Sepanjang malam, Senjagatra menghabiskan waktunya untuk menonton ulang video CCTV yang didapatkan dan tak mendapat apa-apa. Hanya ada sosok cowok berhoodie yang membelakanginya, mengambil boneka tangan kayu itu lalu berjalan cepat menghilang di balik pepohonan besar taman Kota siang itu. Harusnya Atra tau bahwa memang tak ada petunjuk lain selain video singkat pencurian tersebut, yang jelas hanya membuatnya tenggelam pada rasa jengkel hingga bangun pagi masih dengan mata yang kelelahan.
Mungkin Atra baru tidur pukul 1 malam sehabis menonton ulang video CCTV itu sebanyak 10 kali. Menganalisisnya dengan segala cara dan berakhir bersama hapalan surah untuk pelajaran Agama di kelas terakhir hari Kamis. Lantas sekarang, di ruang makan yang hanya diisi olehnya, Atra menghabiskan roti bakar dengan selai cokelat yang tak mampu membuat bola matanya yang lelah itu sedikit lebih segar.
Pukul 6 kurang 5 menit, dimana hari ini tidak ada investigasi untuk pencegahan kasus, Atra baru berangkat ke sekolah.
Perjalanan yang memakan waktu hampir 15 menit itu pun membuat cowok itu diperhatikan sangat intens oleh beberapa siswa. Mengenal Atra yang selalu datang pagi, dan bisa lebih pagi lagi semenjak kasus pencurian terakhir, membuat mereka agaknya heran saat menemukan si pemilik KLX baru sampai pukul 6 lebih.
Dengan bola mata sayu tapi tetap saja tatapan tajamnya tak mampu membuat siswa berlama-lama menatapnya. Mereka lebih cepat mengalihkan pandangan ketika Atra menyadari rasa penasaran mereka dengan tatapan elangnya yang dapat menghunus kalau saja mata dapat berubah menjadi pedang. Ia baru ingin berbelok, bertemu dengan koridor gedung A namun suara Reksa membuat cowok itu menoleh."Muka lo kusut amat."
Atra tak menggubrisnya. Dia terlalu capek hanya untuk menghadapi Reksa, maka dia untuk pagi ini mengabaikan cowok itu.
"Btw, gue hari ini gak kena rajia sama anak DK."
Atra baru ingat soal razia hari ini, yang bahkan cowok itu izin telat selepas mengirimkan pesan pada Reni yang membalas santai dengan emoji 'OK'.
"Oh, bagus."
Reksa mendengkus. "Tra, gue jadi beneran aneh kalo pagi ini lo lemes."
Cowok itu menoleh, terkekeh. "Itu bukan urusan gue," Atra melanjutkan langkah kakinya ke kelas, melihat anggota kelasnya yang pagi-pagi saja sudah ribut soal hapalan surah untuk pelajaran terakhir mereka—Agama.
"Hai, Tra," Dana menyapa sahabatnya itu yang langsung meletakkan ransel, mengeluarkan blazer merah batanya, mengenakannya santai.
"Hai, Dan," ia melirik temannya yang pagi ini cukup religius dengan membuka aplikasi kitab di ponsel. "Lo lagi hapalan juga?"
Dana mengangguk. "Mantepin dikit lagi, takut salah tajwid."
"Gue nugas dulu, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lempar Umpan, Sembunyi Tangan
Ficção AdolescenteTacenda (Sesuatu yang lebih baik tidak diungkapkan) Ada satu kasus pencurian misterius di SMA Nusantara dan Atra sebagai ketua divisi Kedisiplinan dan Keamanan OSIS ditugaskan untuk menyelesaikan kasus tersebut. Dia berkenalan dengan si gadis indigo...