Dua Puluh Sembilan. Tentang Mereka Bertiga

28 10 0
                                    

Soundtrack : Gfriend - Labyrinth

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Soundtrack : Gfriend - Labyrinth

Hubungan yang telah hancur harusnya tidak perlu ditengok lagi. Tetapi bagaimana pun, sejauh mana lelaki itu pergi, dua orang itu akan menjadi pusat perhatiannya. Dua orang laki-laki yang tidak pernah sekalipun pergi dari sisi kehidupannya. Meskipun hubungan itu telah Reksa hancurkan sendiri. Tetapi dia tahu bahwa Atra dan Dana sama sekali tidak hidup.

Mereka berdua membutuhkan Reksa dan Reksa membutuhkan dua orang itu.

Sehingga sekarang di sinilah dia. Berdiri di hadapan Dana lagi setelah percakapannya dengan laki-laki itu tadi siang. Dia rasa, bahwa dia perlu berbicara sekali lagi dengan cowok ini bagaimana pun caranya.Meskipun tampaknya Dana tidak menginginkan itu.

Dari bagaimana tatapan Dana yang datar jelas tidak akan pernah diketahui oleh penggemarnya. Seperti Popita Dewi, misalnya.

"Apa?"

Reksa mengela napas pendek, mengeluarkan sebuah pulpen yang mereka tahu jelas milik siapa. "Lo tahu kalo gue yang jual ini, kan?" ia menatap Dana yang tampak tak acuh di depannya.

Lelaki bermata bulat itu mendengkus. "Lo cuma mau ngomong itu?"

"Gue serius, Dan. Soal buku pelajaran itu ... punya Karenina, terus Freya, Ed. Semuanya itu ulah lo, kan?" ia menatap sosok di depannya begitu serius. "Terus pulpen ini, gue temuin jatuh di sekitar mushola. Yang hampir gue jual sebelum tahu kalo ini barang milik si Roy. Elo juga, kan, yang ambil?"

Dana mengangguk. "Gue sengaja ninggalin pulpen itu."

"Lo ... apa?"

"Gue jebak lo," balasan Dana tampak mengguncang Reksa yang kali ini mengepalkan tangannya. Dia hampir saja memukul sosok tinggi di depannya sebelum dia sadar bahwa Dana saat ini hanya sedang lelah.

Dana mungkin sedang memiliki masalah serius. Tentang nilai dan Ibunya. Sejak dulu remaja ini hanya memiliki dua masalah itu di sekitarnya.

Bagi Reksa dan Atra, jika Dana habis dimarahi Ibunya perihal nilai turun ataupun semangat belajarnya kurang. Reksa akan mengajak Dana bermain seharian dan Atra akan menemani mereka berdua sambil membawa buku saku yang isinya rumus-rumus Fisika. Sebagaimana cita-cita pria itu yang ingin menjadi pilot seperti sang Ayah—dulu.

Kali ini Dana tampak tertawa kecil. "Gak usah kaget, Sa. Lo tahu kalo soal ini, lo yang paling paham daripada Atra."

Nggak. Jerit Reksa dalam hati. Bagi dirinya, di antara mereka bertiga dulu. Atra lah yang paling memahami masalah. Karena masalah Dana cukup mirip dengan masalah Atra di rumah. Bagaimana kedua orang itu harus membentuk topeng masing-masing dan melempar kebohongan di sekolah.

"Lo tahu kalo Atra jebak lo?"

Dana mengangguk. "Soal barang Ed yang hilang, kamera itu gue yang hancurin. Gue tahu karena Atra selalu cerita. Tapi akhir-akhir ini dia gak cerita apapun ke gue," cowok itu menatap Reksa dengan jenaka. "Dia tahu kalo gue pelakunya, tapi dia gak bakal tega, Sa. Dia gak bakal tega sebelum bikin gue terdesak kayak lo waktu itu!" dia berteriak.

Lempar Umpan, Sembunyi TanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang