Part 29

6.5K 259 5
                                    

Maaf karena lama gak Up. Gak ada kuota soalnya 🤫

Btw masih ada yang nunggu gak sih?

***

Happy Reading!!

***

Dulu Raja paling malas jika harus bepergian, meskipun itu berurusan dengan pekerjaan. Namun beda dengan sekarang, karena baru empat hari dirinya berada di tanah air, Raja malah justru merasa tak sabar untuk segera pergi.

Pengaruh Melody ternyata memang sebesar itu, dan rindunya pada wanita itu tidak lagi bisa Raja sembunyikan sebagaimana sembilan tahun belakangan. Di tambah dengan teror sang ayah yang entah dari mana mengetahui kepulangannya, terus memintanya untuk datang ke rumah paruh baya itu. Membuat alasannya untuk cepat pergi semakin besar. Dan Raja benar-benar tidak ingin menunda lebih lama kepergiannya.

Raja abaikan pesan dan juga telepon ayahnya, lalu pergi ke bandara begitu meeting selesai dilakukan. Tidak sama sekali Raja pedulikan rasa lelahnya, yang penting ia bisa pergi untuk menghindari sang ayah dan dapat secepatnya bertemu dengan Melody.

Ketika hari sudah beranjak malam Raja tiba di Jerman, dan di bandingkan segera mencari hotel, Raja memilih memutuskan langsung ke apartemen Melody demi bertemu dengan wanita itu. Beruntung Melody telah kembali dari kantornya, jadi tidak membuat Raja harus menunggu sebagaimana orang bodoh yang terusir dari rumah orang tuanya.

“Langsung ke sini?” Melody melirik koper berukuran sedang milik Raja yang pria itu letakkan begitu saja di sisi sofa yang sudah diduduki Raja tanpa menunggu si pemilik apartemen mempersilahkan.

“Heum. Malam ini gak apa-apa ‘kan gue nginap di sini? Gue cape, udah malam juga, males nyari hotel,” ucapnya dengan wajah lelah yang tidak sama sekali dibuat-buat, karena nyatanya memang apa yang Raja ucapkan adalah sebuah kebenaran. Meskipun yang dikatakannya barusan berupa alasan mengingat banyak hotel yang ada di sekitar bandara jika memang Raja benar-benar hanya ingin segera istirahat.

Dua hari berturut-turut Raja tidak sama sekali tidur karena ingin segera menyelesaikan pekerjaan yang belum sempat Ervan bereskan, dan sepanjang perjalanan di pesawat ia tidak juga dapat memejamkan mata, saking tak sabarnya bertemu dengan sang pujaan hati. Akhirnya sekarang Raja benar-benar kelelahan. Dan itu membuat Melody kasihan.

Tidak tega jika harus membiarkan pria itu pergi dari kediamannya, hingga akhirnya sebuah izin di berikan dan Melody langsung menyuruh laki-laki itu untuk segera mandi, sedangkan dirinya memesan makanan dari salah satu restoran langganannya.

“Sekretaris lo gak ikut ke sini lagi, Ja? Atau emang dia gak ikut lo pulang?” tanyanya begitu sudah sama-sama mendudukkan diri di meja makan setelah beberapa menit lalu Raja menyelesaikan mandinya.

“Dia gak ikut. Ervan ‘kan sibuk bulan madu setelah pernikahannya. Kantor gue gak ada yang urus. Jadi deh gue pergi sendiri ke sini,” terangnya singkat. Dan Melody hanya memberikan anggukan kecil, tidak lagi bertanya lebih lanjut karena toh ia tidak begitu ingin tahu. Melody menanyakan barusan hanya ingin memastikan. Takut-takut Raja meninggalkan sekretarisnya di tengah jalan demi pria itu bisa berduaan dengannya.

Ck geer sekali Anda, Nona Melody!

“Lo gak makan juga?” Raja bertanya saat tidak juga mendapati Melody menyentuh makanan yang ada di meja. Melody terlihat sibuk dengan ponselnya, sementara Raja memang cukup lahap menikmati makan malamnya.

“Gue udah makan tadi,” kerana Melody memang terbiasa makan malam lebih dulu sebelum pulang ke apartemen, mengingat dirinya yang tidak sama sekali pandai memasak. Melody tidak ingin membuat susah diri sendiri, jadi sebelum tiba di apartemen ia selalu menyempatkan diri mampir ke restoran, lapar atau pun tidak.

Melody untuk RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang