Part 6

7.7K 443 15
                                    

Happy Reading!!!

***

“Pulang bareng, ya, Ja?” segera Melody hampiri Raja, begitu sosok yang sengaja di tunggunya menampakkan diri di lobi yang menjadi tempatnya menunggu.

Sudah jam sepuluh malam, dan karyawan satu-satunya yang masih ada di sana adalah Melody dengan para security. Di tambah Raja yang memang lembur demi menyelesaikan pekerjaan yang tiga hari lamanya cukup terbengkalai. Dan Melody menunggu selama itu. Membuat Raja tak habis pikir dengan jalan pikiran gadis di depannya.

Tanpa menanggapi dan mengomentari keberadaan Melody, Raja memilih untuk melanjutkan langkahnya ke parkiran, dimana mobilnya tersimpan. Dan Melody yang merasa tidak mendapat penolakan segera mengekori layaknya anak ayam dengan senyum mengukir di bibirnya. Sayang, senyum tersebut tidak bertahan lama karena Raja yang dikira akan membawanya pulang bersama malah abai dengan keberadaannya.

Seolah tidak mengetahui Melody bersamanya, Raja yang sudah masuk ke dalam kendaraannya melaju begitu saja meninggalkan Melody yang mematung di tempatnya dengan tangan masih ada di udara, berniat meraih pintu penumpang. Karena Melody memang tidak berharap Raja akan membukakannya. Sialan, Raja malah justru meninggalkannya.

“Raja, gue belum naik, Ja!” teriakan Melody nyatanya sia-sia karena mobil yang Raja kendarai sudah melaju meninggalkan parkiran.

Keterlaluan. Ya, itulah Raja, dan bukan untuk kali ini saja Melody mengalaminya. Namun tetap saja Melody tidak ingin menyerah. Setiap hari ia terus usaha untuk meraih Raja-nya. Sial Raja tidak juga luluh dengan usahanya. Padahal semalam Melody sudah percaya diri bahwa Raja-nya akan berubah.

“Apa gue yang mimpi, ya?” melihat bagaimana sikap Raja yang tidak menunjukkan perubahan. Pria itu masih Raja kejam yang dirinya kenal. Amat berbeda dengan semalam, yang menatapnya begitu damba sambil mengurai kata cinta. Melody bahkan menggila dengan menyerahkan tubuhnya begitu saja. Menyerahkan mahkotanya yang berharga. Membiarkan pria itu menyentuhnya, menjelajah setiap inci tubuhnya.

“Kenapa gue bodoh banget, sih? Udah tahu dia mabuk semalam. Kenapa gue malah baper?” cuma gara-gara Raja bilang kalau dia sayang, Melody membiarkan saja Raja mengambil miliknya. Melody membiarkan Raja memporak-porandakannya. Sekarang bolehkah Melody menyesal? Tapi segalanya sudah terlambat bukan? Kejadian semalam tidak bisa Melody kembalikan.

“Lo benar-benar gak ingat kejadian semalam, Ja?” Melody kembali bertanya pada hembusan angin malam yang tidak sama sekali memberi jawaban. Namun Melody yakin bahwa tebakannya memang seratus persen benar. Raja tidak mengingat apa pun tentang semalam. Pria itu mabuk dan kemungkinan orang mabuk akan ingat apa yang sudah dilakukan amat lah kecil.

Seharusnya sejak semalam Melody sadar, atau paling tidak seharusnya pagi tadi dirinya tidak pergi sebelum Raja melihat keberadaannya. Agar pria itu tahu apa yang sudah mereka lakukan.

“Arggh, sialan! Raja, terus gue gimana sekarang, Ja?!” teriak Melody dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya.

Bukan urusan pulang yang membuat Melody kebingungan, melainkan nasibnya yang telah tak perawan.

“Gue gak mau tahu, lo harus tanggung jawab, Ja. Harus!” Dan Melody bertekad. Ia benar-benar akan membuat Raja ingat semuanya. Ingat akan kalimat yang pria itu ucapkan juga pergulatan panas yang mereka lakukan.

Melody tidak peduli jika seandainya ungkapan cinta Raja semalam hanya sebuah bualan. Yang jelas Raja tetap harus tanggung jawab. Gara-gara kalimat pria itu dirinya menjadi lebih bodoh.

Namun satu yang Melody syukuri. Raja tidak akan pernah bisa menyuruhnya pergi. Melody memang tidak bisa memberi bukti mengenai apa yang sudah terjadi. Tapi Melody yakin bahwa Raja tidak lupa keadaannya yang mabuk semalam. Dengan begitu perlahan Melody akan mengingatkan Raja mengenai malam panas yang sudah mereka lewati. Melody yakin pria itu tidak akan bisa menyangkalnya.

Melody untuk RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang