Siapa nih yang nunggu Raja sama Melody?
Dari kemarin lupa mulu mau up 😂😂Semoga gak bosan nunggunya ya,
Happy Reading!!!
***
Melody terduduk di ranjangnya setelah selesai membersihkan diri. Satu jam lalu Melody pulang dengan diantar Raja. Dan di sepanjang perjalanan hingga sekarang Melody tidak hentinya memikirkan kalimat terakhir Raja.
Melody masih tak bisa mempercayai pendengarannya, tapi enggan menolak menghapusnya dari ingatan. Apa yang Raja ucapkan terlalu mengejutkan hingga tak tahu harus dirinya beri respons seperti apa, sampai akhirnya Melody mengatakan ingin pulang saja dengan alasan merasa pusing.
Tak sepenuhnya bohong, karena nyatanya memikirkan kalimat Raja berhasil membuat kepalanya berputar.
Beruntung Raja tak lagi menahan, pria itu mengizinkan dengan syarat dia yang mengantarkan, dan Melody memilih tidak keberatan. Selain karena enggan berdebat, Melody juga rindu pria pujaannya itu. Ya, meskipun selama perjalanan tidak sama sekali ada obrolan.
Melody memilih memejamkan mata, sementara Raja tak Melody ketahui pikirannya. Yang jelas Melody merasa aneh dengan harinya. Ia berpikir bahwa mungkin itu adalah bagian dari mimpi indahnya saja. Tapi sialnya itu nyata, karena di keesokan pagi Melody sudah mendapati kedatangan pria itu ke apartemennya, dan kini mereka kembali duduk bersebelahan, di dalam mobil yang Raja kendarai.
“Udah sarapan?” tanyanya menyadarkan Melody dari lamunan.
“Eh? Eum, gue biasa sarapan di kantor,” jawabnya sedikit gelagapan dan di akhiri dengan senyum canggung.
“Kalau gitu kita mampir restoran dulu,” dan tanpa menunggu persetujuan, Raja langsung membelokkan kendaraannya ke sebuah restoran yang memang kebetulan ada di depan. Sebuah ide yang tercetus begitu saja untuk berada lebih lama dengan gadisnya.
Ah, bolehkah Raja memanggilnya begitu?
Melody hanya mendesah pelan, dan mengikuti Raja keluar sebelum pria itu sampai untuk membukakan pintu mobil untuknya. Tidak. Melody tidak akan membiarkan itu.
“Selain urusan pekerjaan, lo ngapain lagi di sini?” kali ini melody yang memulai. Ingin tahu alasan pria itu sebelum dirinya berpikir Raja sengaja mencari keberadaannya.
Bukan apa-apa, Melody hanya takut dirinya baper, lalu kemudian kembali diterjunkan. Tidak. Ia tak siap kembali terluka.
“Awalnya cuma urusan kerjaan aja, tapi saat tahu lo ternyata ada di sini, urusan gue jadi bertambah,” Melody menaikan sebelah alis, menatap Raja dengan sorot tak paham.
“Awalnya setelah urusan gue selesai, gue berniat nyari lo, gue pegen minta maaf,” dan kemelowan itu kembali lagi di mata Raja. “Tapi ternyata Tuhan memang sebaik itu. Lebih cepat dari dugaan, gue bisa menemukan lo,” katanya diiringi senyum sebuah kelegaan.
“Tapi setahu gue perusahaan papi gue gak bekerja sama dengan perusahaan keluarga lo,” alasan kenapa Melody tidak keberatan saat sang ayah memintanya untuk mengurus anak perusahaan paruh baya itu yang ada di Jerman ini, karena Melody yakin tidak akan mungkin menjalin kerja sama dengan perusahaan milik keluarga Raja. Terlebih perusahaan yang laki-laki itu pimpin, sekaligus tempatnya bekerja dulu.
“Ini memang bukan perusahaan keluarga, tapi perusahaan gue sama Ervan yang di bangun empat tahu lalu. Gak banyak orang yang tahu, karena gue sengaja sembunyiin ini, terlebih dari bokap.”
“Kenapa?”
“Gue gak mau dia mengacaukan segalanya,” Raja kelum senyumnya, sama sekali ia tidak berniat menutupi apa pun lagi dari Melody termasuk tentang orang tuanya. Menurutnya ini adalah kesempatan untuk menjelaskan kenapa bisa dirinya menikah dengan Annika satu tahun yang lalu. Sejak kemarin Raja bingung harus dari mana memulai. Dan beruntung sekarang Melody membuka celah untuknya berkata jujur.
“Cukup hidup gue aja yang dia kendalikan, tidak dengan masa depan gue,” ucapnya melanjutkan.
“Maksud lo?” gurat bingung tidak dapat perempuan itu sembunyikan. Dan Raja tersenyum dengan keingintahuan wanita itu. Sekarang Raja tak sama sekali keberatan untuk mengatakan.
“Pernikahan gue satu tahun lalu karena sebuah perjodohan. Gue terpaksa karena gak bisa menolak keinginan orang tua. Bokap gue keras. Gue gak pernah di beri kebebasan. Tidak diizinkan memilih keinginan. Tidak juga di beri kesempatan untuk mengutarakan penolakan. Semua harus sesuai dengan yang bokap mau. Termasuk pernikahan gue satu tahun yang lalu.”
