Part 19

8.4K 370 5
                                    

Happy Reading!!!

***

Tidak menghindari pertemuan, Raja tetap datang sesuai dengan apa yang ayahnya inginkan.

Raja mengambil duduk di kursi yang sudah di sediakan, berhadapan dengan seorang perempuan yang diyakini sebagai sosok yang akan di jodohkan dengannya.

Raja akui, Kalina memiliki paras yang cantik dengan raut wajah lembut dan senyum manis. Tapi itu tidak cukup untuk membuat Raja tertarik, karena nyatanya, sejak dulu hanya ada dua perempuan yang pernah membuatnya terpesona. Pertama Violeta, sahabatnya sejak masa sekolah dasar hingga SMA, (baca ceritaku yang judulnya Violeta) kemudian Melody yang berlanjut hingga saat ini.

Violeta. Raja menyukai gadis itu karena pribadinya yang ceria. Namun tidak pernah ia memiliki niat untuk memiliki gadis itu.

Selain karena jodohnya sudah di tentukan sang ayah, Raja juga tahu bahwa Violeta tidak mungkin menyukainya, sebab sudah ada pria lain yang gadis itu dambakan. Gara. Sahabat mereka juga.

Dan indahnya, kedua orang itu menghadap Tuhan bersama. Seolah Takdir tidak mengizinkan mereka tuk berpisah.

Sementara Melody. Raja tidak tahu bagaimana mulanya rasa suka itu ada. Mungkin karena terbiasa, atau tersentuh dengan segala perjuangan gadis itu dalam berusaha meraihnya.

Entahlah, yang jelas rasa sukanya terhadap Violeta dan Melody terasa berbeda.

Raja ingin memiliki Melody, meskipun selama delapan tahun lamanya hanya luka yang ia beri. Tapi Raja memiliki alasan untuk itu. Dan sekarang Raja ingin menebus kesalahannya. Ia ingin mengaku bahwa cinta perempuan itu tidak pernah bertepuk sebelah tangan.

Raja pun mencintainya.

Namun tentu saja sebelum itu Raja harus lebih dulu menemukan keberadaan Melody. Dan Raja janji ia akan membawa perempuan itu kembali.

Bukan untuk dirinya sakiti lagi, tapi untuk ia bahagiakan selamanya.

Raja berharap Tuhan meridhoi niatnya.

Namun lagi dan lagi, sebelum mulai mencari sosok yang dicintai, Raja perlu menyelesaikan dulu urusannya dengan sang ayah.

Dan sekaranglah waktunya.

“Mohon maaf sebelumnya Om, Tante, Kalina,” Raja menyela obrolan yang baru saja hendak membahas soal pesta pertunangan.

Sesuai janji, Raja tidak akan membiarkan semua ini terjadi. Dan Raja tidak peduli ayahnya sudah berwajah garang sekarang ini. Raja tahu kesalahannya. Tapi ia tidak akan menghentikannya. “Saya tidak bisa meneruskan perjodohan ini,”

“Rajata!” tegur Pramudi dengan sorot semakin tajam. Namun tidak sama sekali Raja menghiraukannya. Raja terus melanjutkan kalimatnya, menolak perjodohan yang orang tuanya buat. Menolak Kalina secara langsung dengan alasan yang sebenarnya.

Bukan hanya karena dirinya yang mencintai Melody, tapi juga tentang kepergian Annika yang masih meninggalkan duka.

“Saya tidak bisa kembali menikahi perempuan yang tidak saya cintai,” tutupnya masih dengan aura yang tenang, padahal semua orang yang satu meja dengannya terlihat jelas menahan ketersinggungan juga kemarahan, terlebih Pramudi.

Tapi sayangnya, Raja tak lagi peduli.

“Kamu menolak anak saya?” pertanyaan itu di berikan ayah dari Kalina dengan wajahnya yang memerah, terlihat tak terima dengan penolakan Raja.

Raja mengangguk tegas. “Saya memilih menolaknya sedari awal, dari pada harus berakhir melukai dan mengecewakannya. Karena saya tidak yakin akan mencintai putri Anda.”

“Omong kosong dengan cinta!” seru Pramudi tidak sama sekali bisa menahan kemarahannya.

“Bagi Papa mungkin begitu, tapi bagiku tidak. Aku butuh cinta, meskipun uang dapat membeli segalanya. Maaf, Om, Tante, saya bukan pria yang tepat untuk putri kalian,” ucapnya beralih pada pasangan paruh baya yang masih belum menerima penolakannya.

Namun alih-alih peduli, Raja malah justru bangkit dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan ruang privat restoran bintang lima itu, tidak sama sekali Raja hiraukan teriakan sang ayah yang memanggil namanya.

Raja sudah bertekad untuk tidak lagi patuh pada ayahnya. Bukan berniat durhaka, Raja hanya ingin memperjuangkan haknya sebagai manusia sekaligus anak. Lagi pula Raja merasa bahwa dirinya sudah cukup berbakti selama ini.

Mendapati Ervan di parkiran, Raja langsung masuk ke dalam mobil dan meminta Ervan mengantarnya ke bandara. Sahabat sekaligus asistennya itu memang Raja tugaskan untuk menjadi sopirnya hari ini. Jadi jangan heran kenapa bisa pria itu ada di parkiran. Raja juga sudah menceritakan mengenai perjodohannya, begitu pula dengan rencana penolakannya. Dan Ervan yang memang tidak setuju dengan adanya perjodohan jilid kedua mendukung penuh keputusan Raja. Itulah kenapa Ervan tidak sama sekali keberatan di jadikan sopir oleh sahabatnya.

“Pas hari pernikahan gue nanti lo pasti pulang ‘kan, Ja?” mengingat tinggal satu bulan lagi hari itu tiba. Dan Ervan ingin semua sahabatnya ada. Terlebih Raja. “Gue undang Melody juga. Harap-harap dia datang.”

“Tenang aja, gue udah minta kosongin jadwal di hari pernikahan lo nanti,” karena Raja tidak mungkin mengabaikan hari besar sahabat yang telah begitu berjasa dalam hidupnya selama ini.

Ervan, bukan hanya asisten dan sahabat, laki-laki itu adalah keluarga. Raja tidak akan seperti sekarang ini jika tanpa bantuan Ervan. Maka dari itu ia tidak akan mungkin melupakan hari bahagia sahabatnya.

“Tapi selama gue urus pekerjaan di Jerman, lo jangan lupa pantau kantor kita. Jangan sampai bocor. Apalagi sampai ketauan bokap gue. Dan untuk antisipasi, lo pilih orang-orang yang kompeten, yang bisa kita andalkan. Gue gak yakin bokap akan ngebiarin gue pimpin perusahaan dia lagi setelah apa yang terjadi barusan. Jadi saat gue terusir, lo dan beberapa orang yang di pilih akan ikut kita.”

Sebenarnya Raja tidak pernah berpikir demikian. Ia tidak pernah berpikir untuk mengkhianati ayahnya, tidak pernah berpikir untuk melawan ayahnya. Raja hanya berpikir bahwa dirinya perlu membangun usahanya sendiri.

Bukan untuk bersaing, bukan pula untuk mempersiapkan diri jika suatu saat di tendang ayahnya. Tidak. Raja tidak memikirkan itu semua. Hanya saja baginya tidak ada kebanggaan sukses dalam nama besar keluarga. Dalam usaha yang di bangun keluarga. Itu mengapa Raja membangun usahanya sendiri bersama Ervan.

Perusahaannya memang belum sebesar milik keluarga Setyadi, tapi perkembangannya cukup pesat, dan mampu bersaing dengan perusahaan sang ayah yang saat ini dirinya pimpin. Dan sekarang Raja sedang mengambil peruntungan untuk memperluas bisnisnya, bekerja sama dengan perusahaan di Jerman.

Perjalanannya sekarang bukan sepenuhnya untuk sang ayah, sebagian besar justru untuk dirinya sendiri. Dan waktunya benar-benar tepat. Ia bisa lebih fokus pada perusahaannya sendiri kali ini, karena Pramudi pasti akan memberikan ancaman lewat perusahaan.

Raja tak peduli, sekali pun pria paruh baya itu mendepaknya dari ahli waris sekali pun. Bukan sombong, Tapi Raja sudah mampu berdiri dengan kedua kakinya sendiri. Meskipun sadar bahwa sang ayah berperan besar dalam pencapaiannya ini. Namun perlu diingat bahwa semua tetap hasil usahanya sendiri. Raja berhak mendapatkan bagiannya.

“Lo gak apa-apa memangnya?” pasalnya Ervan ragu. Ia kenal siapa itu Pramudi Setyadi meskipun mereka tidak pernah mengobrol bersama.

“Gue gak masalah. Lagi pula, bokap gue gak punya siapa-siapa lagi. Pada akhirnya bukan gue yang ngemis-ngemis minta hartanya dia. Tapi dia yang akan datang mohon-mohon sama gue untuk melanjutkan usahanya agar gak hancur.”

Ervan memilih untuk mengangguk, mempercayakan semua keputusan pada sahabatnya. Karena Ervan yakin, Raja mampu menyelesaikan segala masalah yang menimpa. Lagi pula Ervan tidak terlalu tahu bagaimana hubungan antara ayah dan anak itu.

Raja tidak pernah cerita, dan Pramudi begitu jarang menemui anaknya. Hanya ketika ada meeting. Itu pun kedekatan mereka sebagai ayah dan anak tidak pernah terlihat. Entah karena terlalu profesional dalam bekerja atau memang sekaku itu hubungan mereka. Ervan tidak tahu. Dan tidak berniat mencari tahu. Karena itu bukan urusannya.

***

Pertemuan Raja dan Melody semakin dekat. Kira-kira bagaimana reaksi Melody?

See you next part!!!

Melody untuk RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang