Tujuh Belas. Ulangan Mendadak

34 6 2
                                    

Di hari terakhir sekolah, Jane memilih berangkat pagi-pagi sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di hari terakhir sekolah, Jane memilih berangkat pagi-pagi sekali. Mendapati transjakarta yang sepi dan sampai di sekolah hanya bertemu Atra dan anggotanya yang hari ini bertugas. Ciko dan Fred menyapa Jane dengan ramah, Mila menyapanya santai, Reni hanya meliriknya sedangkan Atra mengabaikannya. Gadis itu acuh, mengela napas pendek dan melanjutkan langkahnya memasuki koridor gedung B yang sepi.

Dia sebetulnya gak suka suasana pagi sekolah yang 'ramai' banget. Mungkin bagi divisi Kedisiplinan dan Keamanan OSIS, sekolah di pukul 6 pagi hanya ada mereka dan Pak Satpam. Tetapi untuk Jane, dia dapat melihat segala aktivitas sampai pukul 6 lebih 5 menit akibat beberapa siswa mulai berdatangan.

Perempuan itu meletakkan ranselnya, menatap sosok Mbak K yang asik menyisir rambut panjangnya yang kusut dan kasar itu dengan jari-nya yang panjang.

"Lo main sama siapa aja?"

Mbak K melirik perempuan di sampingnya, menunduk. "Jane, kalo kamu mau bilang soal si KW. Aku gak peduli!"

"Dih, Mbak. Emang Mbaknya gak capek menjomblo setelah bunuh diri cuma karena pacar Mbak selingkuh? Apalagi kemarin aku denger loh, Mbak K merah di kelas IPA 3 pacaran sama tuan P deket gedung listrik."

Mbak K tertawa, dengan suara melengking dan kalau manusia dengar. Mereka pasti merinding.

"Jane, Jane, diem!" ia cemberut, bibirnya yang kemerahan dan penuh darah itu agak mengerikan dengan mata yang melirik ke daerah biasanya KW melirik ke dalam kelas. Menatapnya dengan intens. "Aku gak mau kalo sama KW, badannya gede. Coba hantu bisa menyusut."

"Emangnya balon?"

"Jane, aku serius! Kamu butuh informasi dari dia, kan, makanya nyuruh aku buat nerima KW?" Mbak K menatapnya sangsi.

Jane tersenyum kaku, mengabaikan Mbak K bukan hanya karena dia skakmat. Tetapi karena Dana ternyata sudah hadir, menatap Jane dari ambang pintu dengan wajah pucat. Perempuan berlekung mata tajam itu melambai, menunjukkan tanda 'OK' yang berarti dia berhenti ngobrol sama temannya.

"Lo dateng pagi buat cari informasi, ya?" Dana duduk di kursinya seraya melepaskan ranselnya dari pundak.

Jane tersenyum lebar. "Sori, muka lo sampe pucet," ia menilai Dana yang sekarang tersentak sebelum tertawa ringan.

"Gak apa, apa, kok. Cuma baru pertama kali aja liat indigo ngobrol beneran sama hantu."

"Lo emang gak suka nonton video di youtube, gitu? Kan, banyak tuh video soal dunia lain gitu."

Dana menggeleng. "Gue selalu nethink sama gituan. Kadang, ada juga yang cuma nyari viewers doang dengan video settingan," jawabnya.

"Iya, sih. Bukan kadang lagi, tapi banyak," Jane membenarkan, lalu memperhatikan temannya itu yang sudah membuka LKS pagi-pagi. "Dana, lo emang gak bisa ya, pagi gini gak mulai dengan LKS?"

Lempar Umpan, Sembunyi TanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang