Part 35

5.4K 211 5
                                    

Happy Reading !!!

***

“Raja!” seruan itu sukses membuat Raja menoleh, dan tersadar akan sosok Kalina yang datang bersamanya. Namun bukan hanya Raja, karena Melody pun melakukan hal yang serupa, bedanya Melody langsung memutar bola mata. Menganggap bahwa wanita itu telah mengganggu kesenangannya. Tapi kemudian Melody sadar bahwa bukan mereka bertiga saja yang ada di sana. Banyak pasang mata yang menyaksikan, salah satunya adalah Afira dan juga Ervan, yang langsung saja Melody sapa dengan senyum manisnya.

“Dia siapa?” pertanyaan itu meluncur dengan nada tak suka. Namun sama sekali Melody tidak menghiraukannya, karena keberadaan Afira dan Ervan jauh lebih menarik untuknya. Tapi belum sempat Melody menghampiri kedua temannya itu tangan Raja lebih dulu mencekalnya.

“Kenalin, ini Melody. Tunangan saya,” ucapnya sarat akan nada bangga. Dan bukan hanya Kalina yang terkejut, sebab beberapa orang yang menghentikan langkah di depan lobi pun ikut terkejut dengan pernyataan Raja barusan.

Bagaimana tidak, sebagian besar karyawan di kantor ini tahu siapa itu Melody. Mereka juga tahu bagaimana sikap Raja terhadap Melody selama ini. Jadi apa yang Raja ucapkan barusan merupakan hal yang begitu mengejutkan.

“Raja, jangan becanda!” teriak Kalina tak terima.

“Saya tidak becanda. Ini memang tunangan saya,” ucapnya penuh ketegasan, dan Raja tidak segan-segan menunjukkan jemari Melody yang terdapat cincin berlian. Benda itu Raja berikan beberapa jam sebelum kepulangannya satu bulan lalu dengan maksud mengikat. Karena jelas Raja tidak ingin Melody kembali ragu terhadapnya.

Dan niatnya, ketika urusannya dengan sang ayah selesai Raja akan kembali ke Jerman, meminta Melody membawanya pada keluarga perempuan itu. Raja ingin meresmikan pertunangannya. Tapi siapa yang menyangka bahwa Raja akan terkurung bersama Kalina? Beruntung saja ayahnya tidak benar-benar mengurungnya di rumah hingga hari pernikahan. Bisa gila Raja jika sampai itu terjadi.

“Tapi … bagaimana bisa?”

Sebelah alis Raja terangkat, menatap Kalina dengan sorot tak paham. Namun itu hanya beberapa detik saja, karena di detik selanjutnya senyum Raja malah justru terkembang. Tidak lebar, tapi cukup di lihat orang-orang yang masih bertahan dengan rasa penasaran.

“Hari itu saya sudah mengatakannya, saya tidak bisa menerima perjodohan itu karena saya memiliki perempuan yang ingin saya miliki. Dan perempuan itu adalah Melody,” terangnya kembali mengejutkan semua orang.

“Ta—tapi ….” Kalina menggeleng, tak bisa melanjutkan kalimatnya. Ia terlalu marah pada dua sosok di depannya, tapi lebih dari itu, ia merasa malu. Terlalu banyak orang yang ada di sekitarnya, dan Kalina yakin semua orang mendengar penolakan Raja. Hal itu membuatnya merasa tak memiliki muka. Maka di bandingkan harus semakin mempermalukan dirinya sendiri Kalina memilih melangkah pergi, meninggalkan Raja juga Melody.

Namun bukan berarti ia kalah begitu saja, sebab hatinya berjanji akan membuat perhitungan pada dua orang itu. Selama ini Kalina selalu mendapatkan apa yang dirinya mau, jadi akan dirinya pastikan bahwa Raja pun akan menjadi miliknya.

“Pasti ngadu sama Papa kamu,” cibir Melody sembari menatap kepergian Kalina.

“Kamu takut?”

“Dih mana mungkin!” sahutnya cepat. “Kamu kali yang takut. Buktinya kamu gak balik ke aku padahal udah janji,” tambahnya sembari mencebik dan memalingkan muka dari Raja. Berlagak merajuk. Tapi memang benar sih, Melody marah pada sang kekasih yang gagal menepati janji.

“Aku minta maaf,” ucap Raja sungguh-sungguh. Dan Melody memilih mengangguk. Tidak ada alasan untuknya tidak memaafkan Raja setelah apa yang di ucapkan pria itu barusan. Di depan semua orang yang menatap mereka penuh rasa penasaran.

“Masuk yuk,” Raja melirik jam di pergelangan tangannya, lalu meraih pinggang Melody, membawa kekasihnya itu masuk, melewati para karyawannya begitu saja.
 
“Tumben banget karyawannya di biarin gitu aja?” Melody menoleh begitu pintu lift yang akan membawa mereka ke lantai teratas tertutup. Meninggalkan kerumunan karyawan yang mulai berbisik-bisik mengenai keberadaan Melody yang cukup mengejutkan.

“Lagi malas negur. Aku pengen fokus ke kamu dulu,” ucapnya tanpa beban, membuat Melody tidak bisa menyembunyikan semburat merah di wajahnya. Kalimat Raja benar-benar membuatnya tersipu. “Jadi, sejak kapan kamu pulang?” lanjutnya mengalihkan pembahasan seraya memberi atensi penuh pada sang kekasih yang berada dihadapannya.

“Semalam,”

“Kenapa gak ngabarin aku?” deliknya tak terima.

“Ponsel kamu sulit di hubungi,” dan Melody kembali merasa sebal mengingat itu. Setiap hari selama satu bulan ini dirinya menunggu, tapi tidak ada satu pun pesan atau panggilan yang masuk. Dan ketika Melody mencoba menghubungi, nomor Raja malah justru tidak aktif.

“Ah, maaf, sayang, aku lupa,” Raja mendesah pelan. Ponselnya ikut di sembunyikan oleh sang ayah. Dan Raja belum sempat membeli yang baru. Pekerjaannya begitu banyak, jadwalnya pun padat. Belum lagi keberadaan Kalina yang membuatnya tidak bisa bergerak bebas.

“Seniat itu kayaknya Papa kamu jodohin kalian,” jelas saja Melody merasa emosi. Calon ayah mertuanya itu benar-benar keterlaluan. Terlalu memaksakan keinginannya tanpa peduli kebahagiaan anaknya sendiri. “Perlu gak sih aku maki-maki itu orang tua? Kesel deh. Dia gak tahu apa di sini ada calon mantu potensial? Udah cantik, baik hati, pandai menabung, cinta mati lagi sama anaknya. Cuma satu kekuranganku,”

“Apa?” sahut Raja cepat.

“Aku gak bisa masak,” jawabnya, sembari memberikan cengiran lucu.

Raja yang gemas pun langsung menjawil hidung mancung kekasihnya, kemudian menjatuhkan satu kecupan di kening Melody. Cukup dalam dan lama, membuat Melody sejenak terpejam demi meresapi. Entah kenapa, tapi Melody selalu suka ketika Raja mencium keningnya. Ia merasa begitu di cintai, terlebih setiap kali Raja melakukannya Melody dapat merasakan ketulusan pria itu.

“Itu gak penting, karena yang penting kamu mencintaiku,” bisiknya tepat di depan wajah Melody.

“Kalau itu jangan di ragukan. Aku udah cinta kamu dari dulu.”

“Aku tahu,” ucap Raja pelan seraya membawa Melody masuk ke dalam pelukan. “Terima kasih,” bisiknya sarat akan ketulusan. Lalu sebuah kecupan kembali Raja jatuhkan. Bedanya kali ini puncak kepala yang menjadi sasaran. Namun Melody tetap menyukainya selama Raja yang melakukan.

Tak lama lift yang membawa mereka tiba di lantai tujuan, membuat mau tak mau Raja melepaskan pelukannya. Namun itu tidak berlangsung lama sebab begitu tiba di ruangannya, Raja tidak sama sekali membiarkan wanita itu lepas dari pelukannya. Raja bahkan mengerjakan semua pekerjaannya dalam keadaan memeluk Melody. Membuat wanita itu sedikit risi, terlebih ketika sekretaris Raja masuk demi menjelaskan jadwal pria itu. Jangan lupakan kedatangan Ervan yang membuatnya malu setengah mati.

Bagaimana tidak, sahabat sialannya itu benar-benar tidak menyimpan ledekannya. Seperti sekarang, Ervan mendengus sebal karena masih saja mendapatinya duduk di pangkuan Raja, padahal sejak kedatangannya pertama tadi Ervan sudah terang-terangan meminta Raja melepaskan Melody. Tapi sama sekali Raja tidak memedulikannya. Raja melakukan apa yang dia inginkan. Termasuk memangku Melody sepanjang pria itu bekerja.

Benar-benar menggelikan sekaligus menjengkelkan.

***

Raja udah mau jadi bucin sejati kayaknya 😂

See you next part !!!

Melody untuk RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang