Tacenda (Sesuatu yang lebih baik tidak diungkapkan)
Ada satu kasus pencurian misterius di SMA Nusantara dan Atra sebagai ketua divisi Kedisiplinan dan Keamanan OSIS ditugaskan untuk menyelesaikan kasus tersebut. Dia berkenalan dengan si gadis indigo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Layaknya sebuah gunung yang tengah tertidur rapat sebelum meledak melemparkan berbagai material panas dan lahar yang akan melelehkan setiap benda di sekitarnya. Divisi Kedisiplinan dan Keamanan OSIS benar-benar tenang hari itu, selepas razia besar-besaran yang mampu menyita beberapa barang dari mulai rokok, vape, senjata tajam, sampai kond*m yang kembali ditemukan di beberapa tas anak kelas 12 dan 11. DK OSIS sudah biasa dengan razia besar-besaran yang menangkap berbagai ikan yang awalnya gak terlihat sampai ikan yang sering terlihat.
Sekarang, dengan telinga tersumpal earphone, Atra mengunyah sandwich yang kembali dimasukkan Tante Anggun di dalam ransel saat wanita itu baru saja datang ke rumah. Membuat istirahatnya hanya dengan itu beserta jus jambu yang dia beli bersama Dana yang menatap sahabatnya dalam diam.
"Lo tumben pake earphone," ucap cowok itu heran, menyuapkan kembali nasi goreng yang hari ini sedikit pedas tanpa rasa asin.
Atra mendongak. "Lagi pengen aja," sahutnya, melirik ke kiri dan menemukan segerombol senior yang sedang merundung seorang siswa kelas 10. Jika mendengar percakapan beberapa siswa yang melingkari perundungan itu. Kejadian tersebut hanya karena sebuah saus tumpah, tapi dapat menciptakan luapan amarah sampai beberapa pukulan mengenai perut bocah mengenaskan itu.
Lelaki itu mengerang, moodnya sudah buruk akibat kejadian pagi ini. Lalu menemukan pembullyan yang menjadi topik utama SMA Nusantara yang terkenal senioritas, lantas cepat-cepat berdiri dimana Dana menatap kepergian sahabatnya dengan tenang.
Paham bahwa Atra, dengan moodnya yang buruk, akan memberikan sangsi yang lebih buruk dari biasanya.
"MANA MAAF LO, BO—bugh!"
Dengan wajah tenang namun dingin, kedua telinga disumpal oleh earphone, dan satu tangan memegang sandwich buatan Tante-nya. Cowok itu terkekeh sinis, menciptakan suasana dingin yang langsung menguar di sekitar perundungan itu.
Beberapa siswa jelas lebih baik mundur beberapa langkah dari Atra yang sedang meledak-ledak setelah bad mood sejak pagi tadi.
"Anjing! Brengsek lo—" suara seniornya terputus, menatap sosok adik kelas yang memiliki kekuasaan setara dengan Pak Todi. Lantas cowok itu berdiri cepat-cepat dibantu teman-temannya, tersenyum tipis. "Halo, Pak Ketua."
"Minus 20," ucapan tenang Atra membuat Kak Rafli jelas melotot.
Dia tidak mungkin mendapatkan minus 20. Poinnya sisa 25 lagi sebelum mendapatkan surat panggilan dan ini sudah mendekati UAS semester ganjil. Kelas 12 sebentar lagi berganti semester, lalu Ujian Nasional, SNM, SBM.
"Tra, sori. Gue lagi lepas kontrol—"
"Minus 25—"
"F*ck! Fine, 20 aja," Rafli segera berderap meninggalkan kerumunan daripada mencoba untuk kembali minta keringanan. Dia sudah tau divisi DK dengan investigasi gagal tadi pagi hingga razia besar-besaran di hari terakhir razia minggu ini, sampai mood Atra yang anjlok.