Keramaian di Senin pagi yang sibuk seakan menjadi ciri khas SMA Nusantara akhir-akhir ini, terutama setelah 1 bulan dimulainya kasus pencurian misterius yang awalnya hanya dianggap pencurian biasa. Sekolah tidak lagi aman bagi para siswa. Apalagi buat siswa kelas 11 yang kini berbondong-bondong mendatangi kelas IPA 3 karena salah satu siswa baru saja kehilangan buku catatan Kimia.
Sekarang kelas itu ramai didatangi beberapa siswa yang penasaran siapa kali ini yang kehilangan barang. Sampai akhirnya sosok cowok berpakaian rapi mengenakan blazer merah batu dengan name tag Senjagatra Ahmad masuk diikuti oleh dua anggota Divisi DK—singkatan dari Kedisiplinan dan Keamanan.
Panggilannya adalah Atra, sosok tampan tapi sadis yang menjadi ketakutan kedua siswa SMA Nusantara setelah Pak Todi, guru BP yang selalu berada di samping Atra sewaktu razia atau menunggu kehadiran siswa yang telat di dekat gerbang masuk.
Cowok itu berdiri di depan siswi bernama Freya dengan menatap perempuan itu datar. "Lo awalnya lagi apa?" dia langsung mengajukan pertanyaan. Di belakangnya ada Ciko yang mencatat sedangkan Reni akan ikut mengintrogasi Freya.
"Gue dateng pagi, terus ke kafetaria buat beli sarapan karena emang belum sempet sarapan. Bukunya gue tinggal—"
"Kenapa lo ninggalin buku lo?" Freya bahkan belum selesai menjelaskan, tetapi Reni lebih dulu bertanya. Perempuan dengan wajah jutek itu tampak memicing. "Lo tahu, kan, selama 1 bulan ini selalu ada kasus? Harusnya lo bisa berhati-hati—"
Atra menahan perempuan itu dengan tangannya yang terulur menghalangi mulut Reni, memberinya peringatan. "Ren, udah," cowok itu kembali menatap Freya yang merunduk sedih. "Sekarang lo kasih tau, kenapa lo ninggalin buku catatan lo itu," kata cowok itu dengan tenang meskipun matanya menunjukkan emosi yang ditahan. Seakan-akan dia sudah terlalu muak terhadap kasus yang selama ini ia coba pecahkan tapi pelakunya masih saja tidak jelas.
Freya mengangguk pelan, mulai berbicara. "Gue ninggalin buku gue karena udah ada Qoni, dia dateng setelah gue. Makanya gue nitip ke dia, tapi ... pas gue balik bukunya udah gak ada."
"Qoni?" Reni menaikkan alis. "Jangan bilang si Kokon malah pergi?!" dia mulai marah, melirik seorang cowok yang baru saja datang ke kelas sembari menyesap susu cokelat.
"Woi Kokon!"
"Aduh, mampus gua," Qoni atau bernama lengkap Marqoni Saefulloh merupakan anggota OSIS dari divisi Informasi dan Multimedia. Sehingga tidak heran jika Reni maupun Atra dan Ciko mengenal baik cowok itu. "Hai, Ren—"
"Lo ninggalin buku Freya?!" Reni tidak nanggung-nanggung kalau marah. Dia bisa saja mencak-mencak kalau Pak Todi tidak ada di sini. Karena gurunya itu akan memberikan Reni peringatan untuk menjaga lisan yang suka lepas kontrol.
Qoni tersenyum kecil, menggaruk kepala bagian belakangnya sembari menjawab. "Ya, bukannya ninggalin, sih... tapi," dia membasahi bibir bawahnya, takut dengan tatapan tajam Atra yang kalau saja mengeluarkan laser, mungkin kepala cowok itu sudah terbelah dua sekarang. "Gue ketiduran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lempar Umpan, Sembunyi Tangan
Ficção AdolescenteTacenda (Sesuatu yang lebih baik tidak diungkapkan) Ada satu kasus pencurian misterius di SMA Nusantara dan Atra sebagai ketua divisi Kedisiplinan dan Keamanan OSIS ditugaskan untuk menyelesaikan kasus tersebut. Dia berkenalan dengan si gadis indigo...