Dua Puluh Tujuh. Rencana OSIS dan Gadis Putus Asa

31 8 5
                                    

Kabar mengejutkan dari kelas 11 IPA 1 langsung tersebar melalui satu pesan grup ke pesan grup lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kabar mengejutkan dari kelas 11 IPA 1 langsung tersebar melalui satu pesan grup ke pesan grup lainnya. Hingga menciptakan euforia mengerikan penuh rasa cemas. Alasan mengapa seluruh murid SMA Nusantara seakan baru saja mendapatkan teror mengerikan adalah, karena korban hari ini adalah salah satu orang yang paling ditakuti satu sekolah setelah Pak Todi. Sosok cowok yang memiliki wajah tampak tenang tapi jelas dia adalah laki-laki kejam yang tidak mengenal siapa pun saat mendapatkan masalah di depannya. Karena bagi Senjagatra Ahmad, cewek atau cowok itu sama saja.

"Lo ... serius kehilangan, Tra?" Dana melirik sahabatnya yang sudah duduk kembali di tengah kecemasan dan ketakutan siswa IPA 1. Bu Riza bahkan sampai mengajar dalam gerakan yang kaku.

Seakan-akan dunia mulai menunjukkan bahwa seorang Senjagatra Ahmad berhasil dilumpuhkan. Atau sebenarnya, Atra hanya sedang mencoba trik lain dari rencana gilanya?

Atra melirik Dana yang menatapnya penasaran. "Hmm," ia mengangguk. "Gue yakin gue bawa buku itu."

"Tapi gimana bisa?"

"Kenapa emang?"

Dua laki-laki itu saling menatap demi mencari jawaban masing-masing. Entah kebenaran atau sedang mencari pembenaran. Bu Riza melirik ke arah dua muridnya yang terlibat percakapan itu, berdeham ringan.

"Kita sedang belajar, Dana, Atra. Bahas bukunya nanti saja," ucap wanita itu setengah memperingati, setengahnya merasa cemas.

Pelajaran Kimia yang harusnya asik karena meskipun Bu Riza cukup kejam soal ulangan harian. Beliau selalu pandai dalam menciptakan strategi belajar menyenangkan yang membuat seluruh muridnya dapat mendengarkan dengan baik. Tetapi hari itu seakan ada yang berbeda. Seakan-akan wanita berumur 42 tahun itu berharap waktu cepat berlalu dan tugasnya dalam kelas ini selesai.

Karena dia merasa akan ada rapat panjang lagi bersama guru saat istirahat nanti.

Kasus misterius sampai melibatkan ketua divisi DK bisa dibilang sudah masuk ke dalam taraf serius.

"Kelas hari ini mungkin selesai cepat," wanita itu berbicara selepas mendapatkan panggilan dari kepala sekolah. Selepas pengumuman dari orang nomor 2 dalam sekolah ini terdengar beberapa detik yang lalu. "Tapi Ibu harap, kalian tidak keluar kelas sebelum bel berbunyi. Mengerti?"

"Iya, Bu."

"Oke, Ibu keluar, ya. Jangan berisik! Boleh mengobrol tapi jangan ramai."

Lantas wanita itu benar-benar keluar, menyisakan rasa cemas dan ketakutan kini diisi oleh helaan napas namun tetap dengan rasa tegang. Semua mata kini menatap Atra yang sedang mengemasi barangnya ke dalam ransel, mengeluarkan buku dosa, serta mengenakan jas merah batanya.

Membuatnya tampak berwibawa sekaligus menakutkan.

"Gue tahu ini bagian dari rencana lo," Jane lebih dulu menahan cowok bermata kecil itu yang berniat pergi dari kelas.

Lempar Umpan, Sembunyi TanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang