Part 4

7.2K 383 7
                                    

Happy Reading!!!

***

“Kenapa harus lo sih, Mel? Kenapa harus lo yang selalu datang!” racau Raja setengah sadar. Membuat Melody yang tengah susah payah membawa pria itu masuk ke apartemen melirik tanpa menanggapi.

Melody hanya diam sambil menikmati racauan Raja yang kadang tak jelas.

“Pergi, Mel. Please, pergi,” lirihnya terlihat begitu frustrasi.

Melody diam-diam merasa sesak akan kalimat pengusiran Raja. Tidak dalam keadaan sadar, tidak pula dalam keadaan mabuk, kenapa Raja tetap mengusirnya? Setidak ingin itukah dia akan keberadaannya?

Dan, satu tetas air mata terjatuh tanpa bisa Melody cegah.

“Gue gak bisa, Ja,” karena selama delapan tahun ini ia sudah terlanjur menjatuhkan asa pada Raja. Ia sudah terlanjur dalam menjatuhkan hati pada Raja. Hingga pergi tidak ingin Melody lakukan walau pengusiran semakin sering dirinya dengar.

“Keras kepala!”

Dan Melody mengangguki itu. “Gue emang keras kepala. Maka dari itu, berhenti nyuruh gue pergi, Ja. Sampai kapan pun gue gak akan pergi.”

Raja menggeleng seraya menghentikan langkah kakinya yang nyaris tiba di depan pintu kamar. “Lo harus pergi,” namun Melody tetap menggelengkan kepala. Menolak menuruti Raja. “Gue gak mau semakin menyakiti lo, Mel,” ucapnya melanjutkan dengan tangan yang sudah menangkup wajah Melody yang basah. “Gue gak mau semakin melukai lo,”

“Kalau gitu berhenti nyakitin gue, Ja.” selabMelody masih dengan air mata yang berjatuhan.

“Gue gak bisa berhenti selama lo masih ada di sisi gue."

“Kenapa?” kerutan bingung nampak jelas di kening Melody.

Raja tak lantas menjawab, laki-laki yang berada di tengah-tengah ketidak sadarannya itu menatap lekat manik almon milik Melody. Menyelami telaga indah itu dengan berbagai rasa yang selama ini membuatnya tersiksa.

“Karena gue sayang lo, Mel,” akunya jujur. “Karena gue cinta sama lo,” tambahnya semakin lirih.

Belum sempat Melody mencerna kalimat Raja, pria itu lebih dulu mendekatkan wajahnya, menempelkan bibirnya dan memberi lumatan lembut di sana. Membuat Melody semakin membatu sebab tidak menyangka akan apa yang pria tercintanya lakukan.

Tidak hanya pengakuan, Raja juga berhasil mengambil ciuman pertamanya. Dan Melody tidak tahu harus bagaimana memberi respons.

Ini terlalu mengejutkan.

“Se—sejak kapan?” akhirnya Melody bisa mengambil suara setelah beberapa saat Raja melepaskan ciuman sepihaknya.

Melody masih linglung, terlebih sekarang jarak antara wajahnya dan wajah Raja tidak lebih dari lima senti dengan tatapan Raja yang dalam membuatnya tak karuan. Di tambah hembusan napasnya yang hangat menyentuh permukaan wajah.

“Sejak kapan lo sayang gue, Ja?” Melody penasaran, karena seingatnya selama delapan tahun ini hanya penolakan dan penolakan yang Raja layangkan. Tatapan terganggu yang Raja pancarkan, dan kalimat tajam yang sering pria itu berikan. Lalu sekarang ... tiba-tiba pria itu mengucapkan rasa sayang?

“Sejak kapan?” ulang Melody saat tidak juga mendapat tanggapan. Dan untuk beberapa saat pandang keduanya saling berhadapan dalam jarak yang begitu dekat.

“Jauh sebelum hari ini."

Dan Melody tidak sama sekali melihat adanya kebohongan. Apa yang Raja ungkapkan adalah kejujuran. Dan sungguh itu membuat Melody senang. Air matanya bahkan sudah kembali berjatuhan saking tak mampunya menahan buncahan bahagia yang ditimbulkan dari kalimat sang pujaan.

“Lo sayang gue, Ja?” Melody memastikan. “Lo Seriusan sayang gue?” nyatanya Melody masih tak percaya.

Apa yang Raja ucapkan bagai mimpi yang sering dirinya alami. Mimpi yang mampu membuat Melody percaya bahwa masa dimana Raja membalas rasanya akan tiba. Dan Melody tidak menyangka bahwa akhirnya hari itu datang juga. Kalimat itu dirinya dengar juga.

Ya, meskipun Raja dalam keadaan setengah sadar. Tapi bukankah orang mabuk akan berkata jujur? Itu artinya apa yang Raja ucapkan sungguhan ‘kan? Pria itu menyayanginya.

“Gue juga sayang lo, Ja. Gue cinta sama lo,”

“Gue tahu,” sela Raja cepat, dan setelahnya Raja kembali mengikis jarak, menempelkan bibirnya dengan bibir Melody yang terasa begitu lembut dan manis. Sekali mencoba, Raja ingin kembali merasakan. Dan sekarang, untuk kedua kalinya Raja mencicipi bibir itu lagi.

Mulanya lembut, sampai kemudian Melody terbuai dan membalas setiap usapan bibir Raja, hingga akhirnya ciuman tersebut berubah jadi menuntut.

Selama ini Melody tidak menyukai bau alkohol, tapi yang menempel di bibir Raja terasa berbeda, membuatnya jadi suka. Dan sama dengan Raja, Melody pun tidak ingin ingkah dari bibir Raja meski perlahan napasnya mulai berkurang.

Beruntunglah Raja segera paham dan tidak membiarkan Melody kehabisan napas akibat ciuman. Namun nyatanya Raja tidak menghentikan aksinya di sana, karena setelah membebaskan bibir Melody, Raja justru menurunkan ciumannya ke arah leher Melody yang jenjang. Memberinya gelenyar asing yang selama ini belum pernah Melody rasakan.

Sialnya, tubuhnya merespons baik cumbuan yang Raja berikan.

Dalam benak Melody meminta untuk menyudahi saat bibir Raja tidak berhenti hanya dengan memberi kecupan dan jilatan di lehernya, tapi tubuhnya tidak ingin menuruti.

Melody yang kini sudah mengalungkan tangan di leher Raja malah justru meloloskan desahannya. Membiarkan Raja menyentuhnya lebih jauh dan membuka piyama yang dikenakannya. Hingga bukit kembar yang masih terlindung penyangga nampak di depan wajah Raja. Membuat laki-laki itu menelan ludahnya susah payah, sementara Melody merasa malu, karena tatapan Raja terlihat begitu mendamba.

“Ja?”

Raja mengangkat kepalanya, menatap Melody yang memerah wajahnya untuk waktu yang cukup lama. Hingga kemudian tangan yang semula berada di pinggang, Raja bawa ke atas dada. Menyentuh gundukan kenyal itu dengan penuh perasaan, meremasnya perlahan di balik bra yang Melody kenakan. Membuat Melody menahan desahannya agar tidak lolos. Sayangnya itu tidak bertahan lama karena begitu Raja menarik lepas penyangga dan melancarkan mulutnya di putting Melody yang sudah mengeras, desah itu tidak lagi mampu Melody tahan. Tubuhnya justru terangkat ke belakang dengan tangan mendorong kepala Raja untuk menghisapnya lebih dalam.

Melody tidak tahu dari mana keberanian ini datang, karena yang jelas, sekarang ia justru mendamba sentuhan lebih dalam. Dan sepertinya bukan hanya Melody yang menginginkan, sebab Raja pun tidak ingin menghentikan kegiatannya ini.

Maka dari itu, di bandingkan dengan menghentikan, Raja justru membawa Melody masuk ke kamar, membaringkan perempuan itu di ranjang. Dan dengan tak sabar Raja melepaskan pakaiannya sebelum memposisikan diri di atas Melody yang terlihat menggiurkan dengan tubuh bagian atas yang sudah tanpa sehelai pakaian.

Mengulang kegiatan dari ciuman, Raja tak membiarkan tangannya tinggal diam, sebab kini kedua tangannya sudah bermain-main di tempat yang nyaman, sebuah gunung kembar yang terasa pas dalam genggaman.

Melody yang baru pertama kali merasakan sentuhan seperti ini menggelinjang tak tahan. Tubuhnya di bawah sana bergerak tak karuan, dan tak sengaja menyentuh bukit gairah Raja yang sudah menegang. Membuat Raja menggeram seraya memperdalam ciumannya, sebelum kemudian turun menjelajah leher jenjang dan berakhir di dada Melody yang cukup besar.

Layaknya bayi yang kehausan, Raja menghisapnya dalam. Menghadirkan ringisan yang dibarengi dengan desah kenikmatan. Menambah semangat Raja dalam melancarkan cumbuan. Bahkan kini tangan yang semula bermain-main di dada bergerak turun melepaskan sisa kain di tubuh Melody, hingga tak lama kemudian mereka sudah sama-sama dalam keadaan telanjang.

Baik Melody mau pun Raja tidak lagi peduli pada apa pun, tidak lagi ingin memikirkan apa pun, karena sekarang yang mereka inginkan adalah mencapai sebuah kepuasan dan kenikmatan yang akan membuat mereka terasa terbang. Tanpa peduli bahwa suatu saat nanti akan menyesali semua yang terjadi.

***

Kira2 setelah ini gimana ya sikap Raja?

Klik bintangnya, dan ramaikan komentarnya ya guys!!!

See you next part!!

Melody untuk RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang