Part 36

13.1K 252 7
                                    

Happy Reading!!

***

Tidak seperti biasanya, Raja yang selalunya pulang larut malam kini tidak melakukan itu. Karena ketika jam menunjuk di angka lima, Raja memilih untuk menghentikan pekerjaannya. Kemudian langsung menghampiri Melody yang setelah makan siang tadi memilih untuk duduk di sofa, meski harus melalui debat panjang bersama Raja yang merengek tak rela.

Hal yang membuat Melody geli terlebih Ervan dan juga Afira yang benar-benar tidak pernah menyangka akan mendapati tingkah kekanakan seorang Rajata.

“Kamu cuma datang atau benar-benar pulang?” tanya Raja ketika sudah merebahkan diri di samping Melody, menjadikan paha wanita itu sebagai bantalan untuk kepalanya.

“Rumahku di Jerman,” mengingat apartemen yang dulu menjadi tempat tinggalnya sudah Melody jual. Dan tinggal di rumah ayahnya bukan hal yang Melody inginkan.

Ibu tirinya memang tidak kejam, tapi justru kebaikannya itu yang membuat Melody tidak nyaman. Bukan apa-apa, Melody hanya takut berakhir dikecewakan setelah memupuk harapan. Melody terlanjur mengenal ibu tiri sebagai sosok yang pandai berpura-pura, hanya baik di depan ayahnya, kemudian akan berubah menjadi iblis mengerikan ketika dirinya hanya sendiri. Bukan kekejaman atau kelicikannya yang Melody takutkan, tapi sikap baik dan lembutnya.

Dulu, setelah ibunya meninggal Melody pernah di rawat oleh sosok sang tante. Istri kedua dari adik ayahnya. Perlakuannya begitu lembut dan penuh kasih sayang, sampai kemudian sikapnya berubah kejam hanya karena sang ayah tidak mau meliriknya. Melody menjadi pelampiasan kemarahan, bahkan tidak hanya sekali tantenya itu berusaha mencelakai.

Ketika itu usia Melody belum genap sepuluh tahun, ia belum bisa melawan, tidak juga berani mengadu pada sang ayah karena jelas sebuah ancaman Melody dapatkan. Beruntung sang ayah lebih dulu menyadari adanya kejanggalan hingga akhirnya Melody tidak menjadi korban seperti saudara sepupunya.

Ya, anak dari adik ayahnya meninggal karena di celakai wanita itu. Alasan yang akhirnya membuat Melody takut memiliki ibu tiri. Tapi tidak mampu melarang ketika sang ayah memutuskan untuk menikah lagi. Terlebih melihat bagaimana senyum pria tua itu berkembang setelah sekian lama tenggelam.

Ada rasa tak tega saat menyadari bahwa selama ini sang ayah kesepian. Sampai akhirnya Melody memilih mengizinkan dengan syarat sang ayah tidak memaksanya untuk dekat dan bersikap baik pada istri baru pria itu.

Namun bukan berarti Melody bersikap tidak sopan. Selama ini Melody tetap menghargai ibu tirinya. Ia hanya menjaga jarak agar tidak terlalu dekat selayaknya ibu dan anak. Karena menurut Melody tidak ada yang namanya ibu ke dua.

“Kalau seandainya aku ajak kamu pindah ke sini, kamu mau?” karena sesungguhnya Raja lebih nyaman tinggal di tanah air. Bukan berarti Jerman tidak layak di tinggali. Jerman tetap nyaman di jadikan tempat tinggal, tapi tanah kelahiran lebih banyak menyimpan kenangan. Meskipun tidak selalu menyenangkan.

“Tergantung, niat kamu ajak aku pindah karena apa,” sahutnya seraya mengedikkan bahu acuh.

“Karena aku gak bisa jauh dari kamu. Karena aku ingin menikahi kamu, membina rumah tangga bersama kamu. Menjadikan kamu permaisuri di istanaku. Sebab aku ingin menua bersama kamu. Jadi Melody, apa kamu mau tinggal di sini, di tanah air tercinta ini? Bersamaku. Dalam ikatan yang suci. Kamu mau kan jadi istriku?” tanya Raja penuh kesungguhan. Posisinya yang semula rebahan sudah beralih menjadi duduk, berhadapan langsung dengan Melody yang terlihat speechless.

“Ja, kamu serius?” pasalnya ini terlalu mengejutkan. Meskipun Raja sudah pernah menjelaskan mengenai perasaannya, tetap saja hingga hari ini Melody belum sepenuhnya percaya mengenai apa yang di alaminya. Bahkan terkadang Melody masih merasa tengah bermimpi.

“Aku gak pernah seserius ini, Mel.” Dan Melody tahu bahwa Raja tidak sedang berbohong.

“Kalau gitu ayo pergi ke rumahku. Aku harus pamer ke Papa, kalau akhirnya usahaku ngejar kamu gak sia-sia,” ujarnya begitu antusias, membuat Raja yang semula cemas berubah linglung seketika. Tidak menyangka akan mendapat reaksi Melody yang penuh semangat. Padahal sebelumnya Raja mengira Melody butuh waktu untuk meyakinkan diri lagi. Tapi ternyata …

Ah, Raja tidak lagi mampu berkata-kata. Melody benar-benar luar biasa. Keberanian dan sikap blak-blakannya berhasil membuat Raja terpesona.

Berbeda dengan wanita pada umumnya yang akan malu-malu atau berusaha jual mahal lebih dulu, Melody malah justru menampilkan keantusiasannya. Bahkan sekarang wanita itu sudah menarik tangan Raja agar bangkit dari duduknya, kemudian mendorong Raja keluar dari ruangannya, hingga kini mereka sama-sama berdiri di depan lift, menunggu pintu besi itu terbuka.

“Woy, lo berdua mau ke mana?”

Melody sontak menoleh, dan senyumnya langsung bertambah lebar ketika mendapati sosok Ervan yang terlihat baru saja keluar dari ruangannya. “Mau ke rumah bokap. Raja ngajak gue nikah!” jawabnya tanpa sama sekali menyembunyikan kebahagiaan. Dan tanpa menunggu Ervan memberi tanggapan, Melody segera mendorong Raja ke dalam lift yang telah terbuka untuk mereka. “Nanti lo harus bantuin gue sama Raja siapin semuanya, ya, Van. Wajib!” teriaknya sebelum pintu lift benar-benar tertutup dan membawanya turun bersama Raja.

“Sesenang itu ya, di ajak nikah sama aku,” ledek Raja dengan seulas senyum lembut tampil di wajahnya yang tampan.

“Delapan tahun loh, Ja! Bohong banget kalau aku gak bahagia,” Melody menyorot serius. Sama sekali tidak ingin menutupi perasaannya yang memang benar-benar bahagia. Ia bahkan tak sabar ingin segera bertemu dengan sang ayah untuk membagikan kabar bahagia ini. Lebih tepatnya pamer, sebab akhirnya Melody mampu meluluhkan pria yang di cintainya selama ini.

“Maaf udah buat kamu nunggu selama itu,” sesal Raja sungguh-sungguh seraya menarik Melody ke dalam pelukannya. “Tapi aku bersyukur sebab Tuhan akhirnya memberi kesempatan untuk kita.”

Bukan berarti Raja bahagia dengan kepergian Annika. Tidak. Raja masih kerap merasa bersalah karena tidak sempat menjadi suami yang baik untuk istrinya. Ia juga begitu merasa kehilangan. Namun Raja tidak bisa terus-terusan terbelenggu pada kesedihan.

Annika pernah berpesan untuk dirinya melanjutkan hidup lebih baik dari sebelumnya. Dan Annika meyakini bahwa sesungguhnya Tuhan memang telah menakdirkan Melody menjadi pelengkap hidupnya. Hanya saja Tuhan tidak ingin menyatukan mereka begitu saja, hingga sosok Annika dijadikan Tuhan untuk penambah drama sebelum akhirnya Raja dan Melody menjalin romansa yang keduanya damba.

“Terima kasih karena masih sudi mencintaiku setelah banyak luka yang aku beri.”

“Itu karena sejak awal aku percaya bahwa kamu akan luluh. Penolakan kamu memang selalu menyakitkan, tapi hatiku menolak untuk menjauh.”

Untuk yang satu tahun belakangan ini anggaplah Tuhan memberinya waktu rehat. Memberi jeda, untuk Melody mengkaji ulang perasaannya. Benarkah itu cinta atau hanya obsesi semata.

“Dan aku berterima kasih sekali lagi untuk itu. Aku tidak tahu akan bagaimana nasibku jika sampai kamu benar-benar pergi dari hidupku. Satu tahun, sudah membuatku menyadari ketidak sanggupanku. Entah bagaimana jadinya aku jika tidak cepat menemukan kamu.” Raja menggeleng tak sanggup.

Raganya mungkin masih bisa Raja gerakkan dengan leluasa, tapi hatinya …?

Raja tak yakin bisa.

***

Nikah gak nih? Btw, kalian mau siapin kado apa buat Raja dan Melody?

Untuk yang penasaran dengan kelanjutan kisahnya, Melody untuk Raja sudah ada ebooknya ya guys, di google play book. Tapi bisa juga kalian pesan di kontak penulis 081313447772

Link ebook ada di bio

Melody untuk RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang