa tergelak, pipinya yang lebam begitu nyeri selagi cowok itu tertawa. Ia menatap sosok laki-laki tinggi di samping Atra dengan sinis. "Gak usah sok suci, Dan. Gue tahu kalo lo sama sampahnya kayak gue," ucapan ketus cowok itu pun beralih pada Atra yang menahan amarah keduanya selagi Reksa bicara. "Sedangkan lo, Tra. Cowok cengeng dan sombong, bahkan setelah Ibu lo gila dan Abang lo bunuh diri—"

"Anjing!"

Bugh!

Pukulan kedua kembali mengenai Reksa, membuat laki-laki itu kali ini terjatuh sedangkan Pak Adi, guru BP SMP Nusantara langsung masuk ke dalam kerumunan serta membantu Reksa berdiri. "Kalian bertiga, ikut ke ruangan saya," ucapan tegas pria itu pun membuat kerumunan kelas perlahan memberikan jalan untuk Reksa, Atra, dan Dana serta anggota inti kelas 9C seperti ketua dan wakil ketua kelas untuk ikut ke ruangan sidang.

Hari itu bisa dibilang merupakan hari dimana persahabatan tiga serangkai itu jelas hancur. Dana tetap memaafkan Reksa namun kepala sekolah memutuskan untuk memberikan hukuman berupa skors selama 2 minggu pada Reksa. Atra hanya diberi peringatan akibat tindakan main tangan sendirinya dalam menghukum tindakan Reksa.

Lantas hari ini, dinamika mereka seperti terulang. Namun bukan Reksa lagi yang akan menjadi objek kesalahan. Melainkan pria jangkung dengan raut wajah ketakutan dan bola mata kejujurannya tidak bisa membohongi audiens.

"Saya pelakunya, Pak. Saya yang telah mencuri pulpen Roy, buku Biologi Karen, catatan Kimia Freya, bukunya Fred. Saya juga udah bikin skenario mati lampu saat itu sampai tindak meracuni pengawas CCTV biar nggak sadarkan diri semalaman.." cowok itu membasahi bibir bawahnya. Ia kali ini begitu mantap menatap Pak Todi dan jejeran petinggi sekolah SMA Nusantara lain. "Saya siap untuk dikeluarkan dari sekolah," dia menatap Ayahnya yang begitu syok di salah satu kursi.

Ketua Yayasan Nusantara, Ayah Dana, Aryasa Sergio Pratama.

***

Setelah membiarkan Atra pergi untuk kembali ke ruangan sidang, gadis Januarni itu berniat untuk mencari temannya. Sebelum tangannya lebih dulu ditarik dan dia bersitatap dengan Karenina. Perempuan itu mengela napas lega seperti baru saja bertemu dengan orang yang dia cari hampir 1 bulan. Tapi kenyataannya, memang Karenina mencari gadis ini.

Lempar Umpan, Sembunyi TanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang