Makin Sepi, up nya jadi gak semangat. Tapi kayaknya gak adil banget untuk kalian yang masih bersedia menunggu, jadi ... yuk lah lanjut ...
Happy Reading!!
***
Dua minggu berlalu dengan banyak hal yang mereka lalui bersama. Baik Raja mau pun Melody sama-sama menikmati waktu yang ada. Apalagi setelah interogasi yang dilakukan Alexa tempo hari, Raja benar-benar membuktikan ucapannya.
Tidak ada lagi Raja yang kasar, tidak ada lagi Raja yang arogan dan kejam, karena kini pria itu selalunya menunjukkan sikap-sikap manis yang membuat Melody melayang. Memperlakukannya dengan penuh kasih sayang, dan menjaganya layaknya sebuah berlian.
Tidak ada keterpaksaan, sebab Melody dapat merasakan ketulusan yang Raja pancarkan. Dan itu semua membuatnya bahagia.
Sejak lama Melody menginginkan hal ini, dan sudah sejak lama Melody mendambakan sosok hangat Raja kepadanya. Terkadang Melody masih merasa bahwa apa yang dialami hanyalah sekadar fatamorgana, tapi Raja tak pernah berhenti meyakinkan.
Semua nyata, keberadaan Raja bukan hanya sekadar mimpi belaka. Dan Melody percaya. Bagaimana tidak, sekarang Raja berada di sisinya, sedang memeluknya. Sesekali bahkan pria itu akan mengecupnya dan menanggapi segala celotehannya. Sederhana memang, tapi amat istimewa untuk mereka berdua.
“Urusanku di sini sudah selesai,” mulai Raja setelah obrolan sebelumnya berakhir. “Apa kamu sudah memiliki keputusan?” tanyanya tanpa mengalihkan tatap dari Melody yang menjadikan pahanya sebagai bantalan.
Melody segera mengubah posisinya jadi duduk, bibirnya mengerucut dengan mata mendelik sinis. “Kamu bilang tiga minggu loh, Ja? Dan ini baru dua minggu. Itu artinya masih ada satu minggu lagi,” protesnya tak terima karena meskipun sudah memiliki keputusan, Melody masih ingin menghabiskan waktu bersama Raja di negara ini. Sebab ketika kembali ke tanah air nanti Raja akan sibuk dengan pekerjaannya. Jangankan memiliki waktu berdua, untuk diri sendiri saja Raja kerap tidak memilikinya.
“Aku tahu, tapi Papa sudah terus-terusan minta aku pulang,” dan sang ayah mengancam akan menyeretnya jika sampai dalam tiga hari ini ia tidak kunjung pulang. Raja bukannya takut, melainkan malu jika sampai hal itu benar-benar terjadi. Pramudi bukan sosok yang suka menggertak. Pria tua itu akan merealisasikan apa yang diucapkannya, dan Raja tidak mau jika sampai ayahnya menyentuh Melody untuk mengancamnya. Raja ingin memperkenalkan Melody dengan cara yang benar.
“Kesannya kok kayak anak kecil banget sih, Ja?” pasalnya Melody saja tidak pernah diperlakukan seperti itu meskipun sang ayah begitu menyayanginya.
Melody di bebaskan ingin tinggal di mana saja selama itu membuatnya nyaman.
Ya, sebab ayahnya tahu Melody tidak mendapatkan kenyamanan itu selama tinggal bersama keluarganya. Keluarga baru lebih tepatnya, karena keluarganya yang asli berada di Jerman, dan ibunya sudah meninggal bertahun-tahun lalu. Sementara ayahnya menikah lagi saat usia Melody genap dua puluh tahun. Tidak ada siapa pun yang tahu kecuali Alexa. Bahkan selain sahabatnya itu tidak ada siapa pun yang tahu siapa Melody sebenarnya.
Sepanjang hidupnya, Melody tidak pernah menggunakan nama besar ayahnya. Dan perusahaan yang kini dipimpin olehnya pun bukan milik ayahnya, melainkan milik sang ibu yang selama ini memang di kelola secara tidak langsung oleh ayahnya.
“Mungkin Papa gak sabar untuk melanjutkan perjodohan aku sama Kalina,” Raja mengedik dengan ekspresi tak berarti, namun itu tetap saja membuat Melody kesal hingga sebuah cubitan dilayangkannya pada perut Raja. Membuat laki-laki itu mengaduh dan sontak melayangkan tatapan protesnya.
“Jangan coba-coba, ya, Ja. Kamu cuma milik aku!” ucapnya dengan sorot tajam sarat akan sebuah ancaman.
“Coba-coba apa?” raut tak paham nampak jelas di wajah Raja.
