Tiga Puluh Delapan. Datang dan Pergi

28 6 2
                                    

Setelah menyelesaikan kelas terakhirnya, Popita Dewi langsung keluar kelas meskipun Bu Sri baru selesai menutup pelajaran PKn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menyelesaikan kelas terakhirnya, Popita Dewi langsung keluar kelas meskipun Bu Sri baru selesai menutup pelajaran PKn. Perempuan berambut pendek itu ingin cepat-cepat pulang. Dia ingin segera bertemu seorang cowok yang sekarang berdiri di samping mobil silver yang terparkir manis di depan sekolah mereka.

Seperti kisah Chinderella yang dijemput kereta kuda untuk menemui pangeran tampan. Pita sekarang layaknya princess yang beruntung itu karena bukan hanya kereta kuda yang menjemputnya. Tapi juga seorang pangeran tampan bernama Dana Rafathar Pratama yang tersenyum dan melambai. Tidak butuh waktu lama, gadis itu sudah berlari ke cowok itu.

Memeluk cowok itu dengan erat seakan mereka sudah tidak bertemu selama 1 tahun.

"Hei, malu kali diliatin Pak Satpam," ucap Dana seraya berusaha melepaskan diri dari Pita yang semakin erat memeluknya.

"Gak mau, ih. Aku kangenn banget sama kamu, tau. Hari ini gak ada lagi Dana yang duduk di belakang Pita. Siapa yang gak kangen coba?"

Dana tertawa. Popita jelas seperti permen manis di tengah kehidupan monotonnya yang pahit. Saat pertama kali mendapatkan surat dari seorang bocah perempuan berpipi bulat dan rambut dikuncir dua serta memiliki senyum manis. Dana tahu bagaimana hari sepanjang sekolah tidak lagi berwarna abu-abu.

Dia menemukan sedikit cahaya yang bukan hanya berasal dari dua sahabatnya. Tapi juga dari gadis ini. Yang bahkan tidak peduli saat Roy mengejeknya bucin sambil menarik tasnya sehingga pelukannya pada Dana terlepas. Cewek itu langsung mengomel.

"Roy Kiyoshi! Lo tuh nyebelin parah, sih. Orang kalo jomlo tuh emang sirik, ya. Cari pacar sono!" usirnya.

Reksa muncul dari belakang Roy dengan Atra yang mengekor dan Jane yang ikut di samping Atra. "Heh, bulol. Ini masih di sekolah! Gak baik Adek kelas kita liat kelakukan seniornya gak sopan peluk, pelukan. Lo pikir ini drama Korea impian lo itu, apa?"

Pita mencibir. "Duh, ada lagi jomlo yang bertepuk sebelah tangan cintanya. Mending lo jauh, jauh, deh. Iblis."

Mendapat sindiran yang menyakitkan itu, bahkan di dekat Jane yang langsung tertawa bareng Roy membuat wajah Reksa semerah tomat. Dia menatap Dana yang ikutan tertawa meskipun hanya berbentuk kekehan pelan. Berbeda dengan Atra yang cuman tersenyum kaku di belakangnya.

"Jir, Dan. Lo kok mau pacaran sama ini dedemit? Mending cari yang lain, deh. Gisele noh, kalem."

"Ihh, Reksa! Jahat banget lo ngomporin pacar gue!"

"Ihh, Pita! Kan lo duluan!"

"Ihh, jangan ikutin suara gue. GBL, Sa, GBL. Geli Banget Loh."

Dana yang sudah melihat dua orang itu saling beradu langsung menarik Pita ke dalam rangkulannya. Dia menatap Atra sambil tersenyum tipis. "Besok gue ikut ke trapi Ibu lo, ya. Jangan tinggalin gue."

Lempar Umpan, Sembunyi TanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang