Part 15

10.9K 430 15
                                        

Happy Reading !!!

***

“Raja, bisa bicara sebentar,”

Raja yang tengah fokus pada tab-nya segera mengalihkan atensi pada sosok yang baru saja menghampiri. “Sini,” titahnya, meminta Annika untuk duduk di sampingnya.

Hari ini adalah weekend, dan kebetulan Raja tidak memiliki kesibukan yang mengharuskannya datang ke kantor. Membuatnya memilih untuk tetap diam di rumah meski tidak tahu apa yang akan dilakukan.

Enam bulan pernikahannya berjalan, tapi kecanggungan belum juga dapat mereka hilangkan sepenuhnya. Raja selalu bingung membangun percakapan, sementara Annika terlihat menjaga jarak meskipun tidak secara terang-terangan. Yang jelas pernikahannya tidak semulus yang orang-orang pikirkan. Tapi juga tidak buruk. Karena masih ada interaksi diantara mereka meskipun singkat.

Annika tetap menjalankan perannya, dan Raja berusaha melakukan hal serupa. Hanya hubungan suami istri pada umumnya yang tidak pernah terjadi diantara mereka. Dan Raja sempat berpikir untuk membahasnya bersama Annika. Sayangnya belum ada waktu yang mereka punya.

Raja sibuk dengan pekerjaannya begitu pula dengan Annika yang mulai bergabung dengan perusahaan keluarganya. Meskipun kesibukan perempuan itu tidak melebihi kesibukan Raja, tapi tetap saja membuat mereka jarang berkomunikasi karena setiap Raja pulang, Annika sudah terlelap. Hanya saat sarapan saja mereka bisa bercengkerama, itu pun tak banyak. Dan lagi selalu pekerjaan yang menjadi bahasan. Tapi sekarang Raja yakin bahwa mereka akan mengobrol banyak, terlebih Annika yang memang mengajaknya bicara. Membuktikan bahwa wanita itu memiliki waktu luang.

“Kamu udah tahu dimana Melody tinggal sekarang?” mulainya beberapa saat setelah menjatuhkan bokong di tempat yang Raja inginkan.

“Aku gak nyari tahu.”

“Kenapa?”

“Kenapa?” ulang Raja memastikan sembari menatap istrinya dengan raut heran. “Kenapa aku harus nyari dia?” tanyanya butuh penjelasan.

“Karena kamu cinta dia.”

“Tapi aku sudah punya istri. Dan aku gak mau menodai pernikahanku sendiri.” Raja menyela cepat.

“Tapi, Ja—”

“Bagaimanapun mulanya kita bersama nyatanya sekarang pernikahan sudah mengikat kita. Aku akui, cinta itu ada untuk Melody meskipun selama ini aku selalu menyangkalnya. Tapi Ann, aku tidak berniat membuatnya semakin tumbuh, terlebih setelah kita menikah. Aku hanya ingin menjalani semua ini sebagaimana seharusnya. Pernikahan kita memang bukan atas dasar cinta, tapi kita bisa membangunnya bersama. Lagi pula perjodohan kita yang lebih dulu ada dibandingkan Melody. Jadi please, stop bawa-bawa nama Melody. Bantu aku melupakan dia, Ann, bukan malah membuatku makin merana.”

Tapi Annika menggeleng, ia tak setuju. Kalimat Raja yang di ucapkan dengan tulus itu bukannya membuat dia terharu, tapi malah semakin merasa membebani. Annika tidak bisa menerima semua itu. Usaha Raja untuk mencintainya, usaha Raja untuk menerima pernikahannya, dan kepasrahan pria itu dalam merelakan perempuan yang dicintainya.

Tidak. Annika tidak bisa. Di bandingkan harus membantu Raja melupakan, Annika lebih ingin membuat Raja dan Melody bersatu. Setidaknya selagi masih ada waktu.

“Maaf,” lirihnya berucap dengan air mata yang mulai berjatuhan, tapi Annika segera menundukkan kepala demi menyembunyikan tangisnya, walau sebenarnya itu percuma sebab isakan mampu di dengar dengan jelas oleh Raja. “Maaf karena aku gak bisa mengikuti apa yang kamu mau.”

“Kenapa?”

Lebih dulu Annika mengangkat kepalanya demi bisa menatap Raja. “Karena aku gak bisa nemenin kamu hingga akhir.”

Melody untuk RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang