Happy Reading!!!
***
Sebelum jam makan siang Alexa sudah tiba di kantor Raja demi memberikan apa yang Melody titipkan dua minggu lalu. Meskipun sebenarnya ia begitu malas. Terlebih menemui Raja tidak semudah dirinya bertemu dengan para idola yang ada di negeri ginseng sana. Dua resepsionis yang berdiri di balik meja menolak kedatangan Alexa yang tak memiliki janji sebelumnya. Dan itu benar-benar menjengkelkan.
Sialnya Alexa juga lupa meminta nomor Raja dan Ervan pada Melody. Mengingat meskipun mereka saling kenal, Alexa tidak pernah sama sekali berminat menyimpan nomor dua sosok itu. Tapi sekarang …? Sial memang. Membuatnya berakhir hanya berdiri sambil memikirkan cara untuk bisa naik dan menemui Raja langsung. Setidaknya ada satu tamparan yang ingin Alexa berikan untuk pria yang telah mengacaukan hati sahabatnya.
“Mbak, telepon Ervan dong, suruh dia seret Si Raja ke sini. Bilangin aja Alexa datang pengen maki-maki.” Bukan apa-apa, masalahnya Alexa tak memiliki banyak waktu untuk terus berada di sini sambil menunggu Raja turun sendiri. Maaf-maaf saja, tapi Alexa bukan seorang pengangguran, dan ia malas jika harus kembali esok hari demi membuat janji hanya untuk bertemu seorang Raja yang tak lebih berharga dari setusuk bakso aci favoritnya.
“Maaf Mbak, tapi—”
“Gue cuma butuh ketemu dia lima menit. Setelah itu gue gak akan injakan kaki di sini lagi,” ujarnya sedikit menggeram, benar-benar kesal dengan peraturan kantor Raja yang begitu menjengkelkan. Lebih kesal pada Raja yang membuat peraturan.
“Lagian sok sibuk banget tuh manusia kaku. Gue rubuhin juga nih kantor lama-lama!” gerutunya tak sama sekali menurunkan kekesalan, sampai akhirnya sosok yang Alexa ingin temui muncul dari dalam lift. Tidak sendiri, melainkan bersama sosok sang istri yang tampil bak putri dengan dress memesona berwarna corral.
Bibir Alexa mencebik kala dua sosok itu berjalan menghampiri, dan berdiri di depan Alexa yang masih bertahan di sisi meja resepsionis.
Dapat Alexa temukan raut keheranan yang Raja tampilkan, tapi ia memilih mengabaikan dan memberikan apa yang sedari tadi dirinya pegang.
“Dari Melody.”
Sayangnya Raja tak langsung menerima. Pria itu malah justru menatap benda di tangan Alexa dengan kening berkerut, bergantian dengan menatap wajah Alexa yang terlihat malas berhadapan dengannya.
“Katanya kado terakhir. Beneran hari ini ‘kan ulang tahun lo?” karena semalam Alexa baru saja mendapat pesan dari Melody. Mengingatkan agar dirinya tidak lupa memberikan kado itu pada yang bersangkutan.
Namun belum sempat Raja memberi tanggapan suara di belakang lebih dulu terdengar, membuat Alexa yang merasa di panggil menolehkan kepalanya. “Ngapain lo ke sini?” dan tanya itu langsung meluncur kala sosoknya tepat berada di depan Alexa.
“Buat keributan,” jawabnya malas, lalu kembali fokus pada Raja meskipun menatap wajahnya amat memuakkan untuk Alexa, terlebih mengingat bagaimana tangis Melody yang menyayat hati.
“Terima,” katanya sembari menunjuk papar bag kecil di tangannya dengan dagu. “Cukup perasaannya yang gak lo terima, jangan juga barang pemberiannya gak lo ambil. Dia siapin ini dari jauh-jauh hari asal lo tahu!” ujarnya sambil mendelik sinis.
“Melody-nya mana?” bukan Raja yang bertanya melainkan Ervan. Laki-laki itu bergabung, berdiri di samping Raja dan istrinya, dengan tatap tertuju pada Alexa sepenuhnya. Rautnya terlihat begitu penasaran, juga cemas yang tak dapat di sembunyikan.
Lagi dan lagi Alexa hanya mencebikkan bibir. Sama sekali ia tidak berniat memberi tahu keberadaan sahabatnya. Sesuai keinginan Melody. Tapi jika pun Melody tak melarang, Alexa enggan memberi tahu.
“Dia baik-baik aja ‘kan?” masih Ervan yang melontarkan tanya, sementara Raja tetap diam dengan raut wajah yang tak berubah. Kaku.
“Ya lo pikir aja sendiri gimana keadaannya setelah melihat laki-laki yang delapan tahun di perjuangkan, di kejar-kejar, lalu tanpa ada angin ada hujan tiba-tiba mengabarkan pernikahan? Gue aja gak yakin masih waras kalau ada di posisi dia,” sindirnya pedas, seraya melirik Raja dengan sorot permusuhan. Tidak Alexa hiraukan perempuan yang berdiri di samping Raja.
“Ck, udah ah. Kedatangan gue ke sini cuma mau ngasih ini,” Alexa kembali menunjuk bawaannya yang belum juga di terima oleh Raja. “Tenang aja, ini yang terakhir, kok, karena udah terlanjur di siapin. Jadi lebih baik lo cepat terima deh. Gue gak punya banyak waktu,” ujarnya tak sabar. Karena niat hanya menemui lima menit, malah berlangsung belasan menit.
“Terserah mau lo buang atau jual sekali pun, yang penting ini kado di terima dulu. Gue yang kali ini menjadi perantara gak punya kesabaran sebesar Melody, jadi sebelum gue ngamuk dan ngancurin ini perusahaan lebih baik lo ambil biar gue bisa pulang. Seriusan, gue banyak jadwal pemotretan setelah ini,” ucapnya sambil melirik jam di pergelangan tangan, sebelum beralih pada Raja yang masih bertahan dalam diam.
“Lo gak perlu khawatir, Ja, Melody udah nyerah kok. Dia gak suka ngambil apa yang udah menjadi milik orang lain. Jadi istri lo gak perlu marah. Toh dia juga udah pergi jauh,” tambahnya sembari menoleh ke arah istri Raja yang sama sekali tidak membuka suara, terlihat tak ingin mencampuri.
“Ke mana?” sialnya kali ini Raja tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Membuat Alexa yang menangkap nada sedikit panik dan raut penasaran itu mengernyitkan kening, menatap Raja aneh.
“Ke tempat yang tentunya jauh dari lo,” jawabnya seraya mengedikkan bahu acuh. “Btw, Van,” Alexa beralih pada Ervan setelah ingat satu lagi pesan yang sempat Melody sampaikan. “Melody bilang apartemen dia dulu beli lewat lo?” dan anggukan diberikan laki-laki itu sebagai jawaban. “Dia mau jual apartemennya. Lo bisa bantu ‘kan?”
“Kenapa di jual? Dia kekurangan uang untuk minggat?” kelakar Ervan menghadirkan cebikan Alexa.
“Dia cuma mau menghilangkan semua hal yang berhubungan sama masa lalunya. Lagi pula dia gak akan balik ke sini lagi,” mengingat itu Alexa kembali di landa kesedihan. Ia kehilangan teman yang menyenangkan, yang baik, dan pengertian. Meskipun setiap bertemu selalu di habiskan dengan adu argumen.
“Dia seriusan pergi?”
Hanya anggukan yang Alexa beri, lalu kembali mengalihkan fokus pada Raja. Masih dengan urusan yang sama. Memberikan kado yang Melody berikan. Dan Alexa kesal karena Raja tak kunjung menerima juga.
“Alexa …”
“Urusan gue cuma ngasih ini sama lo, Ja,” selanya tidak ingin lagi berlama-lama. Dan karena Raja tak kunjung mengambil, Alexa menarik tangan Raja dan meletakan paper bag mungil itu di tangan Raja. “Setelah ini gue gak peduli meski pun lo mau buang kadonya. Tapi perlu lo tahu, itu gak murah. Sama hal-nya seperti perasaan Melody yang mengejar lo selama ini. Gak murahan!”
Setelah mengucapkan itu Alexa memilih membalikkan tubuhnya, melangkah meninggalkan lobi. Namun baru saja dua langkah dirinya pergi, Alexa menghentikan langkah, kembali menghampiri Raja yang menatap kado di tangannya dengan raut yang sulit di jabarkan. “Satu lagi,” kata Alexa, berhasil menarik atensi Raja. Dan …
Plak!
Sebuah tamparan Raja terima dengan cukup menyakitkan. Membuat beberapa orang yang mulai turun untuk makan siang terkejut dan langsung mengalihkan tatap pada Raja dan Alexa. Tak terkecuali istri Raja yang sejak tadi hanya diam di samping suaminya. Pun dengan Ervan.
“Sakitnya gak seberapa di bandingkan rasa sakit yang selama ini Melody terima. Malunya juga gak seberapa di bandingkan malu-nya Melody yang tiap hari lo tolak depan banyak orang. Tapi tenang, barusan bukan dari Melody. Dia mana tega nyakitin kesayangannya. Tamparan itu murni dari gue yang udah gedeg sama lo sejak lama.”
***
Alexa udah mewakili ya. Atau ada yang mau ikut nampar Raja juga?
See you next part!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody untuk Raja
Ficción GeneralCinta memang butuh perjuangan. Tapi apa masih harus bertahan di saat perjuangan itu bahkan tak di hargai? Melody lelah. Tapi dia tak ingin menyerah. Atau lebih tepatnya belum? Entahlah, karena yang jelas Raja terlalu Melody cinta sampai ia tidak ped...