“Jadi …?”
“Gue sama Annika sudah di jodohkan sejak remaja, sejak lo belum memutuskan ngejar gue,” pada akhirnya Raja diberi kesempatan untuk menjelaskan. Dan jujur ia merasa lega, setidaknya sedikit, karena tentu saja Raja belum tahu bagaimana akhir dari semua kejujuran ini.
“Alasan kenapa gue selalu menghindar dari lo, dan seperti yang lo tahu gue gak pernah dekat sama perempuan mana pun. Kecuali Si Vio. Gue tahu dia gak akan baper, dia gak akan jatuh cinta sama gue. Karena dia terlanjur menjatuhkan seluruh hatinya sama Si Gara, itu kenapa gue gak pernah keberatan sama Vio. Beda sama lo, Mel. Lo terang-terangan bilang suka, dan itu yang buat gue gak bisa bersikap lembut sama lo. Maaf,” sesalnya kemudian.
“Gue gak mau lo makin jatuh cinta. Maka kari itu gue memilih bersikap kasar supaya lo benci sama gue,”
“Sialannya gue malah makin cinta ‘kan?” sela Melody, tertawa hambar.
“Maaf,” dan kata itu kembali Raja ucapkan.
“Harusnya lo bilang dari awal, Ja. Biar gue paham dan gak larut dalam kebodohan,” Melody tidak tahu dirinya harus percaya atau tidak pada apa yang Raja jelaskan. Tapi sampai sini Melody mulai paham, penjelasan Raja cukup masuk akal, meskipun tetap saja tak mampu menghilangkan kesaktiannya.
“Sekarang semuanya sudah terlanjur ‘kan? Gue udah terluka, dan lo juga udah nikah,” ujarnya sambil menahan sesak di dada. Jujur saja sampai hari ini Melody belum bisa rela Raja menikahi perempuan selain dirinya.
“Semuanya memang sudah terlanjur dan waktu yang telah berlalu tidak mungkin bisa di kembalikan. Tapi Mel, semuanya bisa di perbaiki. Dan gue pengen memperbaiki semuanya.”
“Maksud lo?”
Raja tak lantas menjawab, dia raih tangan Melody yang ada di atas meja, lalu diremasnya pelan, sebelum Raja bawa ke depan bibir untuk diberikan sebuah kecupan. Membuat Melody terbelalak dan berusaha melepaskan tangannya, tapi sayangnya Raja tidak membiarkan itu terjadi, karena di bandingkan melepas, Raja lebih ingin menggenggam tangan hangat itu selamanya.
“Delapan tahun lo merecoki hidup gue. Delapan tahun lo berada di sekeliling gue dengan segala tingkah lo yang menyebalkan. Bohong kalau gue bilang itu tidak mengganggu, namun juga munafik kalau gue bilang bahwa gue gak tersentuh. Sama seperti lo yang terluka karena selalu mendapat penolakan gue, gue juga terluka karena terus berpura-pura gak menginginkan lo. Gue tersiksa mengabaikan hati yang seharusnya bisa bertaut malah justru gue paksa lepas. Sama seperti lo, gue juga gak baik-baik aja saat lihat lo nangis di pernikahan gue. Gue pengen lari, gue pengen datang untuk meluk lo dan bilang maaf. Sayangnya gue terlalu pengecut. Gue malah memilih makin melukai lo dengan berpura-pura terlihat bahagia dengan pernikahan itu." karena pada kenyataannya apa yang Melody lihat hari itu tidak benar-benar datang dari hati. Raja hanya sedang memainkan peran agar Melody semakin membenci. Sialnya Raja malah terluka sendiri ketika perempuan itu justru memutuskan pergi.
“Awalnya gue mengira bahwa gue akan baik-baik saja. Tapi ternyata tidak. Gue malah semakin merana. Ternyata gue memang gak bisa tanpa lo, Mel. Gue gak bisa bahagia tanpa membawa lo ikut serta. Dan sisi egois gue menginginkan lo yang ada di samping gue.”
“Stop bicara omong kosong, sialan!” makinya tak lagi tahan. Namun sialnya Melody harus di sadarkan oleh tatap Raja yang sarat akan sebuah ketulusan.
Sialannya lagi air matanya tak lagi bisa di tahan. Tangis Melody luruh karena kalimat yang Raja ucapkan.
***
Menurut kalian apakah Melody akan semudah itu luluh?
Jangan lupa ramaikan komentarnya guys. Klik bintangnya juga ya 😉
See you next part!!!
![](https://img.wattpad.com/cover/310951490-288-k592271.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody untuk Raja
Genel KurguCinta memang butuh perjuangan. Tapi apa masih harus bertahan di saat perjuangan itu bahkan tak di hargai? Melody lelah. Tapi dia tak ingin menyerah. Atau lebih tepatnya belum? Entahlah, karena yang jelas Raja terlalu Melody cinta sampai ia tidak ped...