Part 1

25.6K 746 10
                                    

Hallo guys!
Selamat datang di karyaku yang baru.
Semoga suka.

***

Happy Reading!!

***

“Lo gak cape cuekin gue terus, Ja?”

Kalimat itu berhasil menghentikan kaki Raja, laki-laki itu menghela napasnya pelan, lalu melirik Melody yang berdiri tidak jauh di belakangnya.

Perempuan itu terlihat menyedihkan dengan tatapannya yang nanar.

Tapi sama sekali itu tidak membuat Raja mengubah ekspresinya. Dan jujur saja Raja lelah. Ia ingin segera istirahat setelah seharian sibuk dengan segala pekerjaan di kantor. Tapi perempuan itu seolah tidak paham.

Entah harus dengan cara apa lagi Raja mengusir Melody. Perempuan itu tidak ada lelahnya, tidak juga ada malunya walau Raja sudah mengabaikan, bahkan menolak keberadaannya berkali-kali.

“Gue cape, Mel. Cape banget. Maka dari itu gue minta lo berhenti,” Raja menjawab dengan malas, wajahnya dingin dan tatapannya tajam. Namun itu tidak cukup untuk membuat Melody gentar. Perempuan itu begitu kuat.

“Gak akan! Gue gak akan berhenti sebelum lo mau jadi pacar gue,” ujarnya keras kepala seperti biasa. Membuat Raja lagi-lagi mendesah dan meraup wajahnya kasar.

“Gue gak berniat pacaran.”

“Kalau gitu jadikan gue istri lo. Gue siap kok, Ja.” Binar di wajah Melody semakin cerah dan antusias.

Raja semakin frustrasi dengan jawaban perempuan di depannya. Melody benar-benar menguji kesabarannya.

“Gue memang akan menikah, tapi bukan sama lo. Berhenti, Mel. Jangan gunakan waktu lo untuk hal-hal yang gak berguna kayak gini, karena sampai kapan pun gue gak akan bisa nerima lo.”

“Kenapa?”

“Karena gue gak suka sama lo!”

Setelah mengucapkan itu dengan nada lebih dingin dari biasanya, Raja melenggang masuk ke dalam unit apartemennya. Meninggalkan Melody yang terlihat semakin terluka. Namun Raja sama sekali tidak peduli. Raja memilih untuk pergi tanpa mengatakan apa pun lagi.

“Gue yakin suatu saat nanti lo akan suka sama gue, Ja,” lirih Melody, lalu kembali menarik senyumnya yang semula hilang akibat rasa kecewa atas kalimat Raja yang menyakitkan. Tapi Melody bertekad untuk tidak menyerah. Sudah sejauh ini, ia tidak ingin usahanya sia-sia.

“Lo pasti akan jadi milik gue, Ja,” ucap Melody bertekad, lalu segera menyeka kasar sudut matanya yang lancang basah. Melody memutar tubuhnya lalu menekan beberapa angka yang ada di pintu unit apartemennya, hingga sebuah denting tanda kunci berhasil di buka membuat langkah Melody terayun masuk ke dalam unit-nya yang berada tepat di depan unit milik Raja.

Sebelum benar-benar masuk dan menutup pintu, Melody lebih dulu menatap pintu di depannya yang tertutup rapat, pandangannya rumit dengan sakit yang sekuat tenaga berusaha dirinya sembunyikan.

Unit-nya yang berhadapan dengan milik Raja bukanlah sebuah kebetulan, karena Melody memang seniat itu mengejar Raja. Sampai ke mana pun laki-laki itu pergi ia ikuti. Dan satu tahun lalu Melody memutuskan pindah dari istananya demi berada dekat dengan Raja. Sang pujaan hati yang sudah sejak SMA dirinya taksir. Namun hingga sekarang, tepat delapan tahun berlalu belum juga ada tanda-tanda Raja luluh. Pria itu malah semakin dingin dan tak berhati.

Sejujurnya Melody lelah, ia juga tak jarang sakit hati dengan setiap penolakan yang pria itu berikan terang-terangan. Tapi Melody enggan mundur ia masih berkeras mendapatkan Raja-nya. Tidak peduli sekejam apa pria itu.

