Happy Reading !!!
***
Hari yang tak pernah Melody inginkan tiba tanpa ada kendala. Padahal hatinya terus meminta agar Tuhan menggagalkan acara yang akan terselenggara. Sayangnya semesta tidak sebaik itu kepadanya, karena di bandingkan berantakan, acara pernikahan Raja malah justru berjalan dengan lancar. Terlihat mewah dan elegan dengan kebahagiaan terpancar dari arah pelaminan mau pun tamu undangan. Namun tidak berlaku bagi Melody. Karena di bandingkan dengan bahagia sebagaimana para kerabat dan sahabat kedua mempelai, Melody lebih merasa hancur berantakan.
Perasaannya tak sanggup menahan, padahal sejak kemarin ia sudah menekadkan untuk kuat menghadapi kenyataan. Tapi nyatanya Melody memang selemah itu. Mencintai Raja begitu dalam membuatnya hancur tak tertahankan. Sekarang, Melody tidak tahu bagaimana nasibnya ke depan, karena meski yakin akan bisa hidup tanpa sosok sang pujaan, Melody tak yakin harinya akan tetap menyenangkan.
“Mel, kita pulang, ya?” Alexa yang turut menemani Melody datang ke pernikahan Raja tak kuasa menahan kesedihannya. Terlebih sejak mulai datang ke sana tidak hentinya Melody meneteskan air mata. Tak peduli orang-orang menatapnya aneh. Pandangan Melody terus tertuju pada Raja yang berada di pelaminan, berdiri dengan seorang perempuan yang tampil cantik dalam balutan gaun pernikahan.
“Harusnya gue yang ada di sana,” dan Alexa semakin sedih mendengar gumaman sahabatnya itu. “Gue kurang cantik, ya, Lex?”
“No,” ucap Alexa cepat. “Gak ada yang kurang dalam diri lo, Mel,” karena pada kenyataannya Melody memang begitu memukau dengan tampilannya yang tak pernah berlebihan. “Cuma memang bukan Raja yang Tuhan takdirkan untuk lo, Mel.” Sebab jika memang keduanya harus berjodoh Alexa yakin Tuhan tidak kehabisan cara untuk membuat keduanya bersama.
“Gue cuma mau Raja, Lex,” namun sepertinya Melody harus mulai sadar bahwa tidak mungkin untuknya meraih pria itu lagi.
Raja-nya sudah dimiliki perempuan lain. Raja-nya sudah bukan lagi pria lajang seperti yang selama ini dirinya kejar. Raja-nya tidak bisa ia dapatkan.
“Gue cuma mau, Raja, Lexa. Gue—”
“Stt, udah Mel. Ikhlasin. Gue yakin suatu saat nanti lo akan mendapatkan pria terbaik yang lebih dari Raja. Sekarang lebih baik kita pulang. Make up lo udah berantakan. Atau lo mau gue temenin ke atas dulu? Tapi please, jangan berusaha merusak acara orang!” karena Alexa tak ingin Melody dipermalukan.
Tidak ada jawaban, Melody tetap diam dengan pandang yang tak lepas dari depan. Sampai akhirnya Melody memilih untuk membalikkan tubuhnya dan melangkah meninggalkan tempat pernikahan. Membawa kehancuran yang diyakininya tak akan sembuh dalam waktu sebentar.
Tiga jam, Melody bertahan di tengah acara yang menyesakkan. Dan sejujurnya ia pun berkeinginan menghancurkan pesta yang seolah mengejek kemalangannya. Namun Melody tidak senekad itu. Kewarasan masih melingkupinya, hingga di bandingkan dengan mengacau, Melody hanya terduduk diam saja dengan pandangan yang tidak pernah dia lepaskan dari sosok yang dicintainya.
Berkali-kali netranya bertemu dengan manik Raja, tapi tak pernah bertahan lama sebab Raja selalu cepat memutus kontak mata. Membuat Melody pada akhirnya hanya menikmati kehancurannya saja.
Sekarang, Melody sudah merasa tak tahan lagi. Ia memilih untuk kembali tanpa menemui si pengantin yang tengah berbahagia. Melody enggan memberi kata selamat, karena nyatanya Melody tidak setegar itu untuk mengucapkannya. Jadi, dari pada berakhir dengan benar-benar menghancurkan acara orang dan mempermalukan dirinya sendiri, juga mendapat kemarahan Raja yang lebih lagi, Melody memilih pergi untuk menyelamatkan hatinya yang tinggal sedikit. Menyelamatkan perasaannya yang sakit, dan menyelamatkan kewarasannya yang mulai sekarat.
Masih bersama dengan Alexa, Melody meninggalkan gedung acara. Rencananya sekarang Melody akan pulang ke rumah orang tuanya, sebab tinggal di apartemen hanya akan membuatnya semakin binasa, mengingat di seberang unitnya adalah unit Raja. Meski Melody yakin bahwa pria itu tidak mungkin kembali ke sana, setidaknya untuk sekarang dan beberapa hari ke depan.
⁂
“Itu pacar kamu?” Annika sedikit berbisik pada Raja yang terlihat lurus memperhatikan kepergian sosok perempuan yang sejak tadi terlihat kacau dengan sorot kesedihan yang membuat siapa saja akan kasihan, termasuk Annika yang diam-diam memperhatikan. Namun baru berani sekarang untuk mempertanyakan sosoknya pada sang mempelai di sampingnya.
Kebetulan mereka sedang lenggang, setelah berjam-jam sibuk dengan tamu-tamu undangan yang bergiliran memberikan ucapan selamat. Dan jujur saja sejak tadi Annika menunggu perempuan yang duduk diam di kursi tamu sana datang menghampiri, untuk memberi selamat, mungkin. Atau kata-kata lain yang akan memberi Annika petunjuk siapa gerangan si tamu undangan yang terlihat paling tidak bahagia di antara ribuan tamu lainnya yang datang.
Sayangnya sosok itu malah pergi tanpa lebih dulu menghampiri. Membuatnya berakhir memilih bertanya pada Raja yang beberapa jam lalu resmi menjadi suaminya.
“Gak usah sok tahu!” namun malah kalimat ketus itu yang Annika dapatkan. Membuatnya kembali melirik jejak kepergian wanita yang membuatnya penasaran. Objek yang juga tengah di pandang Raja dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun satu yang dapat Annika tangkap, sebuah kesedihan. Menyakinkannya dalam berspekulasi.
“Dia terlihat begitu kecewa. Apa sebelumnya kamu gak bilang sama dia tentang perjodohan kita?” kembali Annika melirik suaminya. Dan keterdiaman Raja meyakinkan Annika mengenai tebakannya yang tak salah.
“Seharusnya kamu bicara baik-baik sama dia, Ja,” karena untuk membatalkan pernikahan Annika tidak bisa berbicara. Bukan karena ia mengharapkan pernikahan ini, tapi baik Raja mau pun Annika tahu bahwa keputusan keluarga tidak akan bisa mereka hentikan. Terlebih perjodohan ini ada jauh sebelum hari ini. Lebih tepatnya sejak mereka masih remaja.
Benar, selama itu. Hanya saja Annika dan Raja tidak pernah saling bertemu jika bukan karena acara keluarga. Dan sampai hari ini pun belum ada yang mau menerima perjodohan. Tapi untuk membatalkan pernikahan tidak bisa mereka lakukan, karena semua sudah di tentukan para orang tua.
Sejak awal orang tua memang tidak melarang mereka untuk menjalin cinta dengan siapa saja asalkan begitu waktunya tiba, pernikahan tetap terlaksana. Dan sampai hari di mana keluarga mengabarkan sebuah pernikahan, Annika tidak tahu Raja memiliki pasangan. Mereka tidak pernah melakukan komunikasi.
Annika yang memutuskan sekolah di luar negeri memilih fokus pada pendidikannya, sampai akhirnya ia di nyatakan lulus di jenjang S2. Dan seumur hidup, Annika tidak pernah berniat memiliki seorang kekasih, karena menurutnya itu percuma.
Annika tidak ingin memberi harapan pada pasangannya, dan berakhir melukai pada akhirnya. Meski tidak pernah sekali pun benaknya menyuarakan persetujuan untuk perjodohan ini. Hanya saja Annika memang tidak juga merasa keberatan.
Entah dengan Raja. Karena dilihat sejak hari dimana mereka bertemu setelah sekian tahun berjauhan, Annika merasa bahwa Raja tersiksa. Tapi Raja tak menyuarakan apa-apa, seolah tahu bahwa itu akan berakhir percuma. Tidak akan ada yang berubah. Perjodohan ini akan tetap berlangsung, dan pernikahan akan tetap terselenggara sesuai rencana.
“Aku harap dia hanya akan sedih sesaat,” gumam Annika seraya menyentuh pundak suaminya. Bukan Annika senang melihat perempuan itu terluka, Annika hanya tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki keadaan. Seperti yang dirinya bilang. Ia tidak bisa membatalkan pernikahan, terlebih sekarang janji suci sudah selesai dilantunkan. Yang bisa dirinya lakukan hanya mendoakan yang terbaik untuk perempuan yang berada di hati suaminya.
Sungguh, Annika tidak sama sekali keberatan. Karena ia tahu bagaimana sulitnya mengendalikan perasaan. Meskipun nyatanya ia belum pernah mengalami itu.
***
Nah itu lah alasan kenapa Raja bilang gak akan nikah sama Melody. Raja sudah di jodohkan sejak dulu.
See next part!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody untuk Raja
General FictionCinta memang butuh perjuangan. Tapi apa masih harus bertahan di saat perjuangan itu bahkan tak di hargai? Melody lelah. Tapi dia tak ingin menyerah. Atau lebih tepatnya belum? Entahlah, karena yang jelas Raja terlalu Melody cinta sampai ia tidak ped...