Happy Reading !!!
***
Satu tahun pertama Melody lalui dengan cukup sulit. Bahkan ia nyaris ingin menyerah jika saja tak ingat bahwa yang tercinta sudah bahagia dengan pasangannya.
Berkali-kali Melody berniat pulang ke tanah air, tapi kembali di kuatkan dengan rasa sakit yang dimiliki, di kuatkan oleh tekad yang ingin lupa pada segala hal tentang dia. Sampai akhirnya Melody bisa. Setidaknya untuk bangkit, karena melupakan tidak semudah yang diucapkan.
delapan tahun mencintai Raja, tidak cukup untuk bisa menghilangkan rasanya dalam waktu satu tahun. Tapi Melody bersyukur sebab usahanya tidak sepenuhnya sia-sia. Ia sudah bisa kembali beraktivitas, menjalani hari sebagaimana seharusnya. Bekerja dan berbaur bersama orang-orang. Menghabiskan waktu di luar tempat tinggal, dan jalan-jalan layaknya orang normal.
Meskipun ketika kembali ke apartemen melamun adalah hal yang selalu dirinya lakukan. Tapi itu wajar untuk seorang yang dilanda patah hati sepertinya, bersedih bukan lah kesalahan karena nyatanya Melody sedang dalam usaha menyembuhkan lukanya.
Semua butuh proses, dan Melody amat tahu bahwa ia akan menjalani proses yang panjang. Tak apa selama ia mendapat akhir yang memuaskan. Meskipun itu belum dirinya dapatkan. Ya, sebab belum sepenuhnya ia sembuh dari patah hatinya.
Hari sudah cukup malam saat Melody tiba di apartemennya karena ia sempat mampir lebih dulu ke rumah kakek dan neneknya yang mengundang untuk makan malam. Dan saking asyiknya mengobrol, Melody sampai tidak sadar waktu.
Sebenarnya sang nenek memintanya untuk menginap barang semalam, sayangnya ia tidak bisa karena esok masih merupakan hari kerja. Dan kebetulan ada meeting yang tidak bisa dirinya wakilkan.
Beruntungnya wanita tua kesayangannya itu paham dan membiarkan Melody pulang dengan pesan untuk sering-sering datang. Dan Melody menyanggupi itu.
Sekarang, Melody baru saja selesai membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, tapi sebelum naik ke tempat tidur dan merebahkan dirinya, Melody lebih dulu membawa langkahnya ke balkon. Tidak ada yang ingin dilakukan, Melody hanya suka berdiam di sana sambil menatap bintang. Menikmati sunyi dalam kegelapan. Sebelum akhirnya memutuskan untuk tidur dan menikmati mimpinya yang tidak pernah berubah.
Namun kali ini cukup berbeda, karena tidak seperti malam-malam biasa yang menghadirkan Raja dengan wajah dinginnya, kali ini pria itu hadir membawa senyum yang menghangatkan. Senyum yang selalu Melody harapkan menjadi miliknya.
Tapi, ketika sekarang mendapatkannya Melody bukannya merasa senang, malah justru membawa langkahnya mundur, menjauh dari sosok itu. Dan hingga pagi datang, Melody masih saja kepikiran. Bahkan ia sampai tak fokus pada pekerjaan. Beruntung sekarang Melody tidak lagi bekerja di perusahaan orang, jadi tidak akan dapat teguran.
Tapi, tetap saja itu membuat pekerjaannya semakin menumpuk, dan Melody yakin ia akan kembali lembur untuk menyelesaikannya. Tapi tak apa, yang penting sekarang ia bisa keluar sebentar untuk menjernihkan pikiran.
“Meeting sama perusahaan dari Indonesia itu sore ‘kan, Ra?” Melody perlu memastikan bahwa siang ini jadwalnya memang benar-benar kosong, karena tentu saja Melody tidak ingin mengecewakan sang ayah yang sudah mempercayakan salah satu anak perusahaan kepadanya.
“Iya. Jam tiga,” katanya sembari melirik catatannya agar tidak salah menginformasikan.
“Oke deh. Gue pergi dulu, nanti balik sebelum jam tiga.”
“Mau ke mana?” tanyanya ingin tahu. Dan tentu saja Melody mengatakan tujuannya agar tidak membuat sekretarisnya itu khawatir dan kebingungan mencari kalau-kalau dirinya sulit di hubungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody untuk Raja
General FictionCinta memang butuh perjuangan. Tapi apa masih harus bertahan di saat perjuangan itu bahkan tak di hargai? Melody lelah. Tapi dia tak ingin menyerah. Atau lebih tepatnya belum? Entahlah, karena yang jelas Raja terlalu Melody cinta sampai ia tidak ped...