“Jangan coba-coba terima perjodohan itu. Kamu milik aku!” tegasnya memperjelas. Dan hal itu membuat Raja mengangguk paham, lalu setelahnya sebuah seringai diberikan Raja seraya menarik wanita itu ke dalam pelukannya.
“Tandain coba, biar semua orang tahu kalau aku milik kamu,” bisik Raja dengan nada menggoda.
“Tandain gimana?” tanyanya begitu polos. Dan hal itu di manfaatkan oleh Raja yang tanpa aba-aba langsung menghisap leher Melody cukup kuat hingga meninggalkan ruam keunguan yang nampak jelas, dan dapat di pastikan tanda tersebut tidak akan hilang dalam waktu dekat.
“Raja!” seru Melody memprotes, tapi sama sekali Raja tidak menghiraukannya. Laki-laki itu malah justru tertawa puas dan segera bangkit dari duduknya untuk segera berlari demi menghindari amukan sang kekasih.
Ya, kekasih, karena mereka telah sepakat untuk menjalani hubungan ini dengan ikatan yang pasti. Raja bahkan sudah meminta Melody agar mau menikah dengannya segera. Sayangnya Melody menolak.
Bukan. Lebih tepatnya Melody ingin semua urusan Raja selesai lebih dulu, sebab Melody tidak ingin di kemudian hari rumah tangganya bermasalah, terlebih alasannya sebuah restu yang tidak ayah pria itu berikan.
“Ah, Raja, ini ilanginnya gimana, Ja?!” teriak Melody seraya mengusap-usap tanda keunguan yang dibuat Raja tepat di lehernya. Keberadaannya begitu jelas, dan Melody yakin akan banyak pertanyaan ketika sekretarisnya melihat, mengingat Alexa sudah kembali ke tempat asalnya satu minggu lalu, dan memang hanya sekretarisnya itu lah yang berani mengorek informasi tentangnya dan Raja. Terlebih Amara sudah tahu mengenai Raja yang tinggal di apartemen bersamanya.
Benar, Raja tidak benar-benar mencari hotel seperti apa yang pria itu katakan di malam kedatangannya. Raja memanfaatkan Melody untuk sebuah tempat tinggal. Katanya, sayang uang jika harus menyewa hotel sementara dia sendiri pasti menghabiskan banyak waktu bersama Melody. Jadilah, pada akhirnya hingga hari ini Raja tinggal bersamanya, bahkan menempati ranjang yang sama dengannya.
Tapi jangan salah mengira, karena meskipun Raja tidak pernah lepas memeluknya setiap malam, tidak ada hal yang terjadi diantara mereka.
Raja telah berjanji untuk tidak melakukannya sebelum pernikahan berlangsung diantara mereka. Raja tidak ingin mengulangi keberengsekannya yang secara tidak sadar pernah dilakukan kepada Melody. Raja ingin menjaga. Tidak peduli dirinya harus tersiksa oleh hasrat sialannya. Karena yang terpenting bagi Raja adalah Melody utuh hingga waktunya tiba. Meskipun pada kenyataannya Melody sudah pernah dirinya nodai. Tapi biarlah itu menjadi kesalahan atas keberengsekannya. Raja tidak ingin mengulang keberengsekan yang sama.
“Jangan di hilangin, Mel. Biar aja kayak gitu. Biar semua orang tahu kamu sudah berpemilik,” sahut Raja dari arah kamar mandi. Sementara Melody sudah duduk di meja riasnya sambil memperhatikan hasil karya Raja.
“Tapi besok pagi aku ada meeting, Ja!” deliknya pada sosok yang baru saja keluar dari kamar mandi. Sebuah dengusan lagi-lagi Melody loloskan masih dengan usaha mencari cara menyamarkan tanda itu, karena Melody yakin ia akan menjadi perhatian di meeting besok.
Melody memang tidak tinggal di tanah air untuk saat ini, tapi tetap saja itu akan memalukan untuknya.
“Klien kamu pasti paham, kok, Mel,” ucapnya seraya melayangkan kedipan jahil. Melody lagi-lagi mendengus, matanya melirik Raja sinis dan sebuah tendangan diberikannya di tulang kering Raja tanpa sempat pria itu sadari.
“Sakit Mel!” rengek Raja setelah mengaduh. Namun sama sekali Melody tidak peduli. Dibandingkan Raja, Melody lebih merasa kesal karena ulah kekasihnya itu.
***
Jangan lupa klik bintangnya ya, ramaikan juga komentarnya biar makin semangat aku upnya😉
See you next part!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody untuk Raja
General FictionCinta memang butuh perjuangan. Tapi apa masih harus bertahan di saat perjuangan itu bahkan tak di hargai? Melody lelah. Tapi dia tak ingin menyerah. Atau lebih tepatnya belum? Entahlah, karena yang jelas Raja terlalu Melody cinta sampai ia tidak ped...