Bodoh! Itu benar. Melody jelas mengakui bahwa dirinya memang bodoh. Tapi siapa pun tidak akan tahu bagaimana menjadi dirinya yang terlanjur menginginkan pria semacam Raja.

Raja dingin. Raja kejam. Itu benar. Tapi Melody menyukainya. Ia sendiri tidak tahu pasti alasan yang mendasari rasa sukanya mengingat dulu ia biasa saja ketika teman barunya di masa MOS mengenalkan pria itu. Namun perasaannya tiba-tiba berubah ketika mereka berada di kelas sebelas. Hingga sekarang Melody enggan membuang perasaannya padahal alasan untuk dirinya menyerah begitu kuat melihat bagaimana sikap Raja terhadapnya selama ini.

Menghempas kasar tubuhnya ke ranjang, Melody menatap lurus langit-langit kamarnya. Berusaha memikirkan cara apa lagi yang harus dirinya gunakan untuk meluluhkan hati keras seorang Rajata Aryasetya.

Mengejar dan menempelinya bertahun-tahun tidak sama sekali membuat pria itu melunak, padahal Melody percaya akan kutipan ‘cinta hadir karena terbiasa’. Tapi yang terjadi pada Raja malah justru sebaliknya. Bukan cinta yang hadir melainkan muak yang pria itu rasa. Melody jelas dapat merasakannya. Namun lagi dan lagi itu tidak mampu membuat Melody mundur.

Tidak tahu malu. Entah sudah berapa banyak orang yang mengatakan hal itu.

Dan bukan rahasia lagi mengenai bagaimana tergila-gilanya Melody pada sosok Raja. Melody tidak pernah menghiraukan apa yang orang lain katakan mengenai dirinya karena menurut Melody ia tidak merugikan mereka.

Menghembuskan napasnya kasar, Melody menarik diri kembali bangkit, meraih ponsel yang ada di dalam tasnya lalu membuka ruang obrolan dengan Raja yang selalu ada paling atas, karena memang tiada waktu terlewat untuknya mengirim pesan kepada laki-laki itu, meskipun tidak pernah ada balasan sama sekali. Tapi setidaknya Melody bersyukur sebab Raja tidak pernah memblokir nomornya.

Sebuah pesan berisi kalimat selamat tidur Melody kirimkan dengan senyum yang terukir cukup lebar. Terlebih ketika tanda centang yang semula abu-abu berubah menjadi biru. Tanda bahwa pesannya sudah di baca.

Meskipun tahu tidak akan mendapat balasan, Melody tidak pernah absen untuk menunggu, ia selalu berharap ada satu dari sekian banyaknya chat yang dia beri terbalas. Tapi jawabannya sudah jelas, Melody akan kecewa karena nyatanya selama apa pun ia menunggu, balasan itu tidak akan pernah muncul.

Tidak masalah, Melody sudah terlatih untuk tegar, jadi sebuah balasan pesan tidak begitu dirinya pedulikan karena Melody percaya ia akan mendapat balasan sebuah perasaan yang selama ini ia inginkan.

Bagaimana mungkin Melody bisa seyakin itu di saat jelas-jelas Raja menolaknya ratusan kali tanpa basa-basi? Itu karena Melody masih dapat merasakan kebaikan Raja dan kepedulian pria itu.

Mulut Raja memang kejam, tapi Melody tahu bahwa hati Raja tidak sejahat itu. Buktinya beberapa waktu lalu, Raja mau menjemputnya di malam-malam yang hujan ketika ia mengatakan bahwa mobilnya mogok di tengah jalan. Meskipun raut wajahnya terlihat kesal dan dingin, tidak dapat di elakkan bahwa ada khawatir yang tersemat di sana. Dan setiap kali dirinya ada kesulitan Raja pula orang pertama yang akan datang.

Ya, karena memang laki-laki itu yang pertama dirinya hubungi. Namun dari sana Melody jadi tahu bahwa Raja tidak benar-benar tak menyukainya. Itu mengapa ia bertahan hingga hari ini. Karena Melody yakin suatu saat nanti segala usahanya akan berbuah manis. Ia hanya perlu bersabar sebentar lagi.

***

Bagaimana menurut kalian?

Tinggalkan tanggapannya di komentar ya 😉

See you next part!!!

Melody untuk RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang