Happy Reading !!!
***
“Kerjaan Raja di sini belum selesai, Pa,” Raja menjawab dengan malas saat sang ayah mempertanyakan kepulangannya. “Dua atau tiga minggu lagi mungkin,” ucapnya sembari mengedikkan bahu. “Ya, ya, ya. Nanti Raja usahain,” kali ini Raja memutar bola mata, dan itu tidak lepas dari penglihatan Melody yang sejak tadi duduk di depannya, menikmati makan malam dalam diam, sambil memperhatikan Raja yang ogah-ogahan menerima panggilan dari ayahnya.
“Untuk yang satu itu Raja tetap menolak!” tegasnya. “Raja udah punya pilihan sendiri,” tambahnya seraya menatap sosok cantik di depannya dengan sorot dalam dan penuh keseriusan. Membuat Melody tiba-tiba merasakan panas di sekitar wajahnya. Dan refleks menundukkan kepala demi menghindari tatapan Raja yang tak baik untuk detak jantungnya.
“Itu terserah Papa, yang jelas Raja cuma mau dia. Titik.” Tekannya sembari memutus panggilan begitu saja.
Melody yang mendengar nada emosi dari suara Raja segera mendongak, menatap sosok tampan itu dengan sebelah alis terangkat.
Bertahun-tahun mengenal Raja, Melody tahu bahwa pria itu memang selalunya emosi, terlebih pada dirinya. Namun kali ini terlihat berbeda karena Raja terlihat begitu marah dengan rahang mengeras, tangannya pun terkepal kuat. Membuat Melody meringis, merasa ngeri.
“Are you oke?” tanyanya seraya mengurai kepalan tangan Raja dengan gerakan amat lembut. Yang membuat Raja tersadar dan segara meredakan emosinya. Kepalanya menggeleng pelan, dan senyum turut di berikan.
“Maaf,” cicitnya, tak sesuai dengan tanya yang Melody lontarkan. Tapi Melody memilih tidak mempermasalahkan dan kembali melanjutkan makan. Begitu pula dengan Raja yang kini tengah merutuki sang ayah yang berhasil memancing emosinya. Padahal Raja tidak ingin menampilkan kembali sisi buruknya itu di depan Melody. Rasa bersalahnya selalu menghampiri. Terlebih mengingat bagaimana sikapnya terhadap Melody bertahun-tahun belakangan.
Makan malam yang berlangsung di apartemen Melody terjalin sunyi. Baik Melody mau pun Raja tidak sama sekali membuka suara. Bukan tidak ingin, melainkan bingung. Meski permasalahan diantara mereka sudah di bahas tuntas, nyatanya kecanggungan yang ada belum sepenuhnya bisa terkikis.
Raja tidak pandai mengolah obrolan ringan, sedangkan Melody … Raja paham, wanita itu masih memiliki jarak walaupun sudah mengutarakan kesediaan memberinya kesempatan. Tak apa, Raja akan bersabar menunggu kesiapan Melody.
“Papa jodohin gue lagi,” pada akhirnya Raja mengutarakannya juga melihat sepertinya tidak ada tanda-tanda akan keingintahuan Melody lebih lanjut mengenai perubahan emosinya beberapa menit lalu.
Selain itu, Raja juga tidak ingin membuat kesalahan yang sama seperti sebelumnya. Ketidak jujurannya mengenai perjodohan membuatnya melukai Melody. Melukai dirinya sendiri juga. Jadi, untuk menghindari hal itu lagi, Raja memilih untuk berterus terang dari sekarang. Terlebih mengingat kini dirinya sedang berjuang meyakinkan Melody mengenai perasaannya, yang mungkin bagi perempuan itu terkesan tiba-tiba.
“Namanya Kalina. Dia anak teman bisnis Papa gue. Dan barusan, bokap tanya kapan gue pulang,” Raja mendesah cukup panjang. Matanya tertuju pada Melody, tidak ingin melewatkan sekecil apa pun respons yang sekiranya akan diberikan wanita itu.
Namun tidak ada. Hingga detik berlalu, masih tidak juga ada tanggapan dari Melody. Perempuan itu masih membisu dengan kepala tertunduk, tapi melihat tidak ada pergerakan apa pun dari Melody, Raja tahu bahwa perempuan itu mendengarkan kalimatnya.
“Dua hari sebelum kedatangan gue ke negara ini bokap ngajak gue makan malam sama teman bisnisnya. Dan mereka langsung membicarakan perihal perjodohan. Seperti halnya bertahun-tahun lalu, tidak pernah ada basa-basi. Bokap gue langsung menodong, dan gue gak pernah sama sekali diberi kesempatan untuk menolak. Tapi gue teringat akan apa yang Annika katakan. Gue gak bisa terus-terusan menjadi boneka bokap. Annika meminta gue memperjuangkan apa yang gue inginkan. Dan gue bertekad untuk melakukan perubahan,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody untuk Raja
General FictionCinta memang butuh perjuangan. Tapi apa masih harus bertahan di saat perjuangan itu bahkan tak di hargai? Melody lelah. Tapi dia tak ingin menyerah. Atau lebih tepatnya belum? Entahlah, karena yang jelas Raja terlalu Melody cinta sampai ia tidak ped...