Happy Reading!!!
***
“Kok dia di sini?” Alexa memicingkan mata begitu masuk ke dalam apartemen Melody dan mendapati Raja tengah duduk di meja makan dengan menu sarapan yang ditebaknya datang dari salah satu restoran. Sebab Alexa jelas tahu, tidak mungkin Melody menyiapkan semua itu.
“Raja lagi ada kerjaan di sini,” jawab Melody seadanya, lalu melangkah kembali menuju meja makan dengan niat melanjutkan sarapan setelah sebelumnya terganggu dengan bunyi bel. Dan Melody tidak menyangka bahwa tamu yang datang adalah sahabatnya sendiri.
Alexa tidak ada mengabari mengenai kedatangannya. Namun Melody tidak sama sekali merasa panik. Karena selain sahabatnya sudah biasa datang dan pergi sesuka hati, Raja bukan sosok yang perlu dirinya sembunyikan.
“Dan kalian tinggal bareng?” tanyanya dengan sorot tak habis pikir.
Melody hanya mengedikan bahu singkat. Karena nyatanya dia juga tidak tahu harus menyebutnya apa. Yang jelas sejak kedatangan Raja empat hari lalu, pria itu tidak juga berniat untuk pergi, dan Melody pun tidak berniat mengusirnya.
Semuanya mengalir begitu saja. Raja akan mengantarnya ke kantor lalu kembali menjemput setelah urusan pria itu selesai, kemudian mereka akan menghabiskan waktu berdua entah dengan menonton atau mengobrolkan banyak hal, sampai kemudian kantuk menyerang dan mereka akan bangun dalam keadaan saling berpelukan. Begitu terus hingga pagi ini. Dan Raja mau pun Melody sama-sama menikmatinya.
“Gila!” seru Alexa seraya melirik sahabatnya dengan tajam, lalu beralih pada Raja dan memberinya tatapan sinis sarat akan ketidaksukaan.
Jangan lupakan Alexa masih tidak bisa menerima Raja hingga sekarang. Sikapnya yang membuat Alexa benci pada laki-laki itu, terlebih kejadian setahun lalu yang membuat ia harus mendapati kehancuran sahabatnya.
“Lo bodoh apa gimana sih, Mel? Kenapa juga lo biarin dia tinggal di sini? Kayak gak ada hotel aja!” deliknya sembari memutar bola mata.
“Hotel memang banyak, tapi gue pengen di sini. Banyak hal yang perlu gue bicarain sama Melody,” meskipun sebenarnya sudah selesai mereka bahas. Tapi, ya, gimana, Raja juga memang enggan untuk pergi.
“Hal apa? Keberengsekan lo? Penyesalan lo?” tebak Alexa dengan nada mencibir. Lalu beralih pada sang sahabat yang duduk anteng menikmati sarapannya. “Sumpah Mel, setelah apa yang udah dia perbuat, lo yakin mau maafin dia gitu aja?”
Alexa menggeleng tak habis pikir. Ia datang demi mendapatkan penjelasan mengenai kedekatan Melody di pernikahan Ervan beberapa waktu lalu.
Alexa sudah amat penasaran, tapi sialannya Melody malah pergi tanpa mengabarinya lebih dulu. Dan sekarang, ketika kebetulan dirinya memiliki pekerjaan di negara yang sahabatnya tinggali Alexa mencari kesempatan untuk bertemu, tapi kejutan baru kembali Alexa dapatkan, membuat benaknya bertanya-tanya sudah sejauh mana hubungan mereka?
“Raja udah minta maaf, Lex,”
“Dan lo maafin gitu aja?” Sela Alexa kembali menggelengkan kepala. “Lo bodoh apa tolol sih sebenarnya, Mel? Lo lupa bagaimana berengseknya dia menyia-nyiakan lo selama delapan tahun? Lo lupa gimana hancurnya lo di hari pernikahan dia? Dan lo lupa gimana terpukulnya lo saat tahu lo hamil? Jangan mentang-mentang karena cinta lo bisa luluh gitu aja, Mel!”
Alexa tidak terima. Bukan apa-apa, tapi ia yang melihat bagaimana menderitanya Melody selama ini. Alexa tak rela jika sampai sahabatnya kembali terluka, terlebih karena orang yang sama.
“Lo juga, jadi laki-laki jangan berengsek! Lo udah punya istri, jangan ngasih pengharapan apa-apa lagi sama Melody. Cukup, ya, Ja, lo hancurin sahabat gue. Gue gak akan tinggal diam!” ujarnya dengan sorot penuh permusuhan.
Dan kalimat Alexa barusan spontan membuat Melody yang semula sibuk dengan makanan melompat kesenangan dengan raut haru yang tak sama sekali disembunyikan. Membuat wanita cantik bertubuh semampai itu sontak terkejut dan nyaris terjengkang karena ulah Melody. Namun Melody sama sekali tidak peduli, karena dibandingkan dengan melepaskan, Melody malah semakin mengeratkan pelukannya, dan tidak segan-segan memberikan kecupan-kecupan di sepanjang wajah Alexa, membuat perempuan itu benar-benar merasa risi dan sekuat tenaga mendorong Melody agar menjauh.
“Lo apaan sih!” protesnya sembari mendengus sebal. Melody sama sekali tidak tersinggung, perempuan itu malah justru memberikan cengirannya dan kembali memeluk Alexa sebelum sahabatnya itu berhasil menghindar.
“Thanks untuk kepeduliannya, Lex. Terima kasih juga untuk semua yang sudah lo lakuin untuk gue. Seperti yang pernah gue bilang, gue beruntung memiliki lo dalam hidup gue,” ucap Melody penuh ketulusan.
“Sekarang lo gak perlu khawatir, Lex, Raja gak akan nyakitin gue lagi,” tambahnya seraya melirik sosok sang pujaan demi mencari keyakinan. Dan Melody dapat melihat sebuah kesungguhan di kedua manik Raja yang menyorotnya dalam.
"Dia datang untuk memperbaiki, bukan untuk kembali menyakiti,” lanjutnya masih tanpa melepas tatapannya dari Raja. Dan kalimat itu bukan hanya Melody tujukan pada Alexa, karena jauh di dalam lubuk hati Melody pun tengah menyakinkan dirinya sendiri.
“Tapi Mel—”
“Istri Raja sudah meninggal,” itu yang pernah Raja ucapkan, dan Melody tidak memiliki alasan untuk tidak percaya. Terlebih melihat bagaimana sorot mata Raja yang tidak sama sekali menampilkan kebohongan.
“Lo udah liat makamnya?” sinis Alexa masih belum bisa menerima begitu saja sang sahabat memaafkan Raja dengan mudahnya.
Melody menggeleng seraya kembali melirik pada Raja yang tidak juga mengubah posisi dan raut wajah seriusnya.
“Aku bisa bawa kamu ke makam Annika kapan pun kamu mau,” sahut Raja tanpa sama sekali merasa terbebani, karena nyatanya tanpa di minta pun Raja memang sudah berniat mengajak Melody bertemu mendiang istrinya.
“Tunggu-tunggu. Aku? Kamu?” Alexa melirik Raja dan Melody bergantian dengan raut yang benar-benar penasaran. “Sebenarnya sudah sejak kapan kalian bertemu? Dan sudah sedekat apa hubungan kalian?” tanya Alexa menuntut sebuah penjelasan. Pasalnya ia merasa bahwa ini terlalu cepat, belum genap satu bulan dirinya menghubungi dan hari itu ia masih mendengar Melody yang enggan bertemu Raja, tapi tiba-tiba Alexa melihat hal tak biasa diantara kedua orang itu.
“Jadi, seberapa banyak hal yang sudah gue lewatkan?” melipat tangan di dada, Alexa tatap sosok di depannya dengan dalam, meminta Melody untuk menjelaskan.
“Ceritanya panjang, Lex,”
“Gue punya banyak waktu untuk mendengarkan,” sahut Alexa cepat. Sama sekali tidak ingin menunda mendengar penjelasan. Karena sesungguhnya ia sudah tidak sabar. Bukan karena antusias, Alexa hanya tidak ingin Melody berakhir terluka kembali.
Meskipun pria itu telah mengungkapkan penyesalannya, siapa yang tahu kalau itu hanya sebuah kebohongan? Siapa yang tahu niat pria itu sesungguhnya? Alexa telah melihat bagaimana sialannya seorang Rajata, jadi jangan salahkan jika sekarang dirinya menyimpan curiga.
Melody mendesah pelan, tidak sama sekali memiliki alasan untuk menunda sebuah penjelasan, karena Melody yakin Alexa tidak akan mau menyerah.
Selama ini Melody di kenal sebagai sosok yang keras kepala karena memilih bertahan di tengah kesakitan yang Raja berikan. Tapi ketahuilah bahwa Alexa justru lebih keras kepala. Perempuan itu tidak akan pernah mundur sebelum mendapatkan apa yang diinginkannya.
Dan sekarang Melody mau tak mau menjelaskan keberadaan Raja, menjelaskan mengenai hubungan mereka, juga menceritakan semua yang telah Raja kisahkan. Tentang perempuan yang dinikahi Raja, tentang keadaan pria itu, juga tentang perasaan yang sebenarnya Raja miliki.
Tidak ada yang Melody tutupi, tidak pula ada yang Raja sembunyikan. Semua terbongkar di depan Alexa yang menuntut penjelasan.
***
Udah gitu Alexa bisa apa, iya kan?
Btw guys, aku kan lagi bikin cerita tentang Alexa, gimana kalau di pasangkan sama Galen?
Ceritanya udah setengah jalan sih. Tapi kepikiran buat tanya kalian. Kira-kira setuju gak?Dan kira-kira kalian mau baca gak?
***
See you next part!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Melody untuk Raja
Fiksi UmumCinta memang butuh perjuangan. Tapi apa masih harus bertahan di saat perjuangan itu bahkan tak di hargai? Melody lelah. Tapi dia tak ingin menyerah. Atau lebih tepatnya belum? Entahlah, karena yang jelas Raja terlalu Melody cinta sampai ia tidak ped...