Mungkin orang-orang nggak salah saat mengatakan bahwa apa yang tersimpan sejatinya akan terbuka juga. Seperti kebohongan maupun rahasia yang disimpan rapati-rapat. Mau sebaik apapun mereka menyimpannya, waktu pasti akan mengurusnya. Membuat manusia menyadari bahwa Tuhan tidak akan pernah membiarkan apa yang tersembunyi itu terus-terusan bersembunyi.
Pita menunduk, tidak berani untuk menatap Jane yang menatapnya dengan tatapan nanar. Gadis itu jelas kecewa, namun dibalik semuanya Pita jelas yang paling mersa kecewa dan patah hati. Dia mengalihkan pandangan demi tidak menemukan raut wajah iba dari Jane.
"Oke," Jane akhirnya berbicara selepas hening panjang di antara keduanya. "Lo, lo boleh pergi sekarang."
"Lo marah sama gue juga, Jane?" kali ini perempuan itu berubah hanyut pada kesedihan dan rasa takut. Dia takut semua orang akan membencinya.
Dia takut tidak ada tempat lagi buat dirinya di kelas maupun sekolah. Dia takut—
"No, no," Jane segera memeluk gadis itu, memberinya ketenangan karena sudah cukup dia melihat Pita yang ceria dan bawel berubah jadi seorang gadis pemurung. Bahkan saat Sonia mengganggunya tadi siang, gadis itu tetap diam bergeming. Sehingga Sonia serta dua temannya lebih dulu merasa tidak enak dan pergi meninggalkan Pita.
"Ta," kali ini perempuan Januarni itu menangkup wajah temannya itu. "Kita harus bantu dia, Ta. Lo harus bantu dia," ia berujar, menatap wajah Pita lembut. Tidak Pita temukan perasaan jengkel di wajah gadis itu.
"Gue ... nggak tau, Jane."
"Kamu bisa, Pita!" seru mbak K yang berdiri di samping Jane, sedangkan tuan KW tetap berdiri menjulang di dekat pohon mangga. Rencana Jane untuk menyatukan mbak K serta tuan KW bisa dibilang cukup berhasil.
Jane melirik hantu perempuan itu sekilas, lalu berucap. "Kata Mbak K, lo pasti bisa, Ta."
Gadis itu melirik sisi kosong yang tampak lengang, namun dia dapat merasakan bulu kuduknya merinding akibat sapuan ringan mbak K pada bahunya yang hanya akan dilewati tangan lentik hantu itu. "Makasih," untuk pertama kalinya Pita tidak merasa takut dengan bulu kuduk merindingnya sembari membayangkan senyum hantu wanita itu yang Jane selalu mengatakan tidak ada cantik-cantiknya.
"Besok, kalian harus pergi ke daerah sini. Cowok itu selalu melemparkan hasil curiannya keluar, dekat daerah perkebunan singkong milik warga sekitar. Dia juga ikut lompat tapi lewat sisi yang berbeda."
Ucapan tuan KW menyita atensi Jane dari Pita. "Kenapa gitu?"
Mbak K mengedikkan bahu. "Mungkin, buat menyulitkan penyelidikan? Atau menghilangkan jejak? Entah, waktu masih hidup, aku termasuk siswi bodoh."
"Kalo itu, gue tahu—oke," Jane menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul 5 kurang. Sebentar lagi Atra pasti datang ke kelas sehabis ekskul fotografi—iya, mungkin terhitung 1 bulan lebih cowok itu tidak hadir ke ekskul-nya. Seingat Jane, dia melihat Atra pergi dengan seorang cowok bernama Erik yang dia ketahui dari Dana bahwa Erik adalah ketua ekskul fotografi dan Atra akan pergi ekskul sepulang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lempar Umpan, Sembunyi Tangan
Teen FictionTacenda (Sesuatu yang lebih baik tidak diungkapkan) Ada satu kasus pencurian misterius di SMA Nusantara dan Atra sebagai ketua divisi Kedisiplinan dan Keamanan OSIS ditugaskan untuk menyelesaikan kasus tersebut. Dia berkenalan dengan si gadis indigo...