Happy reading!!!
***
Dua jam berada di pernikahan Ervan dan Afira, Melody yang belum sempat istirahat sejak kedatangannya ke tanah air memilih untuk pamit pada kedua mempelai.
Niatnya Melody akan pulang bersama Alexa, namun Raja segera mencegah, meminta Melody untuk pulang bersamanya. Dan itu membuat Alexa menggerutu karena sebal. Tapi berakhir tetap membiarkannya. Jadi disinilah Melody sekarang, di apartemen Raja yang dulu bertetangga dengannya.
"Ngapain bawa gue ke sini sih, Ja?! Gue pengen pulang, pengen istirahat," jelas Melody memprotes karena tanpa izin pria itu malah membawanya ke apartemen di bandingkan harus mengantarnya pulang ke rumah.
"Tahu gini mending gue pulang sama Alexa tadi!" gerutunya benar-benar kesal. Salahnya juga memang kenapa harus tertidur di sepanjang perjalanan, jadi Melody tidak sadar ke mana Raja membawanya. Dan tahu-tahu saja Melody sudah ada di dalam lift, dalam gendongan Raja yang harus dirinya akui begitu nyaman.
"Gue gak pernah tahu rumah lo, Mel," itu benar karena nyatanya sejak dulu Melody tidak pernah membawa siapa pun ke rumahnya kecuali Alexa. "Lagi pula di sini juga lo bisa istirahat. Kamar gue kosong. Udah lama gak di tempati."
Namun sebenarnya bukan itu alasannya yang utama. Raja memang akan membawa Melody ke tempatnya sekali pun wanita itu tidak tidur dan Raja tahu kediamannya. Rindu yang membuatnya bertindak seperti ini. Jadi jangan salahkan Raja, karena jelas Melody yang salah telah membuatnya merindu selama satu minggu ini.
Mendengar kalimat Raja barusan membuat Melody sontak melarikan pandangan pada pintu berwarna putih yang tertutup rapat di depannya. Pikirannya terlempar pada malam panas yang pernah dihabiskannya bersama Raja dalam keadaan pria itu mabuk berat.
Ada malu sekaligus senang, namun ada sesak yang juga ikut menyelimuti, sebab pagi setelah itu sikap Raja tak sama sekali berubah. Malah semakin melukai, dan ketidak sadaran pria itu membuatnya kecewa. Bahkan mungkin hingga sekarang Raja tidak sama sekali mengingat apa yang terjadi dengan malam itu.
Sudah satu tahun kejadian itu berlalu, tapi Melody masih saja tidak bisa melupakannya.
Setiap kali kejadian itu melintas wajahnya selalu dibuat panas, bersamaan dengan itu sesak juga menyiksanya. Terlebih ketika ingat sosok yang dirinya anggap sebagai pengganti malah memilih untuk pergi. Meninggalkannya seorang diri.
"Andai gue bisa menjaganya, andai gue gak egois, andai gue kuat, mungkin sekarang gue udah bisa gendong dia, gue bisa main-main sama dia. Gue ...." Melody tiba-tiba terisak, suaranya tercekat dan tubuhnya bergetar hebat. Mengejutkan Raja yang berada disisinya.
"Mel-"
"Dia pergi, Ja. Dia ninggalin gue," ujarnya dengan luka terpancar di kedua matanya.
"Melody-"
"Gue sempat berpikir bahwa mungkin dia hadir untuk menggantikan lo, mengurangi luka yang gue dapat dari lo. Tapi ... dia malah pergi juga. Dia ninggalin gue," isakan Melody semakin memilukan, sementara Raja malah justru di buat tak paham.
Raja kebingungan dengan kalimat yang wanita itu racaukan. Namun sedih ikut melingkupinya, sebab melihat Melody yang seperti ini jelas menyiksa hatinya. Dan Raja yang merasa tak kuasa akan tangis sang tercinta, segera menarik wanita itu ke dalam pelukannya, berusaha menenangkan Melody yang tiba-tiba kacau, dan terlihat lebih terluka dari pertemuan pertama mereka beberapa minggu lalu.
"Bahkan dia pergi sebelum gue sempat lihat mukanya. Dia pergi sebelum gue bisa memeluknya. Dia yang gue anggap bahagia, malah pergi meninggalkan juga. Menambah luka yang makin buat gue gak kuasa. Kenapa ... kenapa kalian suka banget siksa gue? Kenapa Ja?" tuntut Melody begitu terluka. "Kenapa?" kembali tanya itu meluncur dengan suara yang semakin lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody untuk Raja
General FictionCinta memang butuh perjuangan. Tapi apa masih harus bertahan di saat perjuangan itu bahkan tak di hargai? Melody lelah. Tapi dia tak ingin menyerah. Atau lebih tepatnya belum? Entahlah, karena yang jelas Raja terlalu Melody cinta sampai ia tidak ped...