Tiga Puluh Sembilan. Sebuah Pilihan

31 6 0
                                    

Setelah kepergian Dana dan dimulainya Ujian Akhir Semester yang bikin pusing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kepergian Dana dan dimulainya Ujian Akhir Semester yang bikin pusing. Senjagatra memulai harinya pagi-pagi sekali, menjalani kegiatan divisi DK OSIS secara normal di pukul setengah 7 pagi demi mengawasi siswa yang datang sekaligus razia kunci jawaban maupun contekan. Sekolahnya selalu menjunjung tinggi kejujuran, meskipun kenyataan saat di lapangan tidak pernah sejalan.

"Tahun lalu lo sembunyiin kunci jawaban di dalem kolor. Sekarang dimana?!" gertak Reni yang langsung mengomel pada sosok cowok bernama Vino, siswa IPS, teman sekelasnya.

Vino tergelak. "Gue gak punya, Ren. Demi Allah, dah. Periksa nih k*ntol gua kalo lo berani."

"Sinting lo, goblok," cewek itu melirik Fredie yang telah selesai memeriksa seorang siswa kelas 10. "Ed, nih cek si Vino. Yakin banget dia bisa aja nyembunyiin di pantatnya," ucapnya sebelum meninggalkan Vino yang melotot selagi Ed tersenyum iblis.

"Pantat?"

Vino melotot. "Nggak, Ed. Woi jangan buka celana gue!!"

Kericuhan di pagi hari itu sama sekali tidak membuat Atra tertawa lebar seperti Mila yang memegang perutnya akibat tertawa geli. Atau misalnya Ciko yang sudah tertawa besar-besaran sambil memukul meja pengawas dan Reni yang tersenyum penuh kemenangan saat Ed membuka celana Vino dari belakang dan mengeluarkan secarik kertas dibalut plastik kiloan.

"Jorok banget lo," gerutu Ed, menatap Vino yang sudah setengah malu jadi tontonan siswa. Harusnya dia mundur saja dari usaha menyontek di minggu Ujian Akhir Semester ganjil. Itu sama saja dengan bunuh diri.

Kegiatan razia itu berlanjut setelah Vino berlari meninggalkan meja pengawas, lantas sekarang Ciko berhadapan dengan Reksa yang sedang melepas ranselnya.

"Lo aman lagi," kata cowok itu setelah benar-benar memeriksa isi ransel cowok itu. "Tapi, kertas ini apa—"

"Woi, sembarangan banget lo ngambil, ngambil," Reksa langsung merebut kertas dilipat dua dari Dana dua hari lalu saat di bandara.

Atra yang menyadarinya hanya terkekeh. Cowok itu cukup bodoh untuk pagi ini.

Ciko menatap Reksa dengan senyum jahil. "Ada juga yang demen sama lo, Sa? Itu cewek matanya ke mana?"

"Ke Bojong kali," sahut Mila saat menaruh rokok di dalam kardus berisi barang sitaan pagi ini.

Reksa melirik Adik kelasnya dengan jengkel. "Bocah gemblung. Lo pikir gak bakal ada yang demen sama gue?"

"Udah, udah. Sana ke kelas," usir Atra saat melihat dua anggotanya masih gencar meledek Reksa yang kali ini nurut setelah Atra mengusirnya.

Ed tersenyum melihat Ketuanya sudah tidak lagi bermusuhan dengan Reksa. Apalagi tiga anggota divisi DK yang lain karena mereka sangat tahu bagaimana hubungan Atra dan Reksa serta Dana, si pelaku utama pencurian misterius selama 2 bulan ini. Di antara kumpulan geng persahabatan, hanya tiga serangkai yang selalu terlihat bersama dan lengket. Makanya saat Atra dan Reksa sempat bersiteru selama 1 tahun lebih, seluruh siswa Nusantara bertanya-tanya apakah ada hari dimana mereka bisa melihat Atra dan Reksa kembali saling mengejek alih-alih menatap benci?

Lempar Umpan, Sembunyi TanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang